Istanbul, IDN Times - Telah lama dikenal sebagai pertemuan benua Asia dan Eropa, Turki memikat para pelancong saat Ramadan. Hal itu dirasakan pula oleh salah satu Warga Negara Indonesia (WNI), Shania Suha Marwan (24), yang tengah pelesiran di Istanbul pada pengujung bulan puasa.
Di Turki, Shania sudah merasakan Ramadan yang berbeda ketimbang di Indonesia. Menjalani hiruk pikuk di negara Eropa yang kental dengan nuansa Islam, dia harus menjalani puasa dengan durasi lebih lama yaitu selama 15 jam.
Perempuan asal Jakarta ini harus memulai aktivitas sahur sebelum Azan Subuh pukul 04.55 waktu Istanbul. Kemudian, dia menyebut jika berbuka puasa di Istanbul jatuh pada pukul 19.47.
Namun demikan, durasi waktu tak membuat dia kesulitan menjalani puasa. Tetapi, cuaca yang dingin di Istanbul, jadi pengalaman seru yang dirasakannya pertama kali dalam hidupnya.
Turki saat ini sudah memasuki musim semi dengan suhu 8-11 derajat celcius. Dalam beberapa hari terakhir, Istanbul juga terus digelayuti awan mendung. Tak ada matahari menyapa, karena sepanjang hari wilayah tersebut diguyur hujan.
“Kalau waktu puasa lebih lama sih biasa. Cuma yang buat berat ya suhu yang sangat dingin. Di sini kan aktivitas saya lebih banyak di luar serta harus jalan kaki cukup jauh dari satu tempat ke tempat lainnya, itu menantang karena saya terbiasa menjalani aktivitas di negara tropis,” kata Sania kepada IDN Times di Istanbul, Turki.