tradisi nadran (instagram.com/amelinda.dm)
Nadran merupakan sebuah cerminan dari sebuah hubungan manusia dengan sang pencipta yang berupa ungkapan rasa syukur akan hasil tangkapan ikan dan mengharapkan akan meningkatnya hasil tangkapan di masa mendatang, serta dijauhkan dari bencana dan bahaya dalam mencari nafkah di laut.
Nadran sendiri berasal dari kata nazar yang artinya janji. Nadran diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di daerah Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, dan Bugel.
Warga biasanya patungan untuk membeli seekor kerbau. Kepalanya untuk dilarungkan Ke laut, sementara dagingnya dimasak untuk makan bersama warga. Tetapi ada pula yang melarungkan miniatur perahu ke lautan.
Para pemilik kapal biasanya menghiasi kapalnya dengan berbagai makanan dan minuman yang dapat dinikmati oleh warga setelah melarungkan kepala kerbau dan miniatur perahu. Melarungkan kepala kerbau memiliki makna membuang kebodohan.
Nadran sendiri merupakan hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan sejak ratusan tahun lalu secara turun temurun. Kemudian inti upacara nadran adalah mempersembahkan sesajen (yang merupakan ritual dalam agama Hindu untuk menghormati roh leluhurnya) kepada penguasa laut agar diberi limpahan hasil laut sekaligus merupakan ritual untuk tolak bala (keselamatan).