Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bagaimana cara menikmati bangkok tanpa terjebak turis dan harga mahal
ilustrasi wisata Bangkok (pexels.com/Arnie Chou)

Intinya sih...

  • Menjelajahi pasar lokal yang menyimpan kehidupan sehari-hari warga Bangkok

  • Menginap di kawasan yang tidak termasuk zona wisata padat

  • Mengandalkan transportasi umum untuk menyusuri kota

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bangkok, Thailand, menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan dari berbagai negara. Kota ini memadukan kehidupan modern dan tradisi kuno dengan cara menarik, sehingga menjadikannya pusat wisata budaya, kuliner, dan belanja di Asia Tenggara.

Namun di balik daya tariknya, wisata Bangkok sering kali identik dengan antrean panjang, harga yang melonjak di kawasan turis dan pengalaman yang terasa seragam di setiap sudut. Padahal, Bangkok memiliki sisi yang lebih tenang, autentik, dan jauh dari hiruk-pikuk destinasi populer. Di tempat-tempat itulah pesona sejati kota ini bersembunyi, menunggu untuk ditemukan oleh mereka yang mau berjalan sedikit lebih jauh.

Kalau kamu pengin eksplor ibu kota Thailand tersebut, coba terapkan beberapa cara liburan hemat di Bangkok berikut ini, deh. Ingat, semuanya kembali ke bagaimana gaya traveling-mu, ya!

1. Menjelajahi pasar lokal yang menyimpan kehidupan sehari-hari warga

ilustrasi pasar di Bangkok (pexels.com/Chait Goli)

Bangkok dikenal dengan banyak pasar malam dan pusat belanja besar, tapi pesona sejatinya justru ada di pasar tradisional yang jarang dikunjungi turis. Pasar seperti Khlong Toei atau Or Tor Kor menampilkan sisi lokal kota yang sesungguhnya, mulai dari aroma rempah, warna-warni buah tropis, hingga interaksi hangat antara penjual dan pembeli. Harga barang pun lebih masuk akal dibandingkan area wisata yang ramai.

Selain itu, mengunjungi pasar lokal memberi kesempatan untuk memahami kebiasaan dan selera masyarakat setempat, misalnya, kamu bisa melihat bagaimana orang Thailand menyiapkan bahan makanan, memilih bunga untuk upacara keagamaan, atau sekadar berbincang santai di kios kopi tradisional. Dengan cara ini, perjalananmu menjadi lebih personal dan bermakna daripada sekadar berfoto di lokasi populer.

2. Menginap di kawasan yang tidak termasuk zona wisata padat

Sukhumvit (commons.wikimedia.org/Adbar)

Banyak wisatawan memilih menginap di kawasan seperti Sukhumvit atau Khao San Road karena terkenal dan mudah diakses. Namun, jika ingin merasakan atmosfer Bangkok yang lebih autentik, cobalah mencari penginapan di daerah Ari, Phaya Thai, atau Bang Rak. Daerah-daerah ini tetap terhubung dengan transportasi umum, tapi suasananya lebih tenang.

Selain memberi kenyamanan, kawasan ini menawarkan pengalaman lokal yang lebih nyata. Kamu bisa menemukan kafe independen, restoran keluarga dengan menu khas Thailand, hingga toko-toko kecil yang menjual barang buatan tangan. Lingkungannya terasa lebih akrab dan kamu bisa melihat langsung keseharian warga tanpa nuansa wisata massal.

3. Mengandalkan transportasi umum untuk menyusuri kota

ilustrasi BTS Skytrain (unsplash.com/Niko Lewman)

Bangkok memiliki sistem transportasi umum yang cukup efisien jika kamu tahu cara memanfaatkannya. Gunakan BTS Skytrain, MRT, atau bus kota untuk berpindah dari satu area ke area lain. Selain hemat biaya, cara ini juga menghindarkanmu dari kemacetan. Banyak spot menarik dapat dijangkau dengan transportasi umum tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk taksi atau kendaraan sewaan.

Di sisi lain, perjalanan dengan transportasi umum juga membuka peluang untuk berinteraksi dengan penduduk lokal. Dari percakapan singkat di stasiun hingga berbagi arah jalan dengan sesama penumpang, pengalaman ini membuat perjalanan terasa lebih hidup. Melihat kota dari jendela kereta juga memberi perspektif baru, yakni Bangkok terlihat lebih nyata, jauh dari kesan destinasi wisata yang penuh promosi.

4. Menyusuri kuil-kuil kecil yang tersembunyi di tengah kota

ilustrasi kuil di Thailand (unsplash.com/JieSuang Ng)

Ketika banyak wisatawan berbondong-bondong ke Wat Arun atau Wat Pho, kamu bisa memilih untuk menjelajahi kuil-kuil kecil yang tersebar di area perkampungan. Beberapa kuil lokal tidak dikenakan biaya masuk dan suasananya jauh lebih tenang, serta reflektif, misalnya, Wat Ratchabophit atau Wat Thepthidaram yang menyimpan detail arsitektur dan sejarah menarik.

Mengunjungi kuil tersembunyi juga memberi kesempatan untuk memahami spiritualitas masyarakat Thailand secara mendalam. Di sana, kamu bisa melihat para biksu berdoa, warga menyalakan dupa, dan suasana hening yang kontras dengan hiruk-pikuk pusat kota. Bagi banyak orang, momen seperti ini menghadirkan rasa tenang dan pengalaman perjalanan yang berkesan.

5. Menikmati kuliner otentik di warung pinggir jalan yang terpercaya

ilustrasi pad thai (vecteezy.com/Bigc Studio)

Bangkok tidak bisa dipisahkan dari kulinernya, tetapi banyak wisatawan justru terjebak di restoran mahal yang menyesuaikan rasa untuk turis. Jika ingin merasakan cita rasa asli Thailand, cobalah makan di warung kecil yang dipadati warga lokal. Harganya terjangkau, porsinya besar, dan rasanya jauh lebih jujur dibanding restoran modern di pusat perbelanjaan.

Untuk memastikan keamanannya, pilih tempat yang ramai oleh penduduk lokal dan terlihat bersih. Makan di tempat semacam ini bukan hanya soal kuliner, tetapi juga pengalaman sosial. Kamu bisa menyaksikan bagaimana makanan disiapkan di depan mata, mendengar obrolan santai pelanggan, dan merasakan suasana yang hangat.

Bangkok bukan sekadar kota wisata penuh lampu dan pusat belanja, melainkan ruang hidup yang menawarkan keseharian masyarakat yang dinamis. Dengan sedikit keberanian untuk keluar dari zona turis, kamu bisa menemukan sisi kota yang lebih jujur, tenang, dan penuh cerita. Lalu, beranikah kamu menjelajahi Bangkok dari sudut yang tidak semua orang tahu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team