Potret Forbidden City di Shanghai, China (unsplash.com/zihoowong)
Lin Jian mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir, China dan ASEAN telah memajukan pembangunan komunitas dengan masa depan bersama, sekaligus mencapai kemajuan penting dalam membangun rumah yang damai, aman, serta bersahabat.
"Kunjungan antara masyarakat China dan negara-negara Asia Tenggara berlangsung secara intensif. Ada harapan bersama untuk semakin mempermudah perjalanan antara China dan ASEAN," tuturnya.
Sebelumnya, fasilitas bebas visa sudah diterapkan China kepada sejumlah negara di Asia Tenggara, yakni Singapura, Thailand, dan Malaysia; enam negara Teluk yang menjadi anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC), yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab; serta pemegang paspor biasa dari negara Amerika Latin, seperti Brasil, Argentina, Chili, Peru, dan Uruguay. China juga memiliki program “visa Lancang-Mekong" China untuk negara-negara di sepanjang Sungai Mekong.
"Jumlah negara yang diberikan akses bebas visa unilateral ke China telah menjadi 43 negara. Daftar yang terus bertambah ini menunjukkan tekad kuat China dalam memperluas keterbukaan tingkat tinggi," kata Lin Jian.
Langkah tersebut juga merupakan bagian dari tindakan konkret China untuk menciptakan ekonomi global yang terbuka. Pada kuartal pertama tahun 2025 ini, China menerima lebih dari 9 juta kunjungan warga negara asing. Jumlah tersebut naik lebih dari 40 persen dari tahun ke tahun.
Tak hanya itu, dalam empat bulan pertama, lebih dari 18 ribu perusahaan dengan investasi asing didirikan di China, naik 12,1 persen dari tahun ke tahun.