Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Tugu Jogja
ilustrasi Tugu Jogja (pexels.com/FARIZ)

Intinya sih...

  • Sarapan di Pasar Ngasem untuk pengalaman autentik dan terjangkau

  • Wisata budaya di Keraton Yogyakarta memberi gambaran nilai tradisi dengan harga terjangkau

  • Menikmati suasana santai di Prawirotaman yang penuh warna tanpa menguras bujet

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta selalu punya cara untuk membuat siapa pun ingin kembali. Kota ini bukan hanya soal wisata sejarah dan budaya, tapi juga pengalaman sehari penuh yang terasa lengkap meski tanpa bujet besar.

Banyak orang berpikir menjelajahi Yoyakarta butuh waktu lama dan biaya tinggi, padahal dengan rencana perjalanan yang efisien, semuanya bisa dilakukan dalam satu hari. Kuncinya ada pada pemilihan tempat, waktu, dan cara berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.

Melalui itinerary seharian di Yogyakatya yang terencana, kamu bisa menikmati kuliner lokal, wisata budaya, hingga suasana malam tanpa khawatir kehabisan uang. Semua aktivitas bisa diatur agar tetap seru, relevan, dan tidak terburu-buru. Berikut rencana perjalanan satu hari di Yogyakarta yang bisa kamu ikuti untuk pengalaman maksimal tanpa dompet terkuras.

1. Sarapan di Pasar Ngasem menjadi awal hari yang autentik

ilustrasi gudeg (commons.wikimedia.org/Indonesiagood)

Memulai hari di Yogyakarta paling tepat dengan mendatangi Pasar Ngasem, salah satu pasar tradisional tertua di kawasan pusat kota. Sekitar pukul 06.00 pagi, aroma masakan khas Jawa sudah memenuhi udara, di antaranya ada gudeg manis, aneka prasmanan dari oseng tempe, hingga sayur lodeh hangat tersaji di Warung Makan Bu Sirep. Warung prasmanan ini dikenal dengan suasana sederhana dan harga yang bersahabat, di mana sepiring nasi, sayur, dan lauk bisa didapat hanya sekitar Rp10 ribu saja.

Menikmati sarapan di tempat ini bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal atmosfer kehidupan lokal. Kamu akan melihat interaksi penjual dan pembeli yang hangat, mendengar sapaan khas logat Jawa, hingga merasakan kesederhanaan yang jadi daya tarik utama Yogyakarta. Setelah sarapan, kamu bisa berjalan kaki sebentar menuju destinasi berikutnya, karena lokasinya strategis, tak jauh dari jantung wisata budaya kota.

2. Wisata budaya di Keraton Yogyakarta memberi gambaran nilai tradisi

Keraton Yogyakarta (commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)

Hanya 7 menit berjalan kaki dari Pasar Ngasem, kamu akan tiba di Keraton Yogyakarta. Bangunan ini bukan sekadar istana, tetapi juga simbol identitas dan sejarah panjang yang masih hidup hingga kini. Tiket masuknya terjangkau, hanya Rp15 ribu untuk wisatawan domestik, tetapi nilai pengalaman yang kamu dapat jauh lebih besar. Di dalam area keraton, pengunjung bisa menyaksikan arsitektur klasik Jawa, gamelan yang dimainkan langsung, serta koleksi peninggalan kerajaan yang masih terawat.

Keraton memberikan kesempatan untuk melihat sisi lain Jogja, yakni kota yang tak hanya sibuk dengan wisata modern, tetapi juga tetap menjaga akar budayanya. Setiap sudutnya terasa hidup, dari aroma kayu jati hingga lantunan tembang Jawa yang lembut. Di sinilah kamu bisa memahami kenapa Yogyakarta disebut “Kota Istimewa” bukan hanya karena status administratifnya, tapi karena setiap detil di keraton masih merepresentasikan jiwa masyarakatnya.

3. Menikmati suasana santai di Prawirotaman yang penuh warna

ilustrasi batik (unsplash.com/wafieq akmal)

Setelah mengenal budaya klasik, waktunya beralih ke sisi modern Yogyakarta. Prawirotaman, yang dikenal sebagai “kampung turis”, menawarkan suasana lebih santai dengan deretan kafe dan toko kecil yang artistik. Tempat ini cocok untuk bersantai siang hari, menikmati es krim di Tempo Gelato atau sekadar menikmati kopitiam di Se-ro-dja. Selain itu, banyak toko cendera mata, seperti Palka Art Craft dan Puji Batik, yang menjual pernak-pernik khas dengan sentuhan modern.

Prawirotaman memperlihatkan perpaduan antara budaya lokal dan gaya hidup urban yang menarik. Di sini, kamu bisa bertemu traveler dari berbagai negara, berbincang ringan, atau sekadar menikmati nuansa Yogyakarta dari sudut yang lebih kekinian. Meski tampil modern, harga makanan dan minumannya tetap ramah di kantong menjadikannya destinasi yang sempurna untuk melanjutkan perjalanan tanpa menguras bujet.

4. Melihat sunset di Ratu Boko dan Prambanan untuk penutup sore yang megah

Candi Prambanan (pexels.com/Pixabay)

Menjelang sore, arahkan perjalanan menuju kompleks Ratu Boko yang berjarak sekitar 3 kilometer dari Candi Prambanan. Tiket masuk mulai Rp40 ribu sudah termasuk asuransi dan pengalaman yang kamu dapat sepadan dengan pemandangan menakjubkan dari atas bukit.

Ratu Boko bukan candi seperti yang banyak dikira, melainkan reruntuhan istana kuno yang diyakini pernah menjadi pusat pemerintahan pada abad ke-8. Dari titik ini, kamu bisa melihat cakrawala luas dan matahari terbenam yang perlahan menyorot sisa-sisa gerbang batu raksasa.

Setelah itu, lanjutkan ke Candi Prambanan yang buka hingga pukul 17.00. Kamu bisa menjelajahi pelataran dan mempelajari struktur arsitekturnya yang megah. Jika ingin menutup hari dengan kesan mendalam, tontonlah Sendratari Ramayana di area terbuka Prambanan. Pertunjukan ini menggabungkan tari, musik, dan kisah klasik Jawa dalam latar megah candi yang diterangi cahaya malam momen yang sulit dilupakan tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.

5. Menutup malam dengan kuliner jalanan yang hangat dan bersahabat

ilustrasi bakmi jawa rebus (commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)

Perjalanan sehari belum lengkap tanpa menikmati suasana malam Yogyakarta. Mulailah dengan mencicipi Gudeg Yu Djum atau Gudeg Yu Yah yang buka hingga dini hari. Jika lebih suka sesuatu yang hangat, mampirlah ke Bakmi Godog Pak Pur yang terkenal dengan kuah gurih dan aroma bawang yang khas. Alternatif lain adalah Gultik Bang Jago yang menyajikan gulai daging dan ayam di trotoar Malioboro, memberi sensasi makan malam sederhana namun penuh cita rasa.

Sebagai penutup, duduklah di angkringan sambil menyeruput kopi joss, yakni kopi panas yang disajikan dengan arang membara. Suasananya akrab dan santai, cocok untuk merenungkan perjalanan seharian penuh pengalaman. Di sinilah esensi Jogja terasa paling nyata: kota yang tak pernah menuntut banyak, tapi selalu memberi ruang bagi siapa pun untuk menikmati hidup dengan sederhana.

Menjalani itinerary seharian di Yogyakarta bukan sekadar soal berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tapi tentang memahami karakter kota yang menggabungkan kehangatan, budaya, dan kesederhanaan. Semua bisa dilakukan tanpa perlu pengeluaran besar, asalkan tahu bagaimana mengatur waktu dan memilih destinasi yang tepat. Jadi, siapkah kamu menjelajahi Yogyakarta?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team