Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Jewel Changi Airport, Singapura
Potret Jewel Changi Airport, Singapura (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Intinya sih...

  • Mulai Oktober 2026, penumpang dari Singapura akan dikenakan biaya retribusi Sustainable Aviation Fuel (SAF).

  • Biaya bervariasi berdasarkan jarak tempuh dan kabin yang dipilih, dengan tarif tertinggi sekitar SGD10,40 (Rp133 ribu).

  • Pengecualian pembayaran berlaku untuk penumpang transit, penerbangan pelatihan, misi kemanusiaan, dan layanan carter tertentu.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penumpang yang terbang dari Singapura ke sejumlah negara akan dikenakan biaya retribusi Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan. Aturan anyar ini akan diberlakukan mulai Oktober 2026 dan berlaku untuk semua tiket yang dibeli setelah 1 April 2026.

Dilansir dari TimeOut pada Rabu (19/11/2025), kebijakan ini merupakan yang pertama di dunia, sebagai bagian dari upaya mendekarbonisasi udara dan langkah nyata mewujudkan penerbangan yang ramah lingkungan.

Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), retribusi ini didasarkan pada volume SAF yang dibutuhkan untuk memenuhi target satu persennya untuk tahun 2026, serta proyeksi harga premium SAF. Meskipun SAF jauh lebih berkelanjutan daripada bahan bakar jet konvensional (SAF terbuat dari minyak daur ulang dan residu pertanian), biaya produksinya ternyata juga jauh lebih mahal.

Kira-kira berapa biaya yang dibebankan kepada penumpang dengan adanya kebijakan ini? Simak informasinya berikut, yuk!

Biaya yang dibebankan kepadan penumpang

Untungnya, biaya baru yang ditetapkan tidak akan menguras kantong penumpang dan tetap adil pihak-pihak terkait. Biayanya bervariasi berdasarkan jarak tempuh penumpang udara dan kabin yang dipilih untuk setiap penerbangan.

Selain itu, retribusi juga akan dikategorikan dalam empat kelompok geografis. Kelompok satu terdiri dari Asia Tenggara; kelompok dua meliputi Asia Timur Laut dan Selatan, Australia, dan Papua Nugini; kelompok tiga terdiri dari Afrika, Asia Tengah dan Barat, Eropa, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, dan Selandia Baru; dan kelompok empat adalah Amerika.

Untuk harga rute pendek (Asia Tenggara), hanya akan dikenakan biaya SGD 1 (sekitar Rp12.800) dan penerbangan ekonomi jarak jauh sekitar SGD10,40 (Rp133 ribu). Sementara itu, tarif tertinggi di kelas bisnis dan kelas satu (first class), biaya yang dibayarkan USD41,60 (Rp532 ribu). Masih jauh lebih murah dibandingkan membayar bagasi terdaftar tambahan, kan?

Biaya tambahan ini berlaku untuk semua tiket atau layanan yang dijual mulai 1 April 2026 (termasuk pengiriman kargo dan penerbangan bisnis) dan untuk perjalanan yang berangkat mulai 1 Oktober 2026. Bagi sebagian orang, penambahan biaya ini terasa kecil, tetapi dampaknya sangat besar untuk planet kita.

Apakah ada pengecualian pembayaran?

Potret Bandara Internasional Changi Singapura (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Tetap ada pengecualian pembayaran, karena tidak semua orang atau penumpang yang terbang akan dikenakan retribusi. Hal tersebut hanya berlaku untuk penumpang yang berangkat dari Singapura ke beberapa tujuan yang berbeda.

Penumpang transit yang melewati Bandara Internasional Changi (atau Seletar) dibebaskan dari biaya ini (pajak hanya berlaku untuk penerbangan yang berangkat dari Singapura). Selain itu, penerbangan pelatihan, misi kemanusiaan, dan layanan carter tertentu juga tidak akan dikenakan biaya.

Retribusi hanya berlaku untuk tujuan berikutnya. Misalnya, jika kamu terbang dari Singapura ke Amerika Serikat dengan transit di Hong Kong, maka kamu hanya akan dikenakan biaya untuk penerbangan ke Hong Kong.

Retribusi Sustainable Aviation Fuel (SAF) bukan sekadar biaya tambahan, melainkan sebuah langkah berani kepada dunia penerbangan bahwa Singapura serius memainkan peran penting dan pionir dalam perjalanan udara berkelanjutan. Akankan destinasi lain mengikuti jejak ini?

Editorial Team