Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perusahaan Perlu Dorong Kebijakan Bebas Bias Gender di Dunia Kerja

Foto. 1A.jpeg
Media Talk OCBC: Perjalanan Menuju Kemerdekaan dari Bias Gender di OCBC Tower, Jakarta Selatan, pada Rabu (13/8/2025). (Dok. OCBC).
Intinya sih...
  • OCBC gelar Media Talk "Perjalanan Menuju Merdeka dari Bias Gender" di Jakarta.
  • Data BPS 2024: partisipasi perempuan di angkatan kerja hanya 55%, SDG Global Database mencatat hanya 32% perempuan menduduki posisi manajerial pada 2022.
  • Dwi Yuliawati UN Women Indonesia: Perusahaan perlu mengintegrasikan Women’s Empowerment Principles (WEPs) dalam kebijakan kerja, OCBC percaya ruang kerja yang adil gender akan membuka peluang yang sama untuk semua.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perempuan masih menghadapi hambatan besar untuk menembus posisi strategis dalam dunia kerja. Kondisi ini menjadi latar belakang diskusi untuk mendorong kebijakan inklusif demi kesetaraan gender yang lebih nyata.

Head of Programmes UN Women Indonesia, Dwi Yuliawati menegaskan, perusahaan perlu mengintegrasikan Women’s Empowerment Principles (WEPs) dalam kebijakan kerja.

“Kebijakan tempat kerja ramah keluarga dapat meningkatkan partisipasi perempuan di angkatan kerja,” ujar dia dalam Media Talk yang bertema "Perjalanan Menuju Merdeka dari Bias Gender" di OCBC Tower, Jakarta, Rabu (13/8/2025).

Acara ini digelar OCBC jelang Hari Kemerdekaan Indonesia, dengan menghadirkan narasumber dari UN Women Indonesia dan Aliansi Laki-Laki Baru. Diskusi tersebut membahas pentingnya membebaskan diri dari stigma dan norma yang membatasi peran perempuan maupun laki-laki di rumah dan dunia kerja.

1. Tantangan perempuan di dunia kerja

Foto 2B.jpeg
Media Talk OCBC: Perjalanan Menuju Kemerdekaan dari Bias Gender di OCBC Tower, Jakarta Selatan, pada Rabu (13/8/2025). (Dok. OCBC).

Data BPS 2024 menunjukkan partisipasi perempuan di angkatan kerja Indonesia hanya 55 persen, jauh di bawah laki-laki yang mencapai 85 persen. SDG Global Database mencatat hanya 32 Persen perempuan menduduki posisi manajerial pada 2022.

Norma gender yang menempatkan pekerjaan rumah tangga dan perawatan keluarga sepenuhnya pada perempuan menjadi salah satu penyebab rendahnya partisipasi mereka di dunia kerja.

2. Peran perusahaan dalam menciptakan kesetaraan

Foto 1B.jpeg
Betti S. Alisjahbana, Komisaris Independen OCBC (Dok. OCBC).

Komisaris Independen OCBC, Betti Alisjahbana, menekankan pentingnya membangun budaya profesional yang setara. Menurutnya, kepemimpinan perempuan tidak boleh menjadi pengecualian, melainkan bagian dari ekosistem kerja yang inklusif.

“Di OCBC, kami percaya bahwa ruang kerja yang adil gender akan membuka peluang yang sama untuk semua, dengan kebijakan, program pengembangan, dan fasilitas ramah bagi seluruh karyawan,” ujar Betti.

3. Kolaborasi lintas gender

IMG_20250813_171032.jpg
Dwi Yuliawati, Head of Programmes UN Women Indonesia; Betti S. Alisjahbana, Komisaris Independen OCBC; Wawan Suwandi, Koordinator Nasional Aliansi Laki-Laki Baru. (IDN Times/Indira Pranasdita).

Kesetaraan gender bukan hanya tanggung jawab perempuan. Koordinator Nasional Aliansi Laki-Laki Baru, Wawan Suwandi menyampaikan bahwa laki-laki juga perlu terlibat aktif dalam perubahan. Dunia kerja yang fleksibel dan rumah tangga dengan peran yang adil akan menciptakan kolaborasi sehat antar gender.

“Stigma seperti ‘ibu rumah tangga’ seharusnya diganti menjadi ‘rumah tangga bersama’. Narasi ini perlu kita ubah agar kesetaraan tercapai,” tegasnya.

OCBC menegaskan bahwa kemerdekaan sejati adalah ketika tidak ada lagi bias yang membatasi langkah. Melalui kampanye #BaiknyaBarengBareng, OCBC mengajak seluruh pihak baik individu, keluarga, maupun institusi untuk bersama membangun lingkungan kerja dan sosial yang setara, inklusif, dan memerdekakan semua potensi tanpa terkekang.

Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us