[PUISI] Padam yang Tak Kau Lihat

Pagi yang segar
lama tak kuhirup —
tinggal harap
yang tak lagi hidup.
Dan kau,
yang memecahkan piring-piring
di saat laparmu,
membiarkan bisingnya
berserakan di lantai
sementara langkahku
tertatih,
menusuk tajam
di telapak kaki sendiri.
Malam,
jadi ladang mimpi buruk:
sepi menerkam,
jeritan memekik
tanpa satu pun yang peduli.
Lalu kini kau datang,
menjanjikan cahaya baru —
tapi,
bagaimana dengan waktu-waktuku
yang sudah lebih dulu
kau buat padam?
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.