8 Makanan Khas Tahun Baru Islam: Tradisi & Filosofi di Balik Hidangan 1 Muharram

Tahun baru Islam bukan hanya tentang pergantian kalender, tetapi juga tentang refleksi diri, harapan baru, dan tentu saja, kebersamaan. Nah, cara paling nikmat untuk merayakan pergantian tahun adalah dengan menyantap makanan khas Tahun Baru Islam yang kaya akan makna dan cita rasa.
Tradisi menyajikan hidangan istimewa saat Tahun Baru Islam telah turun-temurun di berbagai daerah di Indonesia. Setiap hidangan memiliki kisah dan filosofinya sendiri, seringkali melambangkan harapan akan keberkahan, kemakmuran, dan kebahagiaan di tahun yang baru. Yuk, kita jelajahi beberapa di antaranya!
1. Bubur suro, simbol keselamatan dan syukur

Bubur suro adalah hidangan klasik yang tak terpisahkan dari perayaan Tahun Baru Islam, terutama di Pulau Jawa. Bubur ini sering disajikan pada tanggal 1 Muharram sebagai simbol rasa syukur atas keselamatan dan keberkahan yang telah diberikan oleh Allah SWT. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu dan terus dilestarikan hingga kini, menjadikannya salah satu warisan kuliner yang kaya makna.
Bubur suro biasanya terbuat dari beras yang dimasak hingga lembut, kemudian diberi aneka lauk pauk dan pelengkap yang bervariasi tergantung daerahnya. Ada yang menambahkan tujuh jenis kacang-kacangan, sayuran, telur, atau bahkan irisan daging ayam. Bubur ini juga melambangkan keberagaman dan persatuan, karena berbagai bahan yang berbeda dapat bersatu dalam satu hidangan yang lezat.
2. Nasi tumpeng sebagai harapan kesejahteraan dan kebaikan

Nasi tumpeng dengan bentuk kerucutnya yang menjulang, merupakan simbol penting dalam banyak perayaan di Indonesia, termasuk Tahun Baru Islam. Tumpeng melambangkan gunung, yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa dan sumber keberkahan. Penyajian nasi tumpeng pada 1 Muharram diartikan sebagai harapan agar di tahun yang baru, kita senantiasa diberkahi dengan kesejahteraan, keselamatan, dan limpahan rezeki.
Selain nasi kuning atau nasi putih berbentuk kerucut, nasi tumpeng selalu dilengkapi dengan berbagai lauk-pauk di sekelilingnya, yang disebut ingkung. Lauk-pauk ini pun memiliki makna filosofisnya sendiri, seperti ayam utuh yang melambangkan kemandirian, urap sayuran yang melambangkan kesuburan, atau telur yang melambangkan kebulatan tekad. Setiap elemen dalam tumpeng ini memiliki makna mendalam yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal.
3. Ketupat dan lontong, lambang persatuan dan ampunan

Meskipun lebih sering diidentikkan dengan Hari Raya Idul Fitri, ketupat dan lontong juga sering hadir dalam perayaan Tahun Baru Islam di beberapa daerah, terutama dalam bentuk hidangan sayur lodeh atau opor, lho. Keduanya melambangkan persatuan, kebersamaan, dan ampunan. Bentuk anyaman ketupat yang rumit diartikan sebagai kerumitan hidup yang pada akhirnya akan bersatu.
Ketupat terbuat dari beras yang dikukus dalam anyaman daun kelapa muda, sedangkan lontong terbuat dari beras yang dikukus dalam gulungan daun pisang. Proses pembuatannya yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian juga bisa dimaknai sebagai upaya untuk mencapai kesempurnaan di tahun yang baru. Dilansir dari informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tradisi menyantap ketupat dan lontong bersama keluarga adalah cara untuk mempererat tali silaturahmi.
4. Jenang, hidangan manis penuh harapan

Jenang atau bubur manis adalah hidangan lain yang sering disajikan saat Tahun Baru Islam, khususnya di daerah Jawa. Ada berbagai jenis jenang, seperti jenang grendul, jenang candil, atau jenang sumsum. Hidangan manis ini melambangkan harapan akan kehidupan yang manis dan penuh kebahagiaan di tahun yang baru, sekaligus sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang telah diterima.
Jenang biasanya terbuat dari tepung beras atau tepung ketan, santan, dan gula merah. Seringkali dengan tambahan pandan untuk aroma wangi. Jenang juga melambangkan kelembutan hati dan kemurahan rezeki yang diharapkan di tahun yang akan datang, lho.
5. Apem, simbol mohon ampun dan berkah

Kue apem jadi kudapan tradisional yang sering dijumpai dalam perayaan keagamaan di Indonesia, termasuk Tahun Baru Islam. Nama "apem" sendiri dipercaya berasal dari bahasa Arab "afuan" atau "afuwwun" yang berarti ampunan. Oleh karena itu, menyantap apem saat Tahun Baru Islam adalah bentuk permohonan ampun atas segala dosa di tahun yang telah berlalu dan harapan akan berkah di tahun yang baru.
Apem terbuat dari campuran tepung beras, gula, santan, dan ragi, kemudian dikukus atau dipanggang. Teksturnya yang empuk dan rasanya yang manis membuatnya menjadi favorit banyak orang. Biasanya, kue apem juga disajikan sebagai bagian dari sesaji atau slametan sebagai bentuk rasa syukur dan doa.
6. Kue cucur bermakna kebaikan yang menyeluruh

Kue cucur dengan bentuknya yang unik dan teksturnya yang renyah di pinggir serta lembut di tengah, seringkali menjadi suguhan khas dalam berbagai acara adat, termasuk Tahun Baru Islam di beberapa wilayah. Bentuknya yang mengembang sempurna melambangkan harapan akan keberkahan dan kelimpahan rezeki yang terus meluas.
Kue tradisional ini terbuat dari tepung beras, gula merah, dan air kemudian digoreng hingga matang. Proses pembuatannya membutuhkan teknik khusus agar bisa menghasilkan "pinggiran" yang cantik menjadi keunikan tersendiri. Kue cucur seringkali disajikan sebagai bagian dari ritual syukuran, menandakan harapan akan kebaikan yang menyeluruh bagi yang menyantapnya.
7. Soto atau sop bermakna kehangatan kebersamaan

Di beberapa daerah, menyantap soto atau sop bersama keluarga dan kerabat menjadi tradisi saat Tahun Baru Islam. Hidangan berkuah hangat ini melambangkan kebersamaan, kehangatan, dan persatuan dalam menghadapi tahun yang baru. Variasi soto dan sop di Indonesia sangat beragam, mulai dari soto ayam, soto daging, sop buntut, hingga sop iga, masing-masing dengan kekhasan bumbunya sendiri.
Bahan-bahan yang digunakan dalam soto atau sop biasanya meliputi potongan daging, sayuran, dan bumbu rempah yang kaya rasa, yang direbus hingga menghasilkan kaldu yang gurih. Hidangan ini seringkali disajikan dengan nasi, kerupuk, dan pelengkap lainnya.
8. Serabi sebagai permohonan maaf dan rezeki melimpah

Serabi, kue tradisional dengan tekstur lembut dan fluffy ini, juga sering menjadi bagian dari perayaan Tahun Baru Islam di beberapa daerah, khususnya di Jawa Barat. Bentuknya yang bulat sempurna melambangkan kebulatan tekad dan harapan untuk memulai lembaran baru dengan hati yang bersih. Kadang serabi disajikan polos, namun banyak pula yang menambahkan aneka topping manis atau gurih.
Serabi terbuat dari tepung beras atau campuran tepung terigu dan tepung beras, santan, serta gula, dimasak di atas cetakan khusus yang menghasilkan tekstur unik. Kehadirannya seringkali dikaitkan dengan tradisi nyekar atau ziarah kubur, di mana serabi menjadi bekal untuk dibagikan.
Itulah beberapa makanan khas Tahun Baru Islam yang kaya akan makna dan cita rasa. Setiap hidangan bukan hanya memanjakan lidah, tetapi juga membawa pesan-pesan mendalam tentang harapan, syukur, dan kebersamaan. Jadi, hidangan mana yang akan kamu sajikan untuk menyambut 1 Muharram nanti?