Benarkah Otak Manusia Tidak Bisa Merasakan Sakit?

Kalau sedang melakukan aktivitas berat atau fokus menyelesaikan tugas, kadang kepala kita bisa saja merasakan sakit yang sangat nyelekit. Entah di keseluruhan kepala atau sebagian saja, rasa sakit kepala tentu sangat tidak menyenangkan dan sebisa mungkin harus segera diobati. Nah, kebanyakan dari kita mungkin mengira kalau sakit kepala itu muncul ketika bagian otak tertentu sedang mengalami sakit yang luar biasa.
Namun, bagaimana kalau sebenarnya otak kita itu tidak bisa merasakan sakit? Kalau sudah begitu, lantas, dari mana asal sakit kepala? Nah, pada kesempatan kali ini, yuk, kita buktikan apakah otak kita benar-benar tidak bisa merasa sakit, beserta asal usul sakit kepala yang sering kita rasakan. Kalau penasaran, simak ulasan lengkap di bawah ini, ya!
1. Dari mana rasa sakit berasal?

Sebelum membahas bisa atau tidaknya otak merasakan sakit, mula-mula penting untuk diketahui soal dari mana asal rasa sakit yang kita alami. Dilansir Brain Facts, rasa sakit itu muncul ketika kita menerima rangsangan berupa sesuatu yang kurang menyenangkan sampai kerusakan bagian tertentu dari tubuh. Rangsangan tersebut kemudian mengaktifkan saraf sensorik bernama nociceptors.
Saraf yang satu ini tersedia sangat banyak pada bagian kulit, otot, sendi, dan organ tubuh kita. Setelah saraf nociceptors menerima rangsangan, saraf tersebut akan mengirimkan sinyal ke otak. Dari situ, otak akan memproses sinyal yang diberikan sampai membuat kita merasakan sakit pada area yang menerima rangsangan. Proses ini berlangsung sangat cepat, bahkan relatif instan.
Jadi, rasa sakit itu sebenarnya memang mengalami proses “konfirmasi” terlebih dahulu dari otak sebelum akhirnya benar-benar kita rasakan. Lantas, apakah itu jadi pertanda kalau argumen otak tidak bisa merasakan sakit jadi tidak valid? Pasalnya, tak mungkin, kan, kalau otak bisa memproses rasa sakit, tetapi “dirinya sendiri” tidak dapat merasakan sakit.
2. Ternyata otak kita memang tidak bisa merasakan sakit!

Menariknya, argumen soal otak tidak bisa merasakan sakit itu sebenarnya valid secara ilmiah, lho. Otak manusia itu terdiri atas berbagai sel, saraf, dan jaringan yang tersusun sedemikian rupa supaya dapat bekerja secara optimal. Akan tetapi, otak tidak memiliki saraf nociceptors yang kita bicarakan sebelumnya sehingga organ yang satu ini jadi tidak bisa merasakan sakit.
Artinya, kalau ada rangsangan penyebab rasa sakit diarahkan langsung pada otak, maka tubuh kita relatif tidak akan merasakan apa-apa. Dr Nish Manek dalam BBC Science Focus menyebutkan bahwa berdasarkan stimulasi pada pasien yang melakukan operasi otak dalam keadaan sadar, si pasien tidak merasakan sakit saat bagian-bagian otaknya diberi stimulus secara langsung. Kalaupun ada prosedur operasi otak yang terasa sakit, dapat dipastikan hal tersebut berasal dari bagian lain, semisal bagian penutup otak, jaringan saraf, pembuluh darah, dan otot di leher.
Jadi, sekalipun otak adalah tempat berkumpulnya saraf dan “mesin” yang mengelola data rasa sakit yang diterima bagian tubuh lain, “dirinya” sendiri sama sekali tak bisa memproses rangsangan rasa sakit yang diterima. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dalam prosedur operasi otak, banyak pasien yang mengalaminya dalam kondisi sadar. Malahan, dokter dan tenaga medis yang bertugas tak jarang mengajak mengobrol, menyetel musik favorit, ataupun melakukan hal lain supaya pasien merasa nyaman.
Selain karena faktor otak yang tidak bisa merasa sakit, sebenarnya ada manfaat lain dari prosedur operasi otak secara sadar. Dilansir Medical News Today, dengan cara seperti ini dokter dan petugas medis dapat memantau fungsi otak secara langsung (terutama saat pengangkatan tumor) agar tidak mencederai bagian yang tidak seharusnya. Menariknya, dokter pun bisa menanyakan secara langsung pada pasien soal apa yang ia rasakan ketika bagian otak tertentu sedang mendapat tindakan.
3. Lalu, rasa sakit kepala yang sering kita alami itu berasal dari mana?

Oke, kita sudah tahu kalau otak tidak bisa merasakan sakit secara langsung karena ketiadaan saraf nociceptor. Lantas, dari mana asal-usul rasa sakit kepala yang sering kita rasakan itu? Kalau dari penjelasan di atas, seharusnya mudah untuk menebak pertanyaan tersebut.
Live Science melansir bahwa penyebab sakit kepala itu sangat beragam. Ada yang berasal dari pembengkakan sinus, gula darah rendah, ataupun cedera pada bagian kepala. Yang jelas, asal sakit kepala itu seluruhnya berasal dari pembuluh darah, otot, saraf, dan jaringan yang ada di luar otak. Otak yang menerima informasi dari nociceptor area sekitarnya memproses hal tersebut sebagai rasa sakit. Mengingat lokasinya sangat dekat dengan otak, maka wajar kalau kemudian kita mengasosiasikan sakit kepala sebagai rasa sakit yang berasal dari otak itu sendiri.
Menariknya, kalau kita berbicara soal migrain, yang merupakan salah satu jenis sakit kepala yang sering dialami manusia, jawaban sebenarnya masih belum diketahui secara pasti. Dilansir The Conversation, dugaan sementara soal asal-usul migrain itu berasal dari meninges, yakni tiga lapisan membran yang melindungi sekaligus membungkus otak beserta sistem saraf pusat. Walaupun otak tidak mengalami langsung rasa sakit ketika sakit kepala, sebenarnya hal tersebut bisa saja jadi tanda medis yang berhubungan dengan otak, apalagi kalau berlangsung dalam kurun waktu yang panjang, lho.
Ketika obat-obatan sudah tidak merespons sakit kepala dan justru malah semakin memburuk, hal tersebut bisa menjadi tanda kalau ada masalah pada otak. Misalnya saja, pendarahan, infeksi, sampai yang paling parah tumor di otak. Hal tersebut terjadi karena ketika otak mengalami masalah serius, ukurannya akan semakin membesar sampai menekan saraf atau jaringan lain yang ada di sekeliling. Nah, justru bagian saraf dan jaringan lain itulah yang memberikan informasi kalau otak kita sebenarnya sedang bermasalah.
Jadi, itu dia jawaban atas mitos atau fakta soal otak yang tidak bisa merasakan sakit. Tentunya aneh sekali, ya, untuk mengetahui kalau tempat pemrosesan rasa sakit ternyata tidak bisa merasakan sakit itu sendiri. Malahan, untuk mendeteksi penyakit yang dirasakan otak, perlu peran bagian tubuh kita yang lain supaya bisa mendeteksi dan menindak sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tubuh manusia itu memang benar-benar kompleks!
Referensi
"If the brain can't feel pain, why do I get headaches?". Brain Facts. Diakses Juni 2025.
"If the brain has no pain receptors, why do I get headaches?". BBC Science Focus. Diakses Juni 2025.
"What to know about awake brain surgery". Medical News Today. Diakses Juni 2025.
"If the brain doesn't feel pain, why do headaches hurt?". Live Science. Diakses Juni 2025.
"Does the brain really feel no pain?". The Conversation. Diakses Juni 2025.