Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Album yang Sengaja Dibuat untuk Bikin Pendengar Marah, Provokatif!

Eminem (instagram.com/eminem)
Eminem (instagram.com/eminem)
Intinya sih...
  • Encore – Eminem: Album dengan kualitas tidak konsisten, lagu-lagu absurd seperti “Big Weenie” dan “Just Lose It”. Eminem tampak sengaja merusaknya sebagai bentuk balas dendam atas kebocoran.
  • Awaken, My Love! – Childish Gambino: Langkah berani dari musik hip-hop menjadi funk-soul. Lagu “Redbone” sukses membuktikan Glover bisa sukses di luar ekspektasi genre.
  • No Code – Pearl Jam: Album yang tidak komersial, eksperimental dengan nuansa art rock dan lirik yang lebih personal. Usaha Pearl Jam untuk kembali pada akar musik dan mengusir ekspektasi publik.

Tak semua musisi membuat album untuk menyenangkan telinga para pendengarnya. Ada kalanya sebuah karya lahir justru dari amarah, kebosanan, atau bahkan keinginan untuk membuat penonton merasa tidak nyaman. Beberapa musisi memilih jalur nekat yaitu membuat album yang secara sadar akan memancing reaksi negatif.

Hasilnya adalah album-album yang sulit dipahami, mengganggu secara emosional, atau benar-benar berbeda dari harapan publik. Tapi justru dari keberanian seperti inilah lahir karya-karya yang unik, kontroversial, dan tak jarang justru berpengaruh besar dalam sejarah musik. Kira-kira, apa saja album yang sengaja dibuat untuk bikin pendengar marah?

1. Encore – Eminem

Eminem dikenal sebagai musisi yang suka cari gara-gara, tapi Encore mungkin adalah bentuk paling ekstrem dari sikap “aku bikin ini karena aku bisa.” Setelah sebagian lagu di album ini bocor ke publik sebelum rilis, Eminem memutuskan untuk membuat ulang sebagian besar materi. Hasilnya adalah sebuah album dengan kualitas yang sangat tidak konsisten dan lagu-lagu absurd seperti “Big Weenie” dan “Just Lose It”. Alih-alih menyempurnakan karya, Eminem tampak sengaja merusaknya sebagai bentuk balas dendam atas kebocoran tadi.

Album ini lebih terasa seperti lelucon pribadi yang dibagikan ke dunia tanpa peduli apakah pendengarnya akan suka atau tidak. Meski ada satu dua lagu bagus, banyak yang merasa Encore adalah titik terendah dalam kariernya. Tapi, seperti biasa, mungkin itulah yang ia inginkan sejak awal yakni membuat semua orang bingung, marah, dan tetap mendengarkan.

2. Awaken, My Love! – Childish Gambino

Donald Glover alias Childish Gambino dikenal sebagai seniman serba bisa dari aktor, komedian, penulis, hingga musisi. Namun, album Awaken, My Love! menjadi langkah berani yang mengejutkan banyak orang. Alih-alih membuat musik hip-hop seperti sebelumnya, Glover memilih jalur funk-soul lengkap dengan suara falsetto tinggi dan aransemen psikedelik.

Langkah ini seperti bentuk pembuktian bagi para kritikus yang sempat mencapnya sebagai artis yang tak akan pernah punya lagu hit. Album ini memang tidak sempurna, tapi lagu seperti “Redbone” sukses besar dan membuktikan bahwa Glover bisa sukses di luar ekspektasi genre. Ia tidak hanya menentang arus, tapi seolah berkata, “Kalau kalian pikir aku cuma bisa rap, lihat ini.” Awaken, My Love! adalah bentuk perlawanan musikal yang dibuat bukan untuk menyenangkan semua orang, tapi justru untuk menunjukkan bahwa ia bebas berkreasi tanpa batas.

3. No Code – Pearl Jam

Setelah mencapai puncak ketenaran dengan Ten dan Vs., Pearl Jam mulai merasa jengah dengan dunia selebritas. Mereka berhenti membuat video musik dan menolak tampil terlalu sering di media. Ketika merilis No Code pada 1996, niat mereka jelas yaitu membuat album yang tidak komersial, tidak ramah radio, dan mungkin akan membuat penggemar lama mengernyitkan dahi.

No Code berisi lagu-lagu yang cenderung eksperimental dengan nuansa art rock dan lirik yang lebih personal. Bagi sebagian orang, ini adalah bentuk sabotase terhadap ketenarannya sendiri. Tapi bagi Pearl Jam, ini adalah usaha untuk kembali pada akar musik dan mengusir ekspektasi publik. Mereka tidak peduli jika album ini tidak laku yang penting mereka jujur terhadap diri sendiri.

4. In Utero – Nirvana

Setelah kesuksesan Nevermind, Kurt Cobain merasa terjebak dalam dunia ketenaran yang tak pernah ia inginkan. Ia benci bagaimana Nirvana menjadi simbol budaya pop yang ia anggap palsu. Maka, saat merilis In Utero, ia dengan sengaja membuatnya mentah, kasar, dan jauh dari formula yang membuat Smells Like Teen Spirit begitu populer. Lagu-lagu seperti “Milk It” dan “Scentless Apprentice” adalah bentuk perlawanan terhadap industri musik, sementara judul provokatif seperti “Rape Me” tak mungkin bisa diputar di radio. Album ini bukan dibuat untuk menyenangkan siapa pun bahkan mungkin juga bukan untuk penggemar Nirvana. Cobain ingin kembali menjadi musisi alternatif yang tidak bisa ditebak, dan dalam prosesnya ia menciptakan salah satu album paling jujur dan gelap di era grunge.

5. Two Virgins – John Lennon & Yoko Ono

Ketika John Lennon dan Yoko Ono merilis Two Virgins, reaksi publik lebih fokus pada sampul albumnya ketimbang musiknya. Pasalnya, pasangan ini tampil telanjang bulat di cover yang secara terang-terangan menantang norma sosial. Tapi musiknya pun tak kalah mengganggu karena berisi rekaman suara eksperimental, teriakan, dan noise yang tidak enak didengar.

Bagi Lennon, ini adalah bentuk kebebasan artistik total. Ia tidak ingin lagi jadi "Beatle manis" yang menyenangkan semua orang. Two Virgins adalah pernyataan bahwa ia tak peduli apa kata dunia dan ia memilih untuk mengeksplorasi seni dengan caranya sendiri. Meskipun hasilnya membuat mayoritas pendengar merasa terganggu atau bahkan marah.

Pada akhirnya, musik bukan cuma soal merdu atau populer. Lima album yang sengaja dibuat untuk bikin pendengar marah ini adalah bukti bahwa seniman sejati tak takut bikin orang marah, selama mereka tetap bisa jujur pada apa yang ingin mereka katakan. Menurutmu sendiri album mana yang paling bikin kamu kesal tapi diam-diam kamu kagumi?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us