6 Musisi yang Dibenci karena Alasan Konyol, Ada Favoritmu?

- John Mayer dicap sebagai penyanyi manis dengan lagu-lagu cheesy, namun kemudian membuktikan bakatnya sebagai gitaris dan musisi berbakat.
- Oasis sering dituduh meniru The Beatles, namun lagu-lagunya membawa napas baru ke dunia rock di era '90-an.
- Coldplay sering dianggap membosankan, namun mereka mampu berevolusi dengan cerdas dan mencoba hal baru di setiap album.
Tidak semua musisi dibenci karena alasan yang masuk akal. Terkadang yang jadi bahan cemoohan bukan lagunya, tapi citra mereka di media, sikap di atas panggung, atau bahkan karena musik mereka terlalu populer. Ada band yang diserang karena terlalu mirip legenda, ada pula yang dicemooh hanya karena terlalu sering muncul di radio.
Padahal, di balik semua itu, banyak dari mereka adalah seniman sejati yang justru terus berevolusi dan berani ambil risiko. Lucunya, semakin besar sebuah nama, semakin besar pula ekspektasi dan tekanan dari publik. Fans bisa jadi sangat posesif, seolah punya hak untuk menentukan arah karier musisi favoritnya. Ini beberapa contoh musisi yang dibenci karena alasan konyol yang sebaiknya kamu pahami dulu.
1. John Mayer

Di awal kariernya, John Mayer sempat dicap sebagai penyanyi cowok manis dengan lagu-lagu cinta manis seperti “Your Body is a Wonderland” dan “Daughters." Banyak orang langsung menempatkannya dalam keranjang yang sama dengan penyanyi-penyanyi pop mellow yang sering memenuhi tangga lagu tahun 2000-an.
Gaya bermusiknya saat itu dianggap terlalu ringan oleh sebagian besar penggemar musik serius, dan lirik-liriknya sering kali jadi bahan olok-olok karena terdengar terlalu cheesy. Namun, seiring waktu, John Mayer justru menunjukkan dirinya sebagai salah satu gitaris dan musisi paling berbakat di generasinya.
Ia menggabungkan teknik bermain blues ala Eric Clapton dan Stevie Ray Vaughan ke dalam karyanya sendiri. Album live-nya seperti Where the Light Is (2008) membungkam banyak kritik dan memperlihatkan kemampuan musikalnya yang sebenarnya. Sayangnya, banyak orang masih melekatkan citra lamanya dan melewatkan pertumbuhan musikalnya yang luar biasa.
2. Oasis

Oasis memang terkenal bukan karena sikap ramah mereka, tapi karena kepercayaan diri tinggi dan mulut tajam. Namun, kebencian yang mereka terima sering kali lebih berfokus pada sikap ketimbang musiknya. Banyak yang menuduh mereka hanya meniru The Beatles, terutama karena suara Liam Gallagher dianggap mirip John Lennon dan karena band ini berasal dari Inggris.
Padahal, kalau dilihat dari lagu-lagunya, Oasis punya ciri khas yang kuat dan membawa napas baru ke dunia rock di era '90-an. Lagu-lagu seperti “Wonderwall," “Don't Look Back in Anger," hingga “Champagne Supernova” masih menjadi anthem lintas generasi. Konser legendaris di Knebworth jadi bukti bahwa musik mereka berbicara lebih keras daripada komentar negatif orang-orang.
3. Coldplay

Coldplay sering kali dicemooh sebagai band yang membosankan karena musik mereka dianggap terlalu lembut dan tidak menantang. Bahkan, dalam banyak daftar band yang paling “aman dan tidak berbahaya,” nama mereka sering muncul. Namun, apakah band yang mencoba menyentuh hati banyak orang dengan musik melankolis layak dibenci?
Sejak Parachutes (2000) hingga Viva la Vida (2008), Coldplay membuktikan mereka mampu berevolusi dengan cerdas. Mereka berani mencoba hal baru di setiap album, termasuk bereksperimen dengan musik global di Everyday Life (2019) dan memainkan struktur lagu yang tidak biasa di Music of the Spheres (2021).
Meskipun kerja sama mereka dengan The Chainsmokers jadi titik kontroversial, tidak bisa disangkal bahwa Chris Martin dan kawan-kawan masih punya rasa ingin tahu artistik yang tinggi.
4. Metallica

Bagi sebagian penggemar musik metal, Metallica dianggap mengkhianati akar mereka ketika mereka mulai membuat lagu yang lebih mudah dicerna di era Load (1996) dan The Black Album (1991). Beberapa orang bahkan menganggap mereka “menjual diri” karena terlalu populer. Padahal, musik mereka hanya berevolusi dan mencoba menjangkau pendengar lebih luas.
Tentu, tidak semua eksperimen mereka sukses, St. Anger (2003) dan Lulu (2011) mungkin dua contohnya. Namun, dibandingkan tetap bermain stagnan, bukankah patut dihargai ketika sebuah band besar mencoba hal baru? Sayangnya, karena tekanan dari fans yang terlalu keras, kini Metallica terlihat seperti kembali bermain aman dan justru kehilangan sisi eksploratif yang membuat mereka istimewa.
5. Phil Collins

Phil Collins adalah korban dari kesuksesan yang terlalu besar. Di era 80-an dan 90-an, lagu-lagunya ada di mana-mana, seperti di radio, film, TV, bahkan iklan. Banyak orang jadi jenuh mendengar suaranya terus-menerus dan akhirnya mulai membenci musiknya hanya karena terlalu familiar. Beberapa kritikus bahkan menyalahkan dia atas "matinya" selera musik bagus.
Padahal, di balik semua balada pop yang mudah dicerna itu, Phil Collins adalah musisi serba bisa. Ia tak hanya sukses solo, tapi juga berjasa besar saat masih bersama Genesis. Meskipun sering dicemooh karena gaya musiknya yang mellow, tetap saja setiap kali “In The Air Tonight” diputar, banyak orang tak bisa menahan diri untuk ikut air-drumming di bagian drum fill ikonik itu.
6. U2

U2 sering dibenci karena dianggap terlalu serius, terutama karena sosok Bono yang kerap tampil seperti penyelamat dunia dengan segala pesan sosial dan politiknya. Banyak orang merasa muak dengan gaya sok pahlawan yang melekat pada band ini, dan menganggap musik mereka hanya latar dari khotbah panjang yang membosankan.
Jika dilihat lebih jernih, U2 adalah band yang konsisten mencoba berinovasi di setiap albumnya, dari The Joshua Tree (1987) hingga Achtung Baby (1991). Mereka juga aktif dalam banyak kegiatan sosial secara nyata, bukan sekadar pencitraan. Meski tak semua albumnya sukses besar, U2 tetap menunjukkan bahwa mereka peduli, bukan hanya pada musik, tapi juga pada dunia di sekitarnya.
Pada akhirnya, tidak semua kebencian terhadap band atau musisi punya dasar yang kuat. Banyak yang hanya terbawa arus opini publik, tren media sosial, atau ekspektasi yang tidak realistis. Jadi, kamu sendiri apakah benar-benar tidak suka dengan musik mereka, atau kita hanya ikut-ikutan membenci tanpa alasan jelas?