[REVIEW] Castlevania: Nocturne Season 2—Adaptasi Kreatif dari Netflix

- Castlevania: Nocturne mengubah cerita game dengan baik.
- Richter Belmont dan karakter lain berkembang dengan baik pula.
- Visual, animasi, dan soundtrack epik membuat serial ini layak ditonton.
Castlevania: Nocturne Season 2 merupakan salah satu serial Netflix yang tidak boleh kamu lewatkan. Ia jadi musim terakhir dari spin-off serial adaptasi Castlevania. Musim kedua ini dapat diakhiri dengan solid dan rapi dalam delapan episode.
Namun, karena banyaknya perubahan dari versi game, sekuel ini juga dapat banyak respons negatif dari penggemar berat game Castlevania. Jadi bimbang mau menonton atau tidak? Daripada penasaran dengan ulasan dan respons yang beragam, yuk, simak review Castlevania: Nocturne Season 2 dari penulis di bawah ini! Semoga ulasannya dapat memberikan kamu gambaran tentang kualitas adaptasi yang cukup kreatif ini, ya!
1. Castlevania: Nocturne mengubah banyak cerita dari game, tapi eksekusinya sangat baik

Castlevania: Nocturne mengadaptasi kisah Richter Belmont dalam game Castlevania: Rondo of Blood (1997) dan sekuelnya, Castlevania: Symphony of the Night (1997). Namun, alih-alih menceritakan upaya Richter menyelamatkan kekasihnya dari Dracula, serial ini menghadirkan cerita yang sepenuhnya baru. Ia menceritakan perjuangan Richter Belmont untuk menghentikan sang ratu vampir, Erzsebet Báthory, untuk menguasai Prancis. Serial ini berlatar pada masa Revolusi Prancis (1789–1799).
Biasanya, serial adaptasi game yang terlalu kreatif dan lepas dari cerita orisinalnya kerap menjadi resep bencana. Namun, Castlevania: Nocturne berhasil membuktikan adaptasi yang berbeda dan segar juga dapat diterima dengan baik. Pemilihan Erzsebet Báthory sebagai penjahat utama juga cerdik. Ia adalah tokoh sejarah yang dikenal karena kekejamannya.
Revolusi Prancis juga jadi latar yang pas dan epik untuk pertempuran manusia melawan vampir. Namun, kebebasan serial ini dalam mengadaptasi Castlevania mungkin tidak dapat diapresiasi semua orang. Bahkan, ada beberapa momen yang membuat serial ini tidak terasa seperti Castlevania.
2. Richter Belmont adalah salah satu protagonis paling manusiawi dengan berbagai konflik diri

Untuk penokohan, musim kedua ini berhasil membuat para karakternya terasa benar-benar hidup, salah satunya Richter Belmont. Pada musim pertama, ia terlihat sebagai pemburu vampir amatir yang kadang terasa seperti pengecut. Namun, pada musim kedua, Richter berhasil tumbuh, melawan ketakutannya, dan menjadi seorang Belmont sejati.
Sementara, karakter seperti Maria Renard, Alucard, dan Juste Belmont juga dapat porsi yang sesuai. Mereka jadi relevan dalam cerita. Semua orang mengalami konflik diri dan membuat drama menjadi lebih berat serta menarik.
Sementara, karakter Anette berbeda banget dari versi game. Ia malah dapat peran yang lebih besar dan signifikan. Tentunya, kamu harus terbuka menerima perbedaan warna kulit yang sempat bikin kontroversi tersebut.
Sementara, untuk antagonisnya, Erzsebet Báthory, terasa kurang mengancam, sih. Ia hanya muncul sebagai vampir yang haus kekuasaan, tanpa pendalaman karakter yang lebih. Pada akhirnya, ia juga kurang mengintimidasi karena berhasil dihajar oleh Richter, Maria, dan Juste dengan mudah.
Drolta Tzuentes malah lebih menarik sebagai penjahat. Tiap awal episodenya, kita diberikan kilas balik kehidupan Drolta yang membuatnya menarik. Para Night Creature juga diberikan kepribadian yang membuat mereka lebih manusiawi dibanding monster tak berakal dari serial orisinalnya.
3. Dari segi visual, Castlevania: Nocturne berhasil melampaui prekuelnya, yang sudah sangat spektakuler

Powerhouse Animation Studios memang salah satu studio animasi terbaik di Netflix. Setelah berhasil menuai pujian atas adaptasi Castlevania (2017–2021), mereka makin meningkatkan kualitas animasi dalam Castlevania: Nocturne. Apalagi, pada musim kedua ini, banyak adegan pertarungan puncak yang epik. Perbedaan mendasar dari serial sebelumnya ialah art style yang lebih bertema anime. Kamu bisa lihat dari desain Alucard.
Untuk animasi dan kualitas visual, ia hadir dengan balutan efek animasi yang ciamik. Karena para karakter utama dapat menggunakan sihir, kita jadi bisa melihat adegan pertarungan yang lebih seru, penuh kombinasi senjata, dan sihir yang epik banget. Salah satu adegan pertarungan terbaik terjadi pada episode tujuh antara Richter, Juste, dan Maria melawan Erzsebet dengan kekuatan Sekhmet. Pertarungan Alucard dan Drolta juga memacu adrenalin penonton saking epiknya.
4. Soundtrack epik garapan Trevor Morris masih mengiringi tiap adegannya

Setelah sukses menggarap Castlevania, Trevor Morris kembali menjadi komposer untuk Castlevania: Nocturne. Ia kembali menghadirkan musik orkestra yang megah untuk tiap adegannya. Salah satu yang terbaik ialah lagu OST "Divine bloodlines" yang khas Castlevania banget. Untuk skor dan berbagai efek musik, Castlevania: Nocturne juga gak mengecewakan.
Salah satu nilai plus lainnya dari segi musik ialah adanya karakter Edouard. Meski telah diubah menjadi Night Creature, ia masih sering melantunkan nyanyian-nyanyian opera yang epik. Saat membawakan lagu "Grenadye Alaso", Edouard begitu menggugah hati.
5. Clive Bradley lebih berani mengadaptasi Castlevania

Setelah kasus pelecehan seksual yang menjeratnya, penulis serial Castlevania, Warren Ellis, tidak kembali untuk sekuelnya. Alih-alih, ia diganti oleh Clive Bradley. Tak seperti Warren yang lebih akurat dalam mengadaptasi material dari game, Clive lebih berani dengan merombak cerita sana sini. Ia juga menyisipkan unsur LGBTQ+ dan perubahan ras karakter. Ini banyak menuai kontroversi, apalagi bagi para penggemar game Castlevania.
Namun, eksekusi dari Clive Bradley cukup solid. Pada musim kedua ini, Ia berhasil meramu berbagai elemen-elemen kontroversial tersebut menjadi sebuah cerita baru yang sangat baik. Hubungan Mizrak dan Olrox, misalnya, berhasil menciptakan drama serta konflik cerita yang menarik. Perubahan ras Annette menjadi berkulit hitam pun ternyata punya tujuan untuk membuat karakternya lebih relevan dalam cerita.
Secara keseluruhan, Castlevania: Nocturne sukses dalam memberikan adaptasi lepas yang solid. Namun, buat yang mengharapkan cerita yang akurat dengan versi game yang sudah sangat ikonis, kamu mungkin bakal kecewa. Penulis memberikan skor 4/5 untuk Castlevania: Nocturne Season 2. Ia jadi penutup solid yang layak banget ditonton. Kalau kamu berlangganan Netflix, serial ini termasuk tontonan esensial, ya!