10 Keanehan Detective Conan yang Kayaknya Gak Pernah Ada yang Sadar

- Kogoro Mouri tidak pernah curiga terhadap Conan yang sering menggunakan bius padanya, tanpa efek samping.
- Profesor Agasa memiliki laboratorium dan gadget canggih tanpa terlihat bekerja, membuat statusnya dipertanyakan.
- Ran dan Sonoko jarang terlihat belajar di sekolah, namun sering terlibat dalam kasus tanpa stres ujian.
Detective Conan alias Meitantei Conan itu salah satu anime dan manga legendaris karya Gosho Aoyama. Ceritanya tentang Shinichi Kudo, seorang detektif SMA jenius yang tubuhnya mengecil jadi anak-anak setelah dipaksa minum racun oleh organisasi misterius. Sejak itu, dia hidup dengan identitas baru sebagai Conan Edogawa dan tinggal bersama teman masa kecilnya, Ran Mouri, sambil terus memecahkan kasus-kasus sambil mencari jalan buat kembali ke tubuh aslinya dan mengungkap organisasi hitam.
Meskipun anime dan manga Detective Conan begitu populer dan laris di pasaran, tapi sebenarnya kalau dipikir dengan akal sehat, banyak hal yang janggal di universe-nya Conan Edogawa alias Shinichi Kudo. Apa aja ya?
1. Kenapa Kogoro Mouri nggak pernah overdosis atau curiga sama biusnya Conan?

Conan udah ratusan kali (literally) nembak Kogoro pakai jarum bius dari jam tangan, tapi laki-laki itu nggak pernah kena efek samping sama sekali. Nggak ada toleransi obat, gak ada alergi, dan gak ada trauma. Herannya lagi, Kogoro juga gak pernah bangun dengan bingung kayak, "Kenapa aku selalu ketiduran pas ada kasus?" Udah gitu, orang-orang di sekitarnya juga gak curiga-curiga amat. Mereka lihat Kogoro mulai ngantuk, malah pada kesenengan kayak, "Ini dia!"
2. Profesor Agasa sebenernya kerja apa sih?

Dia punya laboratorium sendiri, bisa bikin gadget canggih yang bahkan kepolisian gak punya, dan gak pernah kelihatan kerja kantoran atau jualan sesuatu. Kayaknya duitnya gak habis-habis buat bikin jam bius, sepatu penendang super, pelacak, sampai skateboard roket. Bahkan alat penyusut buat Conan pun kayaknya harusnya udah bisa dia kembangkan juga dong? Tapi ya, kayaknya dia cuma "profesor" karena status doang.
3. Sekolahnya Ran dan Sonoko kok kayak gak punya ujian?

Sering banget mereka jalan-jalan ke vila, ikut festival, pergi kemah, atau terlibat kasus pembunuhan... tapi jarang banget kelihatan belajar atau stres soal tugas sekolah. Entah sekolahnya super santai atau sistem pendidikannya memang didesain biar murid mereka bisa keluyuran menyelidiki kasus tiap minggu.
4. Kenapa gak ada yang sadar suara Conan mirip banget sama Shinichi?

Ran itu sahabat dekatnya Shinichi, tapi udah ratusan episode dia ngobrol sama Conan yang literally ngomong pakai suara yang sama, cuma sedikit lebih cempreng. Bahkan pas Conan pakai alat pengubah suara buat menyamar jadi Shinichi, Ran kayak, "Oh, iya, itu dia!" padahal suara asli Conan aja udah kayak kloningan Shinichi mini.
5. Polisi Jepang kayaknya butuh pelatihan ulang

Gimana bisa bocah SD yang menyelesaikan hampir semua kasus, sementara polisi seringnya cuma mikir, "Hmm... ini pasti bunuh diri," atau "Kita tunggu Kogoro Mouri bangun." Kalau Conan gak ada, bisa-bisa setengah kota Tokyo jadi tempat di mana semua kasus pembunuhan dan kriminal tidak akan ada yang bisa memecahkannya.
6. Kenapa organisasi hitam gak pernah bener-bener ngejar Conan?

Conan sudah sering banget menghalangi rencana mereka, bahkan kadang mengacak-acak operasi besar, tapi organisasi itu kayak... "Ah, kita cari tahu siapa dia nanti-nanti saja." Padahal mereka segitu canggihnya, tapi soal Conan kayak slow response banget dan terkesan ogah-ogahan untuk menangkap Conan. Terlihat di beberapa film Detective Conan The Movie, Conan selalu hampir tertangkap organisasi hitam tapi lagi-lagi bisa lolos.
7. Ai Haibara bisa bikin racun penyusut tapi gak bisa bikin penawarnya?

Dia ilmuwan jenius dari organisasi hitam, tapi kayak stuck gitu sejak jadi anak-anak. Kadang kayaknya dia sudah menemukan celah buat bikin penawar, tapi lalu kayak, “Ah, nanti aja deh.” Udah gitu, gak ada tekanan buat buru-buru balik ke tubuh dewasa juga. Apa udah keenakan jadi anak kecil soalnya bisa jadi juara kelas karena paling pinter?
8. Kenapa semua orang gampang banget diundang ke vila-vila terpencil?

Setiap minggu pasti ada saja karakter yang dapat undangan ke vila misterius, biasanya dari orang yang udah lama gak ketemu. Ajaibnya, orang-orang ini gak pernah curiga dan selalu datang tanpa tanya-tanya dulu. Dan ya, 90 persen berakhir dengan pembunuhan. Tapi kayaknya itu gak cukup bikin mereka kapok.
9. Polisi dengan santainya membiarkan Conan mondar-mandir di TKP

Setiap ada kasus pembunuhan, entah itu di hotel, kapal, gunung, atau vila berhantu, Conan selalu ikut masuk ke tempat kejadian perkara. Dan bukannya mengusir, polisi malah menganggap itu hal biasa. Padahal ini bocah SD, bukan ahli forensik. Gak ada 'tuh protokol keselamatan, apalagi perlindungan saksi atau pengamanan lokasi. Lucunya lagi, kadang polisi malah ngangguk-ngangguk dengerin "komentar analisanya" kayak itu hal wajar dari anak kecil.
10. Kalau ada Kogoro, Ran, dan Conan dalam satu tempat, pasti akan ada kehebohan

Gak tau kenapa, tapi kombinasi tiga orang ini kayak magnet masalah. Setiap kali mereka jalan-jalan bareng, entah liburan, makan malam, atau sekadar belanja, pasti ada yang mati, hilang, atau menyamar jadi orang lain. Ran udah kayak magnet tragedi, Kogoro selalu ketiduran, dan Conan siap-siap mengeluarkan gadget buat menyelesaikan kasus. Yang aneh, mereka tetap jalan-jalan terus tanpa trauma. Kalau kejadian kayak gitu di dunia nyata, mungkin sudah dilarang masuk hotel mana pun.
Semesta Detective Conan memang penuh misteri, bukan cuma soal siapa pembunuhnya, tapi juga kenapa semua orang bisa terima hal-hal absurd tanpa banyak tanya. Dari Kogoro yang gak pernah curiga, Ran yang denial tingkat dewa, sampai polisi yang pasrah tiap kali bocah SD ikut campur di TKP, semuanya kayak sudah setuju buat tutup mata demi jalannya cerita. Tapi justru karena semua keanehan itulah kita terus balik lagi, nonton kasus demi kasus tanpa bosan. Dunia Conan mungkin gak masuk akal, tapi entah kenapa tetap bikin nyaman. Mungkin karena di balik semua logika yang dibuang, ada satu hal yang konsisten: rasa penasaran, dan itu gak pernah gagal bikin kita betah.