5 Tanda Anak Kebanyakan Nonton Televisi, Kurangi biar Fokus

- Anak gelisah saat listrik padam, sulit tidur, dan suka meniru adegan televisi
- Kesulitan tidur dan fokus belajar, serta durasi menonton televisi yang makin panjang
- Pembatasan jam nonton televisi perlu diterapkan untuk menghindari dampak negatif pada anak
Sekarang banyak orangtua sudah tahu dan mewaspadai bahaya penggunaan gawai pada anak-anak. Namun, televisi yang lebih dahulu ada masih kurang diwaspadai pemakaiannya. Tentu televisi juga penting sebagai saluran informasi. Tayangannya lebih terseleksi daripada internet.
Akan tetapi, makin banyak saluran yang dapat diakses, potensi bahaya bagi tumbuh kembang anak lebih tinggi. Sebagai contoh, di era 90-an film kartun hanya dapat dinikmati di hari Minggu. Itu pun gak seharian. Paling cuma sampai siang. Bahkan secara keseluruhan, jam siaran berhenti pada tengah malam.
Pembatasan seperti ini otomatis menjaga masyarakat khususnya anak-anak dari paparan berlebih siaran televisi. Sementara saat ini anak dapat menikmati film kartun dari pagi hingga malam setiap hari. Waspadai anak kebanyakan nonton televisi kalau sudah muncul tanda-tanda berikut ini.
1. Gelisah berlebihan hingga marah saat listrik padam

Tanda ini mirip dengan ketika anak stres bila harus berpisah dengan gawai. Celakanya, televisi tidak menggunakan baterai. Begitu listrik padam, televisi juga ikut mati. Bagaimana reaksi anak saat mendapati hal tersebut?
Untuk sesaat mungkin anak masih tenang. Namun, dia lalu gelisah bahkan rewel karena tidak bisa segera menyaksikan berbagai siaran favoritnya. Anak dapat tantrum, melempar remote, dan sebagainya. Semua itu tanda bahwa kelekatannya dengan televisi begitu tinggi.
Ia tidak tahu punya alternatif lain untuk mengisi waktunya. Bila tanda begini muncul, jangan malah orangtua memanjakan anak dengan menyalakan televisi hampir 24 jam penuh setiap hari. Saat listrik gak padam pun, waktunya menonton televisi harus dikurangi sedikit demi sedikit.
2. Sulit tidur dan maunya menonton televisi terus

Hindari orangtua terlalu mengikuti keinginan anak. Ia belum tahu batasan buat dirinya sendiri. Mau gak mau harus orangtua yang membatasi segala hal terkait anak. Sama seperti membatasi jajanan yang boleh dikonsumsi dan waktu bermainnya.
Soal kesukaan anak menonton televisi juga sama. Orangtua patut segera mengambil tindakan apabila anak maunya terus menyaksikan televisi. Sampai dia sukar tidur baik di siang maupun malam hari.
Di siang hari misalnya, anak menolak diajak tidur. Padahal ia juga telah lelah bersekolah. Waktu tidur malamnya pun lebih larut demi dia terus menonton televisi. Anak menjadi rewel sekali karena sebetulnya telah terlampau capek. Orangtua wajib tegas dan jangan kalah dari rengekan anak.
3. Suka meniru adegan bahkan hafal banyak dialog dalam televisi

Secara alami anak memang gampang sekali menyerap berbagai kejadian di sekitarnya. Namun, seharusnya kapasitas memorinya yang masih amat besar jangan cuma dipenuhi dengan siaran televisi. Bila seluruh ingatan anak seolah-olah cuma tentang tayangan TV, nanti ruang buat memori lain yang lebih penting malah berkurang.
Perhatikan apa yang dilakukan dan dikatakan anak. Berikut gayanya sehari-hari. Tayangan televisi sudah terlampau memengaruhinya kalau cara bicara jadi mirip tokoh dalam film kartun. Ia berbicara dengan orang lain seperti tokoh tersebut mengobrol dengan tokoh lainnya.
Padahal, dia tak sedang bermain peran dengan siapa pun. Semoga peniruan ini hanya sementara. Akan tetapi, cegah anak betul-betul dikuasai tontonan dengan mulai melakukan pembatasan jam nonton televisi. Jangan lupa, tegur anak bila suka ikut-ikutan gaya tokoh tertentu.
4. Sulit belajar dan berkomunikasi

Sama seperti konten-konten di internet yang dapat mengganggu konsentrasi, siaran televisi juga sama. Apalagi jika waktu menontonnya gak dibatasi. Anak sampai belajar ditemani televisi yang terus menyala. Volumenya pun masih terdengar olehnya.
Kamu bakal mendapati anak lebih lama memandangi layar kaca daripada bukunya. Daya konsentrasinya dalam belajar menjadi rendah. Ia merasa cepat sekali bosan dan kehilangan fokus. Pengetahuannya tentang berbagai tayangan televisi nyaris sempurna.
Namun, pemahamannya atas materi pelajaran amat rendah. Kemampuan komunikasi anak dalam keseharian juga dapat terganggu. Dia terbiasa terkondisikan hanya menjadi penonton dan gak terlibat langsung dalam interaksi bersama orang lain.
5. Durasi menonton televisi makin panjang sampai seharian

Berapa jam anak menonton televisi di rumah? Ini jangan dianggap gak penting untuk dipantau. Untuk anak yang sudah bersekolah, seharusnya menyaksikan televisi 1 sampai 2 jam sehari saja telah cukup sebagai hiburan.
Anak pada dasarnya sudah capek bersekolah sehingga perlu lebih banyak istirahat yang berkualitas. Bukan cuma dia duduk mematung berjam-jam di depan televisi. Apalagi dari ia bangun tidur sampai tidur lagi seperti diasuh oleh kotak televisi.
Anak prasekolah pun hendaknya gak menghabiskan waktunya di depan televisi. Kalau anak dibiarkan dijejali berbagai siaran televisi berjam-jam setiap hari, baginya itu akan menjadi kebutuhan. Tambah umur bukannya anak tambah aktif melakukan hal-hal lain, justru cuma ingin menyaksikan televisi melulu.
Tidak apa-apa kamu punya televisi di rumah sebagai sarana informasi dan hiburan. Namun, selain memilih saluran yang edukatif, jamnya tetap wajib diatur dan jangan sampai anak kebanyakan nonton televisi. Ciptakan suasana hening yang lebih panjang di rumah. Dengan begini, anak akan terdorong melakukan hal-hal lain yang lebih bermanfaat ketimbang nonton televisi.