Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Menyikapi Dosen yang Gak Pernah Kasih Feedback

ilustrasi konsultasi dengan dosen (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Dosen yang tidak memberikan feedback dapat menghambat proses belajar mahasiswa
  • Komunikasi terarah dan profesional perlu dibangun untuk meminta feedback
  • Memanfaatkan waktu konsultasi, mencari feedback dari sumber lain, dan mendokumentasikan setiap proses adalah langkah strategis yang bisa dilakukan

Ada banyak hal yang bikin kuliah terasa berat, salah satunya ketika dosen jarang hadir, jarang membalas pesan, dan yang paling mengganggu, gak pernah kasih feedback. Situasi seperti ini bukan cuma menimbulkan rasa frustrasi, tapi juga bikin proses belajar terasa berhenti. Saat tugas udah dikumpulkan dengan penuh usaha, tapi hasilnya cuma nilai tanpa catatan atau penjelasan, rasanya seperti melangkah dalam gelap. Apalagi kalau tugas itu seharusnya menjadi pijakan untuk proyek selanjutnya.

Sayangnya, hal ini cukup umum terjadi di banyak kampus. Dosen memang punya banyak tanggung jawab, dari mengajar sampai penelitian, tapi bukan berarti mahasiswa harus menanggung akibat dari minimnya komunikasi. Kalau dibiarkan, bisa menurunkan semangat dan kualitas pembelajaran. Tapi, bukan berarti mahasiswa gak bisa melakukan sesuatu. Ada beberapa langkah strategis yang bisa membantu agar komunikasi tetap berjalan, meski dari pihak dosen kurang responsif. Berikut ini beberapa tips yang bisa dijalankan untuk menyikapi dosen yang gak pernah kasih feedback.

1. Bangun komunikasi yang lebih terarah

ilustrasi komunikasi dengan dosen (freepik.com/freepik)

Kalau dosen sulit diajak diskusi atau gak pernah kasih komentar, cobalah mulai dengan mengirim pesan yang jelas dan terstruktur. Hindari pertanyaan yang terlalu umum seperti "Tugas saya sudah oke belum, Pak?" dan ganti dengan pertanyaan yang lebih spesifik seperti "Apakah argumentasi saya di bagian ketiga sudah cukup kuat untuk mendukung kesimpulan?". Pesan yang langsung pada inti akan lebih mudah dijawab dan menunjukkan keseriusan.

Menggunakan bahasa yang sopan, tapi tetap to the point, juga akan mempermudah komunikasi. Sertakan konteks tugas dan bagian mana yang dirasa masih membingungkan. Jangan lupa gunakan subjek email yang informatif dan profesional. Dosen pun akan lebih mudah merespons jika tahu mahasiswa benar-benar peduli pada proses belajarnya, bukan sekadar mengejar nilai.

2. Gunakan waktu konsultasi sebaik mungkin

ilustrasi konsultasi dosen pembimbing (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi konsultasi dosen pembimbing (pexels.com/Kampus Production)

Beberapa dosen mungkin gak aktif di email, tapi tetap menyediakan waktu konsultasi di luar jam kuliah. Manfaatkan sesi ini semaksimal mungkin untuk minta arahan atau klarifikasi. Buat daftar pertanyaan terlebih dulu sebelum bertemu agar gak membuang waktu dengan obrolan yang melantur. Pembicaraan jadi lebih fokus dan dosen pun lebih menghargai kesiapan yang ditunjukkan.

Kalau dosen memang sering absen saat jam konsultasi, coba ajukan permintaan pertemuan melalui pesan resmi. Jelaskan tujuan konsultasi secara singkat dan usahakan jangan menunggu terlalu lama dari waktu tugas diberikan. Lebih cepat minta klarifikasi, lebih besar kemungkinan hasil tugas bisa diperbaiki atau ditingkatkan sebelum tenggat tiba.

3. Cari feedback dari sumber lain

ilustrasi belajar kelompok (freepik.com/freepik)

Kalau dosen tetap gak kunjung kasih feedback, jangan terus-menerus menunggu tanpa hasil. Coba ajak teman satu kelas buat saling tukar tugas dan beri komentar. Feedback dari sesama mahasiswa sering kali cukup membantu untuk melihat kekurangan dari sudut pandang lain. Diskusi kelompok juga bisa membuka insight baru yang gak terpikir sebelumnya.

Selain itu, manfaatkan forum diskusi online atau komunitas akademik yang relevan dengan topik tugas. Banyak platform belajar yang memungkinkan mahasiswa untuk saling berbagi ide, referensi, atau kritik yang membangun. Memang bukan solusi utama, tapi setidaknya bisa mengisi kekosongan yang seharusnya dipenuhi oleh dosen. Inisiatif seperti ini akan memperkuat kemampuan analisis dan memperkaya wawasan.

4. Dokumentasikan setiap proses dan komunikasi

ilustrasi chat (unsplash.com/Asterfolio)

Jangan cuma menunggu feedback, tapi pastikan semua proses dokumentasi tugas dan komunikasi dengan dosen tercatat dengan baik. Simpan salinan email, chat, atau pesan yang sudah dikirim. Kalau suatu saat muncul persoalan soal nilai atau penilaian tugas, dokumen ini bisa menjadi bukti penting. Ini bukan soal curiga, tapi lebih ke langkah antisipasi.

Menjaga catatan perkembangan tugas juga membantu saat ingin melakukan perbaikan. Misalnya, mencatat bagian mana yang masih diragukan, sudah konsultasi apa saja, dan komentar dari teman sekelas. Dengan catatan semacam itu, proses belajar jadi lebih tertata meskipun feedback dari dosen gak pernah datang. Hal ini juga membentuk kebiasaan kerja profesional sejak di bangku kuliah.

5. Laporkan secara etis bila terlalu mengganggu

ilustrasi lapor ke akademik (freepik.com/pikisuperstar)

Kalau situasinya sudah berlangsung terlalu lama dan berdampak besar terhadap pembelajaran, ada baiknya mempertimbangkan untuk melapor secara etis. Jangan langsung menyerang pribadi dosen, tapi fokus pada fakta: tugas gak pernah dinilai dengan penjelasan, konsultasi sulit dilakukan, dan gak ada kejelasan soal evaluasi. Lapor ke pihak program studi atau akademik dengan bahasa yang sopan dan berbasis bukti.

Biasanya, pihak kampus punya mekanisme untuk menangani kasus seperti ini, terutama kalau ada lebih dari satu mahasiswa yang mengalami hal sama. Ajak teman yang juga terdampak agar suara lebih kuat. Tapi ingat, tujuan utamanya bukan menjatuhkan dosen, melainkan mencari solusi agar pembelajaran bisa berlangsung secara adil dan berkualitas. Tindakan seperti ini bisa membawa perubahan yang bermanfaat bagi angkatan berikutnya juga.

Menghadapi dosen yang gak pernah kasih feedback memang menguji kesabaran, tapi bukan berarti situasi ini harus diterima begitu saja tanpa upaya. Dengan strategi yang tepat dan pendekatan yang cermat, proses belajar tetap bisa berjalan dengan arah yang jelas. Jangan pernah ragu untuk memperjuangkan hak sebagai mahasiswa, selama itu dilakukan dengan cara yang santun dan konstruktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us