Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Ngobrol agar Hubungan Orang Tua dan Remaja Gak Renggang

ilustrasi remaja memeluk orangtuanya (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Orang tua perlu membuka ruang diskusi, bukan menceramahi remaja.
  • Jadi pendengar aktif tanpa menyudutkan untuk membuat remaja merasa didengarkan.
  • Validasi emosi mereka, berbicara seperti teman, dan ngobrol di waktu yang tepat.

Remaja belum pandai mengatur emosi, sehingga mereka cenderung mengambil risiko dan membuat keputusan impulsif. Peran orang tua sangat penting, hanya saja sedikit berubah. Misalnya, lebih baik mendengarkan daripada menjatuhkan mereka dengan pertanyaan merendahkan. Karena remaja akan lebih terbuka kepada orang tua jika mereka tidak merasa tertekan untuk berbagi informasi.

Sebisa mungkin menempatkan diri layaknya teman mereka, tetapi tetap kasih batasan yang tegas dengan cara lembut. Berikut adalah 5 tips ngobrol dengan anak remaja.

1. Buka ruang diskusi, bukan menceramahi

ilustrasi dua orang yang sedang berbicara (pexels.com/Christina Morillo)

Remaja cenderung menutup diri, jika memulai obrolan dengan kritik atau nasihat. Untuk itu, gantilah dengan menanyakan kabarnya terlebih dahulu, atau tanya sesuatu yang dapat membuka ruang bagi mereka untuk menjelaskan menurut pandangannya.

Jadi tujuan ngobrolnya bukan sekadar dapat jawaban, tapi ada ruang yang tulus sehingga meminimalkan konflik antar orang tua dan remaja. Selain itu, mereka akan lebih mudah mendengarkan perkataan orang tua.

2. Jadi pendengar aktif tanpa menyudutkan

ilustrasi dua wanita duduk di hadapan api unggun (pexels.com/Alex P)

Anak remaja biasanya malas untuk berbicara dengan orang tua, alasannya karena remaja merasa tidak dimengerti. Ini juga disebabkan oleh kebiasaan orang tua yang lebih banyak ngomong daripada mendengar.

Jangan menyela atau menyudutkan remaja, apalagi membandingkan dengan orang lain, karena itu akan membuat mereka makin diam dan lebih percaya teman atau media sosial untuk mencurahkan isi hati dibanding dengan keluarga.

3. Validasi emosi mereka, walau kita tidak setuju

ilustrasi dua pria sedang berpelukan (pexels.com/Pixabay)

Remaja tak suka dihakimi, mereka ingin orang lain memahami perasaannya. Orang tua harus menghargai perasaan anak remaja tanpa langsung menghakimi. Misalnya, anak remaja yang hendak berkumpul bareng teman, namun di esok hari ia akan menghadapi ujian di sekolah. Alih-alih melarang dengan suara tinggi, katakanlah, “ibu ngerti kamu pengen ngumpul bareng teman, tapi karena besok kamu ujian jadi baiknya atur jadwal kumpulnya sehabis ujian aja, ya!”

Memvalidasi emosi remaja bukan berarti kita menyetujui apa yang ia kehendaki. Namun, ini adalah cara untuk menghargai perasaannya. Karena anak remaja akan lebih mudah menerima nasihat orang tua, jika mereka merasa didengarkan terlebih dulu.

4. Berbicara seperti teman

ilustrasi tiga remaja tengah mengobrol (pexels.com/Nasirun Khan)

Mereka sedang berada di fase mencari identitas, dan ingin dianggap setara. Saat mengobrol dengan remaja, gunakan nada suara yang santai dan tak terkesan menggurui. Supaya mereka lebih terbuka untuk bercerita.

Ini bukan berarti orang tua menjadi teman sebaya mereka, tapi layaknya teman yang bisa dipercaya, juga memberikan rasa aman dan nyaman. Contohnya, “kalau butuh bantuan, bilang sama ibu. Nanti kita cari solusinya bareng-bareng”. Hindari intonasi mengejek, menyindir, dan ketus.

5. Ngobrol di waktu yang tepat

ilustrasi refreshing bareng keluarga (pexels.com/Elina Fairytale)

Sering disepelekan, padahal ini sangat krusial. Waktu. Ya, jangan hanya fokus pada apa yang mau dikatakan, tapi perhatikan waktunya untuk mengatakan. Karena ini bisa menentukan mau atau tidaknya remaja untuk bercerita.

Remaja sangat sensitif dengan suasana hati dan situasi. Untuk itu, orang tua bisa ngobrol dengan remaja pas suasana tenang biar nyaman. Misalnya, ketika lagi duduk santai sambil ngemil di teras rumah, bisa digunakan untuk menanyakan kabar anak, mulai dari sekolahnya, lingkungan pertemanan hingga aktivitasnya. Anak remaja pasti akan lebih terbuka dengan orang tua.

Tak hanya mengobrol, habiskan waktu bersama anak remaja untuk melakukan hal-hal disukai, seperti memasak, mendaki gunung, menonton film atau berolahraga bersama. Ini akan membuat hubungan orang tua dan remaja semakin lekat dan tak ada ruang untuk saling membenci.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nabila Inaya
EditorNabila Inaya
Follow Us