5 Alasan Mengapa Body Positivity Bukan Berarti Mengabaikan Kesehatan

Self-love memang penting, tapi apakah itu berarti kita boleh mengabaikan kondisi kesehatan tubuh? Banyak yang masih salah kaprah menganggap body positivity sebagai dalih untuk membenarkan pola hidup tidak sehat. Padahal, esensi dari gerakan ini justru jauh dari glorifikasi obesitas ataupun pembiaran atas kondisi tubuh yang membahayakan.
Body positivity lahir untuk melawan stigma dan diskriminasi terhadap tubuh yang tidak sesuai standar ideal. Tapi bukan berarti kita berhenti berusaha merawat diri, ya. Yuk simak lima alasan kenapa mencintai tubuh gak berarti melupakan pentingnya kesehatan!
1. Body positivity bukan pembenaran untuk pola hidup yang merusak

Cinta pada tubuh bukan berarti bebas dari tanggung jawab merawatnya. Kalau kamu menggunakan body positivity sebagai alasan untuk terus makan sembarangan dan malas gerak, itu justru bentuk pengabaian. Padahal merawat tubuh juga salah satu bentuk cinta yang paling nyata.
Gerakan ini mendorong kita untuk menerima bentuk tubuh, bukan menolak fakta medis. Misalnya, kalau tubuh sudah memberi sinyal kelelahan atau risiko penyakit, masa iya kita abaikan begitu saja? Tubuhmu layak dicintai, tapi juga layak dijaga dengan sungguh-sungguh.
2. Mencintai diri artinya juga peduli pada kesehatan mental dan fisik

Body positivity mengajarkan penerimaan, tapi bukan berarti menyerah pada kebiasaan buruk. Penerimaan diri yang sehat akan menuntun pada keputusan bijak, termasuk soal makanan, tidur, dan olahraga. Tubuh yang sehat akan mendukung pikiran yang lebih jernih dan stabil.
Gak sedikit yang merasa cukup dengan mengatakan “aku terima diriku,” tapi menolak mengubah kebiasaan yang merugikan. Padahal cinta itu aktif, bukan pasif. Kalau kamu benar-benar sayang sama tubuhmu, kamu akan memberikan yang terbaik, bukan hanya yang terenak.
3. Keseimbangan adalah inti dari body positivity yang sehat

Ekstrem ke kiri atau kanan sama-sama gak baik, termasuk dalam mencintai tubuh. Kamu bisa kok menikmati comfort food sesekali, tapi tetap jaga porsi dan kebutuhan nutrisinya. Keseimbangan inilah yang justru membuat self-love terasa nyata, bukan ilusi.
Jangan sampai demi ingin terlihat positif dan inklusif, kamu malah mengabaikan alarm tubuhmu sendiri. Gaya hidup sehat bukan bentuk penolakan diri, tapi bentuk penghormatan. Karena menerima diri bukan berarti berhenti bertumbuh.
4. Body positivity bukan berarti anti-olahraga atau anti-diet

Ada anggapan keliru bahwa olahraga atau diet adalah bentuk ketidakpuasan terhadap tubuh. Padahal kalau kamu olahraga karena sayang tubuh, itu justru body positivity dalam bentuk paling jujur. Gerakan ini gak melarang perubahan, selama tujuannya bukan paksaan sosial.
Diet sehat juga bukan musuh dari self-love. Yang jadi masalah adalah diet ekstrem demi validasi orang lain. Selama kamu melakukannya untuk kesehatan, bukan demi standar kecantikan sempit, maka itu tetap sejalan dengan semangat body positivity.
5. Menghindari stigma bukan berarti menolak realita medis

Gak semua orang dengan tubuh besar itu tidak sehat, tapi juga gak semua bisa mengklaim sehat hanya karena merasa “bahagia.” Kesehatan tetap punya parameter yang objektif, seperti tekanan darah, kadar gula, atau kondisi jantung. Body positivity gak seharusnya menolak sains.
Stigma terhadap tubuh berisi memang harus dilawan, tapi bukan dengan menyangkal fakta. Jangan sampai kamu terjebak di antara pembelaan dan pembiaran. Tubuhmu bisa dicintai tanpa menolak peringatan dari dokter atau tanda-tanda dari dalam diri sendiri.
Body positivity adalah gerakan yang penting untuk melawan stigma, tapi juga harus dipahami secara utuh. Jangan sampai kamu jatuh pada pemahaman sempit yang justru membahayakan kesehatanmu sendiri. Cintai tubuhmu sepenuh hati, tapi jangan lupa merawatnya dengan sepenuh tanggung jawab juga ya!