5 Godaan Eksternal yang Bikin Gagal Hemat

- Flash sale dapat memicu pembelian impulsif karena waktu yang singkat dan harga murah.
- Ajakan dari sekelompok teman sulit ditolak dan dapat mendorong pengeluaran lebih banyak.
- Faktor cuaca memengaruhi keputusan pengeluaran, seperti membeli minuman dingin saat cuaca panas atau makanan hangat saat cuaca mendung.
Belajar berhemat tidak kalah sulit dari berbagai bidang studi di sekolah maupun perguruan tinggi. Tantangannya banyak, baik dari dalam maupun luar diri. Kamu yang sudah terbiasa mengeluarkan uang tanpa berpikir panjang sukar mengeremnya.
Apalagi saat dirimu juga tidak dalam situasi kesulitan keuangan. Tak ada motivasi yang lebih kuat untukmu mengurangi belanja. Keinginan buat lebih bijak memakai uang sudah ada bahkan mungkin sejak dulu. Cuma penerapannya yang masih terasa sulit.
Strategi pencatatan kebutuhan telah dilakukan pun belum tentu kamu berhasil menahan pengeluaran agar tak melampaui anggaran. Sayangnya, ada godaan eksternal yang bikin gagal hemat dan kamu tak sadar hal ini. Biasanya lima godaan ini paling susah dilawan.
1. Flash sale

Momen flash sale agak berbeda dengan diskon lainnya. Di minimarket misalnya, diskon sejumlah produk bisa berlangsung dari tanggal 1 sampai 15 setiap bulan. Lalu produk lain menyusul di minggu ketiga dan keempat. Ada waktu 14 hari buat konsumen memikirkan kembali apa-apa yang hendak dibelinya.
Itu menghindarkanmu dari kalap berbelanja. Namun, flash sale yang marak di marketplace berlangsung sangat singkat. Umumnya cuma beberapa jam bahkan terkadang satu jam. Saat dirimu membuka aplikasi, tidak jarang waktu yang tersisa tinggal hitungan menit.
Kamu seketika panik, tak punya kesempatan buat berpikir dengan jernih, lalu langsung memutuskan membelinya. Padahal, produknya belum tentu dibutuhkan. Malah selama ini dirimu tidak pernah ingin membelinya. Sikap impulsifmu terdorong oleh harga flash sale yang sangat murah dan tinggal beberapa menit lagi sudah gak berlaku. Ini sebabnya kamu sebaiknya tak sering cuci mata dengan scrolling aplikasi belanja.
2. Ajakan sekelompok teman

Kalau ajakan hanya datang dari satu teman, masih mudah untukmu menolaknya. Perdebatannya tidak alot. Contohnya, kawanmu mengajak main. Mungkin dia hanya akan mencoba membujukmu dua kali kemudian menyerah. Ia pergi sendiri atau malah ikut kamu menghabiskan waktu luang di kos-kosan saja.
Akan tetapi, perlawananmu menjadi tak berarti saat berhadapan dengan kelompok. Setiap usahamu menolak ajakan mereka, selalu ada bujukan dengan segala alasan dan iming-iming. Teman-temanmu tidak bakal menyerah sampai dirimu mau ikut bersama mereka.
Pun kamu lama-kelamaan merasa gak enak bila berkeras tak mau ikut. Nanti dirimu dikira lagi marah serta ingin menjauhi mereka semua. Kamu tidak sanggup membayangkan seandainya satu penolakan berujung kehilangan beberapa kawan sekaligus. Tapi dampaknya, dirimu keluar uang buat beli berbagai hal selama main bareng mereka.
3. Faktor cuaca

Kamu yang gagal hemat, kenapa cuaca dibawa-bawa? Cuaca memang gak pernah salah. Cuaca sudah dari sananya panas, mendung, atau sejuk. Makhluk hidup cuma perlu beradaptasi. Hanya saja, cuaca memengaruhi berbagai keputusanmu terkait uang.
Contohnya, saat cuaca panas sekali dirimu pasti ingin terus mengonsumsi minuman dingin. Kamu yang biasanya merasa cukup minum air putih suhu ruang dari tumbler mendadak beli es teh. Dalam sehari barangkali dirimu membeli lebih dari satu gelas minuman yang menyegarkan.
Terutama bila kamu beraktivitas dari pagi hingga sore di luar ruangan. Hal serupa juga terjadi ketika cuaca mendung terus di musim hujan. Keinginan makan menjadi lebih kuat. Masakan sendiri dapat terasa kurang memuaskan dan mendorongmu membeli berbagai makanan hangat seperti bakso dan seblak setiap hari.
4. Iklan yang muncul di mana-mana

Sebelum ada smartphone mungkin kamu paling sering melihat iklan di televisi. Di jalan juga ada banyak baliho, tetapi biasanya gak terlalu menarik perhatianmu. Sebab dirimu melihatnya sambil berkendara dan tidak sempat mencermatinya.
Tapi sekarang iklan bermunculan di berbagai aplikasi. Apalagi bila kamu aktif di media sosial. Dirimu tidak mengikuti akunnya pun tetap ada iklan yang muncul. Beranda media sosialmu tak pernah bersih dari bermacam-macam iklan.
Lama-kelamaan kamu bisa tergoda juga buat membelinya. Ini biasanya diawali dari rasa penasaran akan produk yang ditawarkan. Kemudian dirimu membaca berbagai komentar di unggahan iklan tersebut yang serba positif. Transaksi pun terjadi. Dari hari ke hari kamu bakal tambah suka memperhatikan iklan apa pun yang lewat lalu membelinya.
5. Kampanye yang menggugah semangat untuk berdonasi

Berdonasi untuk kegiatan sosial tentu bagus sekali. Akan tetapi, bila kamu tak memperhatikan keuangan nanti menjadi masalah. Perasaanmu mudah tersentuh. Apalagi dengan narasi, foto, serta video yang tambah memengaruhi psikismu.
Kamu ingin buru-buru membuka rekening dan mentransfer sejumlah uang. Walaupun besarannya gak seberapa bila dalam sebulan sampai berkali-kali bakal menjadi banyak. Terlepas dari semangatmu berbagi dan membantu, perlu ada pengaturan dalam berdonasi.
Juga prioritas penerima donasi serta anggarannya untuk setiap bulan. Jika anggaranmu buat bederma di bulan ini sudah habis, stop dulu. Walaupun ada unggahan aksi sosial yang muncul di beranda medsos, tunda waktu transfer sampai bulan depan. Cara ini menjaga pos sedekahmu tak membengkak karena pendapatanmu masih terbatas.
Saat kamu telah bertekad untuk hidup lebih hemat, bukan lantas prosesnya selalu mudah. Terkadang pertahanan dirimu runtuh oleh berbagai godaan eksternal yang bikin gagal hemat. Ambil pelajarannya supaya bulan depan anggaranmu lebih aman. Namun, jangan pula kamu merasa terlalu bersalah seolah-olah 1 atau 2 kali gagal hemat bakal membuatmu seketika bangkrut.