Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kesenjangan Anak Kos Baru dengan Anak Kos Lama, Jangan Malu Ngobrol

ilustrasi dua anak kos (pexels.com/Büşranur Aydın)

Jadi penghuni baru di sebuah kos-kosan mungkin membuatmu grogi. Sekalipun kamu sudah membayar lunas biaya sewa sesuai kesepakatan, bagaimanapun juga ini lingkungan baru. Dirimu bakal menghabiskan cukup banyak waktu di sana dari istirahat, belajar, hingga mungkin WFH.

Pun kamu berhadapan dengan banyak penghuni kos yang lebih senior. Jangan-jangan dirimu sampai merasa seperti mahasiswa baru yang ketar-ketir bakal dirundung kakak tingkat. Tenang, senioritas di tempat kos biasanya gak semenyeramkan itu. Malah solidaritasnya cukup tinggi karena anak kos lama tahu betul rasanya menjadi perantau.

Namun, memang terdapat beberapa kesenjangan yang umum terjadi antara anak kos baru dengan anak kos lama. Jangan khawatir, semua kesenjangan berikut tidak akan menimbulkan masalah serius dalam interaksi kalian sehari-hari. Malah kalian dapat seru mengobrol dan kamu menjadi tahu lebih banyak seputar kehidupan di kos-kosan.

1. Anak kos lama sudah seperti keluarga dengan pemilik dan penjaga kos

ilustrasi anak kos (pexels.com/Jeff Vinluan)

Sebagai anak kos lama, kedekatan mereka dengan penjaga bahkan pemilik kos terjadi secara alami. Beberapa dari mereka bahkan tetap indekos di situ dari pertama kali masuk kuliah sampai sekarang sudah bekerja. Jika rumah pemilik kos hanya bersebelahan, anak kos lama barangkali terbiasa keluar masuk seperti di rumah sendiri.

Dengan penjaga kos-kosan pun sama, mereka bercanda serta saling curhat. Baik penjaganya sesama jenis maupun lawan jenis tetap seru. Hubungan mereka selama ini telah menumbuhkan rasa saling percaya yang begitu besar.

Sementara itu, kamu sebagai penghuni baru masih merasa asing dengan penjaga maupun pemilik kos-kosan. Apalagi kalau usia mereka sudah sepantar orangtuamu. Dirimu tambah canggung untuk bersikap sok kenal sok dekat. Tapi tenang saja, seiring waktu hubungan kalian bakal lebih erat.

2. Biaya sewa anak kos lama biasanya lebih murah

ilustrasi anak kos (pexels.com/Julian de Wet)

Berapa biaya yang dibayarkan di awal kamu masuk kos-kosan kemarin? Jika setelah beberapa hari tinggal di sana dirimu mengetahui terdapat perbedaan biaya sewa kamar dengan penghuni lama, tidak perlu iri. Apalagi sampai kamu memprotes pemilik kos dan minta tarif kalian disamakan.

Perbedaan ini cukup banyak terjadi di kos-kosan. Bukan karena pemiliknya bersedia merugi demi anak kos lama. Akan tetapi, dalam usaha apa pun merawat pelanggan merupakan hal penting.

Bertahannya para penghuni lama memberikan kepastian pendapatan untuk pemilik kos-kosan. Lain dengan penghuni baru yang bisa saja tiba-tiba pindah 1 atau 2 bulan kemudian. Meski anak kos baru sepertimu memberikan lebih banyak uang, betahnya anak kos lama kasih ketenangan pada pemilik usaha. Anak kos lama juga sering secara cuma-cuma membantu mempromosikan kos-kosan tersebut ke teman-temannya.

3. Si paling tahu tempat terbaik untuk membeli ini itu

ilustrasi menyiram tanaman (pexels.com/cottonbro studio)

Sebagai anak kos baru, dirimu pasti masih banyak bingungnya. Terutama saat kamu baru tiba dari luar daerah. Dirimu tidak tahu berbagai tempat sehingga sering bingung bila hendak membeli berbagai kebutuhan.

Atau, kamu sampai pernah tertipu oleh pedagang nakal. Mereka mengenali logatmu yang dari luar daerah kemudian mematok harga lebih tinggi. Supaya dirimu tak terus-menerus dikerjai pedagang nakal, tanya saja pada penghuni kos lama jika ingin membeli berbagai kebutuhan.

Mereka sangat tahu plus minus belanja di suatu tempat. Bahkan kamu bisa minta ditemani setidaknya sekali oleh anak kos lama. Biar dirimu tidak tersesat dan pemilik toko atau warung tahu bahwa dirimu temannya. Sikap penjual padamu bakal lebih baik.

4. Anak kos lama menguasai ruang-ruang komunal

ilustrasi anak kos (pexels.com/Vitaly Gariev)

Ada beberapa ruangan di kos-kosanmu yang disediakan untuk digunakan bersama-sama. Seperti ruang tamu, ruang keluarga, tempat mencuci, kamar mandi, dan dapur. Di bulan-bulan pertama kamu indekos, barangkali kakimu terasa berat sekali untuk melangkah ke sana.

Pasalnya, dari kamarmu saja telah terdengar suara para senior di ruang-ruang komunal tersebut. Pun bila mereka sudah berkumpul pasti lama bubarnya. Cerita mereka sambung-menyambung dan disusul tawa yang entah kenapa membuatmu tambah gak percaya diri.

Tapi ingat bahwa hakmu sebagai anak kos baru terkait ruang bersama juga setara dengan mereka. Gak apa-apa dirimu tahu-tahu muncul dan ikut bergabung. Malah bila kamu terus mengurung diri di kamar, dirimu tak kunjung merasa sebagai bagian dari mereka.

5. Tapi bisa juga anak kos baru diperlakukan lebih ramah

ilustrasi anak kos (pexels.com/Azra Tuba Demir)

Anak kos baru di tengah anak-anak kos lama gak selalu apes, kok. Kesenjangan juga bisa dirasakan oleh anak kos lama dan bikin mereka agak iri padamu. Pasalnya, beberapa pemilik kos menyambut anak kos baru secara berlebihan.

Sebenarnya ini dapat dimengerti karena penghuni baru berarti juga tambahan pendapatan bagi pemilik kos-kosan. Apalagi jika ada kebijakan kenaikan biaya sewa anak kos lama tidak setinggi anak kos baru. Walaupun di satu sisi anak kos lama diuntungkan, di sisi lain juga perlu menguatkan hati.

Pemilik kos yang bikin kebijakan tersebut, tapi anak kos lama yang seolah-olah gak bakal mau bayar lebih. Meski tidak dinyatakan terang-terangan, anak kos lama kadang baper. Mereka berpikir sebetulnya pemilik kos lebih suka anak kos lama pergi dan digantikan anak kos baru yang lebih menguntungkan.

Kesenjangan antara anak kos baru dengan anak kos lama tidak berbahaya. Kalau kamu cukup betah, lambat laun dirimu juga dilabeli anak kos lawas. Kamu perlu membaur dengan mereka seperti usahamu berkenalan dengan teman-teman di luar kos-kosan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kirana Mulya
EditorKirana Mulya
Follow Us