6 Buku Fiksi yang Ideal Dibaca saat Musim Panas

- Novel The Fortnight in September (R.C. Sherriff) menceritakan dinamika relasi sebuah keluarga yang berlibur di pantai Inggris.
- The Summer Book (Tove Jansson) mengangkat kisah liburan musim panas nenek dan cucunya di pulau Finlandia.
- My Brilliant Friend (Elena Ferrante) berkutat pada persahabatan erat Lenu dan Lila di Napoli pasca Perang Dunia II.
Sadar gak sih, memasuki bulan Juni-Juli, cuaca Indonesia umumnya ideal. Langit cerah, tetapi suhunya lumayan sejuk. Cocok buat baca buku di teras sambil menyesap minuman favorit. Sekarang, tinggal pilih buku yang dimau, nih.
Buku apa pun, sih, bebas, tetapi kalau butuh yang latarnya musim panas sesuai dengan kondisi cuaca terkini di Tanah Air, kamu bisa coba menilik enam buku fiksi yang ideal dibaca saat musim panas berikut ini. Bukan healing fiction, kebanyakan ceritanya adalah perpaduan plot provokatif dengan kehangatan khas musim panas. Yuk, simak daftarnya!
1. The Fortnight in September (R.C. Sherriff)

Sesuai judulnya, novel ini berlatarkan 2 minggu dalam hidup sebuah keluarga. Mereka, pasutri dan tiga anaknya, memutuskan berlibur bersama di sebuah pantai di Inggris. Tak banyak yang terjadi, tetapi dinamika relasi mereka yang ditulis dengan diksi pilihan Sherriff, termasuk peran dan kepribadian masing-masing membentuk satu kesatuan yang menarik. Ada banyak hal yang mungkin familier dengan pengalaman pribadi pembaca atau pencerahan soal beberapa detail dalam hidup yang selama ini kita remehkan.
Salah satunya, keresahan si bapak yang melihat dua dari tiga anaknya sudah tumbuh dewasa. Ini memicu keraguan dalam dirinya tentang berapa tahun lagi sampai tradisi liburan bareng ini bakal ditinggalkan. Juga sosok si ibu yang selama ini memprioritaskan kebutuhan anak dan suaminya hingga kerap melupakan keinginannya sendiri.
2. The Summer Book (Tove Jansson)

Mirip dengan novel sebelumnya, The Summer Book berkutat pada liburan musim panas seorang nenek dan cucu perempuannya di sebuah pulau di Finlandia. Mereka punya ikatan yang kuat dan unik. Kontras dalam pengalaman, tetapi saling memahami satu sama lain. Sophia, si bocah sering bertanya soal kematian, mencerminkan kegetirannya yang kehilangan sang ibu saat ia masih terlalu kecil untuk mengerti. Di sisi lain, sang nenek punya banyak cerita dan petuah yang menghangatkan hati, tetapi layak direnungkan.
3. My Brilliant Friend (Elena Ferrante)

My Brilliant Friend bukan tipe bacaan yang menenangkan. Bergenre coming of age, ia berkutat pada persahabatan erat Lenu dan Lila yang tumbuh besar di Napoli, Italia beberapa tahun setelah Perang Dunia II. Hidup mereka lekat dengan kemiskinan serta kekerasan domestik. Pendidikan adalah privilese, emansipasi perempuan masih jadi mimpi yang belum terwujud, dan ketimpangan kelas adalah musuh bersama. Elena Ferrante menyusun kisah mereka dalam 4 babak, dan My Brilliant Friend adalah gerbangmu menyelami tetralogi legendaris itu.
4. Summer (Edith Wharton)

Summer adalah prosa yang sempat bikin Edith Wharton jadi perbincangan karena keberaniannya menciptakan karakter perempuan yang berani dan liberal. Ia adalah Charity, perempuan muda yang “diselamatkan” dari kemiskinan oleh keluarga kelas menengah di desa tempatnya berasal. Suatu hari, seorang pendatang datang dan mengguncang hidup Charity. Ia adalah Lucius, pemuda berpendidikan yang bikin Charity belajar kompleksnya konsep cinta.
5. Foster (Claire Keegan)

Butuh novel musim panas yang singkat, tapi mengena? Foster karya Claire Keegan bisa jadi opsi yang pas untukmu yang mengaku susah baca buku. Tak sampai 100 halaman, buku ini akan membawamu menyelami batin bocah perempuan yang dititipkan orangtuanya kepada salah satu kerabatnya. Di sini, ia akhirnya mendapatkan kasih dan kehangatan yang tak pernah ia dapat dari orangtuanya sendiri. Sudah difilmkan, sih, tapi gak ada yang bisa mengalahkan sensasi membaca novel aslinya.
6. I Capture the Castle (Dodie Smith)

I Capture the Castle ditulis ala buku harian yang berisi cerita lucu, sedih, dan tak jelas dalam enam bulan hidup seorang remaja bernama Cassandra. Lahir dan besar di tengah keluarga kelas menengah, keluarganya perlahan jatuh ke jurang kemiskinan karena kegagalan sang ayah menulis novel baru setelah kesuksesan buku pertamanya. Satu hari, hidupnya yang lempeng dan sebenarnya tak baik-baik saja berubah saat mereka kedatangan tetangga baru. Cassandra dan kakak perempuannya jatuh cinta pada dua pemuda yang baru pindah itu.
Musim panas alias tengah tahun adalah waktu tepat untuk menilik hidupmu enam bulan terakhir, sambil ditemani buku yang menghangatkan hati. Jangan berhenti di genre healing fiction, coba 6 buku fiksi yang ideal dibaca saat musim panas pada daftar di artikel ini. Ceritanya provokatif, tetapi tetap kaya hikmah.