6 Perbedaan Sikap Empati vs Mengorbankan Diri, Kamu yang Mana?

Dalam menjali hubungan, baik dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja, kita sering dihadapkan pada situasi harus membantu orang lain. Satu saat kamu melakukannya dengan tulus sesuai kemampuan, di saat lainnya kamu tanpa sadar sedang mengorbankan diri sendiri. Sekilas, empati dan pengorbanan diri terlihat mirip. Keduanya sama-sama melibatkan tindakan untuk orang lain dan sama-sama berlandaskan niat baik.
Perbedaan tipis antara empati dan mengorbankan diri sering kali membuat seseorang terjebak dalam 'kebaikan yang sebenarnya gak baik'. Di mana kamu terlalu berusaha menjadi baik kepada orang lain, tetapi jahat kepada diri sendiri. Memahami batas antara keduanya penting supaya kamu bisa tetap peduli tanpa harus berlebihan. Berikut enam cara membedakan empati yang sehat dengan pengorbanan diri yang justru merugikan.
1. Empati melihat orang lain setara, pengorbanan membuat orang lain lebih penting

Ketika membantu, kamu sadar bahwa hubungan yang sehat dibangun di atas rasa setara. Gak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, semua punya hak dan kebutuhan yang sama pentingnya. Bahkan, saat berusaha memahami masalah orang lain, kamu tetap menjaga agar dirimu sendiri gak terabaikan. Kamu bisa menolong tanpa merasa dirimu harus selalu berada di posisi “penyelamat” atau pihak yang lebih kecil kepentingannya.
Contohnya bisa terlihat dalam situasi sederhana, seperti ketika teman terlambat membayar utang. Jika kamu berempati, kamu bisa memberi kesempatan orang lain untuk menjelaskan kondisi mereka sambil tetap menjaga hakmu untuk menerima pembayaran. Sebaliknya, jika kamu mengorbankan diri, kamu memilih memahami kondisi mereka dan merelakan meski sebenarnya keberatan.
2. Empati fokus pada kebutuhan orang lain, pengorbanan fokus pada penyelesaian

Salah satu ciri empati yang sehat adalah kesadaran bahwa gak semua orang membutuhkan bantuan yang sama. Bahkan, gak semua orang ingin dibantu. Kamu akan coba bertanya terlebih dahulu, baik untuk memastikan apakah bantuan itu diinginkan maupun untuk menyesuaikan bentuknya. Sebaliknya, pengorbanan diri cenderung bikin seseorang langsung bertindak tanpa berpikir panjang. Semua dilakuin secara spontan, sering kali dengan mengabaikan kebutuhan pribadi atau batasan orang yang dibantu. Akhirnya, niat baik justru bisa berubah jadi tekanan.
Misalnya pas teman lagi sedih, orang yang berempati akan bertanya, “Kamu mau aku temani atau mau sendiri dulu?” untuk memberi kesempatan mereka mengatur kenyamanannya. Namun, orang yang mengorbankan diri akan langsung datang tanpa diundang, mengambil alih situasi, bahkan mungkin mengatur-atur tanpa sadar.
Tindakan kayak gini bisa membuat penerimanya merasa kewalahan atau tidak dihargai privasinya. Empati menghargai ruang orang lain, sementara pengorbanan sering memaksakan keterlibatan. Meski maksudnya baik, belum tentu orang lain nyaman menerima bantuan yang gak mereka inginkan.
3. Empati memberikan kemandirian, pengorbanan menciptakan ketergantungan

Salah satu tujuan empati yang sehat adalah mendukung orang lain biar bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Kamu membantu dengan cara yang mengajarkan keterampilan atau memberi dorongan untuk berkembang. Sementara itu, pengorbanan diri cenderung menyelesaikan semua masalah orang lain tanpa memberi mereka kesempatan belajar. Bantuan yang akhirnya menciptakan ketergantungan, di mana orang tersebut jadi selalu butuh kamu untuk keluar dari masalah serupa.
Katakanlah rekan kerjamu kesulitan bikin presentasi. Kamu bisa bantu mereka dengan memberikan masukan atau mengajarkan trik desain sederhana, sehingga dia tetap mengerjakan presentasinya sendiri. Bentuk bantuan yang sekaligus bisa melatih kemampuan mereka agar ke depannya lebih percaya diri. Kalau kamu langsung mengambil alih semua pekerjaannya demi cepat selesai, itu justru cuma bikin mereka bergantung padamu setiap kali butuh presentasi. Di awal mungkin terasa heroik, tapi lama-lama kamu bakal kewalahan, sementara dia tidak berkembang.
4. Empati mengakui keterbatasan, pengorbanan selalu ‘mengusahakan’

Memiliki empati berarti sadar bahwa kamu gak bisa selalu hadir setiap saat atau memenuhi semua permintaan orang lain. Ada kalanya kamu harus berkata “tidak” demi menjaga kesehatan fisik maupun mentalmu sendiri. Mengakui keterbatasan bukan berarti gak peduli, melainkan memahami bahwa bantuan yang kamu berikan akan lebih berkualitas kalau dilakuin pas kamu dalam kondisi siap. Sebaliknya, sikap pengorbanan membuatmu memaksakan diri untuk selalu mengusahakan segala cara, bahkan ketika kamu merasa sudah lelah atau sedang berada di titik terendah.
Keinginanmu belum tentu sesuai dengan kemampuan fisik dan mentalmu. Semisal ada teman yang memintamu menemaninya begadang mengerjakan tugas padahal kamu harus bangun pagi untuk bekerja. Kamu bisa saja memaksakan diri untuk melakukannya, tapi deep down kamu sadar itu bikin kamu gak produktif besoknya. Mengakui keterbatasan membuatmu gak terus menerus push your limit demi membantu orang lain.
5. Empati menjaga hubungan tetap sehat, pengorbanan memupuk rasa pamrih

Membantu karena keinginan sendiri pastinya beda sama membantu karena merasa terpaksa. Ketika kamu berempati, bantuan yang diberikan biasanya memberi rasa lega, baik untuk penerima maupun untuk dirimu sendiri. Kamu merasa puas karena bisa menolong tanpa harus kehilangan sesuatu dan orang yang kamu bantu juga merasakan niat baikmu tanpa terbebani. Rasa terpaksa tanpa sadar bakal bikin kamu perlahan berharap bahwa orang lain akan melakukan pengorbanan yang sama untukmu.
Membedakan empati dan pengorbanan memang gak selalu mudah karena keduanya sama-sama terlihat seperti bentuk kebaikan. Tapi, empati sejatinya adalah kebaikan yang sehat. Sementara pengorbanan berlebihan adalah calon bumerang. Dengan menyadari batas antara keduanya, kamu bisa menolong orang lain tanpa kehilangan dirimu sendiri.
Kebaikan yang tulus bukan tentang seberapa besar kamu memberi, melainkan seberapa bijak kamu menjaga keseimbangan antara kebutuhan orang lain dan kebutuhan dirimu. Peduli pada orang lain memang mulia, tetapi peduli pada diri sendiri adalah syarat agar kamu bisa terus melakukannya.