5 Realita Pahit Jadi Perintis, Gak Selamanya Seru

- Trial & error yang melelahkan, tanpa panduan pasti dan hasilnya tidak selalu cepat kelihatan
- Minim dukungan dan banyak tantangan, kurangnya dukungan di awal perjalanan dan tantangan yang datang silih berganti
- Potensi tekanan mental karena harus selalu 'kuat', tekanan untuk selalu tampil kuat dan optimis serta risiko gagal lebih besar
Kata siapa jadi perintis itu selalu seru dan menyenangkan? Di balik kalimat-kalimat motivasional yang sering kita lihat di media sosial, hidup sebagai perintis ternyata penuh perjuangan yang gak kelihatan. Memilih jalur yang belum banyak ditempuh orang lain memang terlihat keren, tapi kenyataannya jauh dari kata mudah dan seru.
Buat kamu yang sedang merintis sesuatu, entah untuk bisnis apa pun itu, pasti paham gimana capeknya harus terus maju meski hasilnya belum kelihatan. Sering kali, perjuanganmu justru bikin banyak pikiran dan bahkan ingin menyerah. Nah, biar gak terjebak ilusi “hidup sebagai perintis itu seru”, kenalan dulu sama realita pahit jadi perintis berikut ini, yuk!
1. Trial & error yang melelahkan

Hal yang paling melelahkan dari jadi perintis adalah kamu harus terus coba-coba tanpa tahu mana yang bakal berhasil. Gak ada panduan pasti, gak ada jejak yang bisa diikuti. Setiap langkah tuh ibarat eksperimen. Apakah capek? Banget. Tapi mau gak mau, itu bagian dari proses yang harus dilewati.
Yang bikin makin berat, hasil dari proses trial & error ini gak selalu cepat kelihatan. Kadang kamu udah usaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya zonk. Belum lagi kalau harus buang waktu, tenaga, dan bahkan uang buat hal-hal yang akhirnya gak works. Ibaratnya kamu main GTA: San Andreas tanpa pakai cheat code, susahnya minta ampun, deh!
2. Minim dukungan dan banyak tantangan

Salah satu kenyataan pahit yang sering dirasakan perintis adalah kurangnya dukungan, terutama di awal-awal perjalanan. Gak semua orang bisa langsung paham tujuan atau impian yang kamu kejar. Bahkan, orang terdekat pun kadang justru jadi yang paling banyak mempertanyakan pekerjaan kamu. Lama-lama, kamu bisa ngerasa sendirian dalam berjuang, seolah-olah hanya kamu doang yang percaya sama impianmu.
Di sisi lain, tantangan juga datang silih berganti. Mulai dari keterbatasan modal, ilmu yang masih kurang, sampai lingkungan yang gak mendukung. Setiap hari rasanya kayak naik roller coaster. Tapi karena udah memilih jalan ini, kamu tetap lanjut, meski sering kali harus pura-pura kuat biar gak kelihatan rapuh.
3. Potensi tekanan mental karena harus selalu ‘kuat’

Karena udah memilih jalan sebagai perintis, ada semacam tekanan tak terlihat untuk selalu tampil kuat dan optimis. Padahal, kenyataannya gak sesimpel itu. Di balik senyum dan quote motivasi di media sosial itu, banyak perintis yang diam-diam ngerasa capek secara mental. Gak enak rasanya kalau harus jujur bilang “aku lagi down” saat orang lain berekspektasi kamu selalu semangat dan penuh ide baru.
Tekanan ini makin terasa karena kamu tahu, kalau kamu harus percaya dirimu sendiri. Akhirnya, banyak perintis yang memendam semuanya sendiri. Gak berani cerita, takut dikira lemah. Padahal, mental yang terus-terusan dipaksa kuat bisa meledak kapan aja. Dan saat itu terjadi, bangkitnya jauh lebih susah daripada sekadar gagal proyek atau bisnis.
4. Risiko gagal lebih besar

Karena jalur yang kamu ambil masih baru, otomatis risikonya juga lebih besar. Gak ada jaminan berhasil dan kemungkinan gagalnya bisa datang dari arah mana aja. Entah itu kurangnya pengalaman, belum ada pasar yang pas, atau salah strategi. Jadi perintis itu seperti kamu lagi jalan di tempat gelap tanpa senter, salah langkah dikit saja bisa bikin kamu jatuh.
Yang makin berat lagi, kegagalan ini sering datang berulang, bukan cuma sekali dua kali. Dan setiap kali gagal, kamu harus bangun lagi tanpa banyaknya apresiasi. Rasanya beda sama orang dengan profesi yang lain. Mereka masih punya komunitas, dukungan, dan mungkin escape route tentang masalah mereka. Sementara kamu? Harus putar otak sendiri dan terus jalan meski keringat udah sampai pantat.
5. Kesuksesan baru diakui setelah waktu lama

Yang sering bikin frustrasi tuh, perjuangan seorang perintis baru dianggap ‘berhasil’ setelah waktu yang sangat lama. Bahkan setelah kerja keras bertahun-tahun, gak jarang orang baru mulai peduli atau mengakui usaha kamu saat hasilnya sudah terlihat. Padahal, di balik pencapaian itu, ada banyak pengorbanan yang gak sedikit jumlahnya.
Lucunya lagi, begitu kamu mulai kelihatan sukses, orang-orang yang dulu gak percaya malah ikut-ikutan bangga dan bilang bahwa pekerjaanmu mudah atau semua orang juga bisa melakukannya. Padahal waktu kamu lagi jatuh-bangun, cuma kamu yang tahu rasanya. Inilah realita jadi perintis, yaitu kamu harus rela dilihat sebelah mata di awal untuk mendapatkan keberuntungan di akhir (kalau beruntung, sih).
Ada realita pahit jadi perintis yang sering kali luput dari perhatian. Bisa dikatakan, jadi perintis itu memang gak mudah dan juga gak bisa dibilang ‘seru’ juga. Tapi, justru dari jalan yang gak mudah ini, kamu bisa tumbuh jadi pribadi yang lebih tangguh, kreatif, dan tahan banting. Buat kamu semua yang memilih jalan hidup sebagai perintis, jangan lupa untuk istirahat dan semangat selalu, ya!