Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Hal Buruk Saat Kita Tidak Mampu Bangkit dari Pengalaman Masa Lalu

ilustrasi merasa tertekan. (pexels.com/MART PRODUCTION)
ilustrasi merasa tertekan. (pexels.com/MART PRODUCTION)
Intinya sih...
  • Terjebak dalam lingkaran emosi negatif karena tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu.
  • Selalu merasa tidak pantas dan terjebak pada persepsi diri yang rusak akibat ketidakmampuan bangkit dari pengalaman masa lalu.
  • Rasa percaya diri mengalami penurunan, terjebak dalam stagnasi hidup, kehilangan arah dan tujuan, serta tidak mampu berpikir realistis.

Pengalaman masa lalu seringkali menjadi penghambat. Kita terjebak dalam rasa takut tak berkesudahan. Kenangan buruk di masa lalu dijadikan sebagai patokan utama memprediksi kemungkinan yang terjadi di masa depan. Inilah yang mencerminkan bahwa kita masih belum mampu bangkit dari pengalaman yang sudah terlewat.

Menjadi orang yang terlalu fokus pada pengalaman masa lalu, tentu membawa hal buruk. Kita menjadi individu yang tidak realistis dalam menghadapi tantangan. Sekaligus menjadi orang yang selalu tertekan oleh rasa takut dan perasaan tidak pantas. Menjadi individu yang tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu, sudah siap dengan tujuh hal buruk berikut?

1. Terjebak dalam lingkaran emosi negatif

ilustrasi menyesal (pexels.com/Eman Genatilan)
ilustrasi menyesal (pexels.com/Eman Genatilan)

Setiap orang pasti memiliki pengalaman masa lalu. Entah pengalaman membahagiakan maupun mengecewakan. Ketika pengalaman masa lalu sudah terlewat, keharusan bagi kita untuk bangkit setelahnya.

Lantas, apa jadinya ketika seseorang tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu? Inilah yang membuat mereka terjebak dalam lingkaran emosi negatif. Rasa bersalah, kemarahan, dan penyesalan menumpuk tanpa bisa terselesaikan.

2. Selalu merasa tidak pantas

ilustrasi emosi sedih (unsplash.com/Arash payam)
ilustrasi emosi sedih (unsplash.com/Arash payam)

Kita memang tidak bisa menghapus kenangan masa lalu. Satu-satunya cara yang perlu dilakukan adalah mengelola dan tidak membebani diri dengan apa yang sudah terlewat. Tapi bagaimana jadinya jika kita keras kepala untuk tetap memilih hidup dengan berlandaskan pengalaman masa lalu?

Entah disadari atau tidak, ketidakmampuan bangkit dari pengalaman masa lalu mengurung kita dalam perasaan tidak pantas. Kita terjebak pada persepsi diri yang rusak. Mulai melihat diri sebagai sosok gagal, tidak berharga, bahkan merasa tidak layak diterima dan dihargai.

3. Rasa percaya diri mengalami penurunan

ilustrasi merasa minder (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi merasa minder (pexels.com/Alex Green)

Berusaha bangkit dari pengalaman masa lalu merupakan keharusan. Karena bertahan di belakang tidak akan membuat segala sesuatunya lebih baik. Tapi jika kita mengamati fenomena yang terjadi, ternyata masih banyak orang tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu.

Keputusan ini sebenarnya sangat disayangkan. Ketika seseorang tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu, otomatis rasa percaya diri mengalami penurunan. Sebelum memulai tujuan baru yang ingin dicapai, terdapat pola pikir pesimis dan perasaan takut gagal.

4. Terjebak dalam stagnasi hidup

ilustrasi menyesal (pexels.com/Eman Genatilan)
ilustrasi menyesal (pexels.com/Eman Genatilan)

Pernahkah merasakan kehidupan yang hambar dan tidak bermakna? Bisa dikatakan, kita menjalani hidup dalam pola yang monoton. Tapi yang menarik untuk diketahui, mengapa pola hidup demikian ini bisa terjadi? Saatnya kita mengamati sejenak situasi yang terdapat di lingkungan sekitar.

Bisa saja ini terjadi karena ketidakmampuan bangkit dari pengalaman masa lalu. Kita terjebak dalam stagnasi hidup dengan pola emosi negatif yang sama. Karier, pendidikan, atau pertumbuhan pribadi tanpa disadari terhambat. Jika dibiarkan, berakibat pada kehidupan yang tidak seimbang.

5. Kehilangan arah dan tujuan yang ingin dicapai

ilustrasi takut gagal (unsplash.com/Fransisco Gonzalez)
ilustrasi takut gagal (unsplash.com/Fransisco Gonzalez)

Memiliki kehidupan yang terstruktur merupakan impian setiap orang. Pola hidup demikian ini turut dipengaruhi arah dan tujuan yang jelas. Tapi jika kita membahas keteraturan hidup, pengalaman masa lalu juga turut mengambil bagian penting.

Di sinilah yang terjadi saat kita tidak mampu bangkit dari pengalaman masa lalu. Otomatis kehilangan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Fokus pada masa lalu membuat sulit memikirkan masa depan secara jernih. Pandangan terhadap tujuan hidup menjadi kabur dan terjebak perasaan tidak bermakna.

6. Pengulangan pola yang sama

ilustrasi gagal (pexels.com/Alex Green)
ilustrasi gagal (pexels.com/Alex Green)

Sudahkah mampu mendidik diri bangkit dari pengalaman masa lalu? Atau mungkin memilih terjebak dalam pola tersebut tanpa langkah yang pasti? Tanpa disadari, kita sering menjadi individu yang tertahan dalam kehidupan di belakang.

Perlu dicatat, memilih menjalani pola hidup dengan cara seperti ini pada akhirnya menghadirkan dampak negatif. Kita terjebak pengulangan pola yang sama. Bahkan tanpa disadari akan mengulangi kesalahan serupa di masa depan.

7. Tidak mampu berpikir realistis

ilustrasi menutup muka (Pixabay.com/Stocksnap)
ilustrasi menutup muka (Pixabay.com/Stocksnap)

Bangkit dari pengalaman masa lalu menjadi keharusan bagi setiap orang. Karena memilih bertahan dalam pengalaman yang sudah terlewat justru membebani diri. Tidak menutup kemungkinan, sejumlah hal buruk akan hadir dan menurunkan kualitas hidup.

Termasuk ketidakmampuan berpikir realistis. Dalam mengambil keputusan, berdasarkan rasa takut dan kecemasan. Padahal, situasi nyata belum tentu memiliki gambaran yang sama dengan pengalaman masa lalu. Akibat tidak mampu berpikir secara realistis, keputusan yang diambil sering tidak tepat sasaran.

Berusaha bangkit dari pengalaman masa lalu memang tidak mudah. Tapi memilih bertahan dalam situasi tersebut justru mengganggu kualitas hidup. Kita akan mendapati hal-hal buruk yang merusak keteraturan dan keseimbangan. Sudah tentu ini dijadikan pertimbangan lebih lanjut agar mampu menyikapi pengalaman masa lalu dengan sudut pandang yang bijak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us