5 Tips Latihan Kasih Kepercayaan pada Suami untuk Mengasuh Anak, Aman!

- Ayah harus terlibat dalam pengasuhan anak agar tidak tumbuh fatherless
- Naluri ayah dalam menjaga anak perlu diakui dan dibantu, bukan diremehkan
- Pembiasaan suami dalam mengasuh anak akan meringankan tugas ibu dan memperkuat bonding ayah-anak
Peran ayah dalam pengasuhan penting agar anak tidak tumbuh dewasa dengan perasaan fatherless. Kekurangan kasih sayang orangtua bukan hal menyenangkan bagi anak. Sekalipun ada ibu yang lebih jelas dalam mengekspresikan kasih sayang, perasaan diabaikan oleh ayah bisa membuat satu sisi hati anak mati rasa.
Anak tak merasakan kehangatan hubungan dengan ayahnya. Perasaannya dingin dan tawar. Sering kali sampai ia dewasa terasa ada yang kurang dalam hidupnya. Sejak anak kecil harus sudah merasakan kasih sayang ayah. Kecuali, ayah telah meninggal dunia.
Tapi selain sebagian ayah belum terbiasa mengasuh anak, terkadang ibu juga bersikap kurang percaya terhadap pasangannya. Perempuan yang sudah sejak dini diajari untuk fokus mengasuh anak dapat terlalu cemas buat menyerahkan pengasuhan pada suaminya sendiri. Perasaan khawatir anak bakal mengalami sesuatu yang buruk saat bersama ayahnya perlu dikurangi dengan mengingat lima hal berikut.
1. Ada naluri ibu, ada pula naluri seorang ayah

Kekuatan naluri seorang ibu dalam menjaga anak memang gak diragukan lagi. Semua itu berangkat dari rasa sayang yang begitu besar. Ibu juga telah mengandung anak 9 bulan lamanya dan menyusui. Ikatan batinnya dengan anak pasti kuat.
Namun, jangan lupa bahwa seorang pria juga punya naluri kebapakan. Bahkan pria yang belum menjadi ayah saja memiliki dorongan buat melindungi. Apalagi terkait anaknya sendiri. Seperti dalam ilustrasi, seorang ayah bakal tetap mengutamakan keselamatan anak.
Ia memegangi tepian perosotan untuk memastikan anak tidak meluncur terlalu cepat dan jatuh ke tanah dengan keras. Jangan sampai dalam dirimu tanpa sadar ada perasaan yang meremehkan naluri seorang ayah. Nanti kamu tak pernah mau menyerahkan anak pada ayahnya barang sebentar saja. Malah kamu capek sendiri, kan?
2. Toh, sebelumnya ia sudah sering membantumu mengasuh anak

Memang rawan untukmu begitu saja mendelegasikan masalah pengasuhan anak pada pasangan yang selama ini tak pernah mau melibatkan diri. Walaupun seorang pria sudah menjadi ayah, ada yang masih terlalu kekanak-kanakan untuk dapat menjalankan perannya dengan baik. Biasanya pria yang sejak kecil dimanjakan sekali akan kesulitan mengasuh anak.
Malah dia yang sampai sudah berkumis dan berjanggut pun ingin diasuh tidak hanya oleh ibunya, tetapi juga istrinya. Namun, selama suamimu gak seperti itu santai saja. Suami yang telah terbiasa membantu istri dalam mengasuh anak tidak kagok lagi ketika kamu harus pergi sebentar atau melakukan hal lain.
Dirimu cuma perlu mengingatkan beberapa hal untuk mencegahnya lupa. Juga memberitahunya apabila ada perpindahan tempat penyimpanan benda-benda yang kerap dibutuhkan anak. Dia yang sudah sering menemanimu memandikan anak, bikin susu, atau menggantikan popok pasti mampu melakukannya sendiri.
3. Kalau sudah terbiasa sangat meringankan tugasmu

Meski ada rasa ketar-ketir di hatimu kalau-kalau suami tidak dapat mengasuh anak dengan baik, pembiasaan sangat penting. Tujuannya bukan sekadar biar suami makin jago mengurus anak. Akan tetapi, pada akhirnya manfaatnya juga kembali padamu.
Partisipasi aktif suami dalam mengasuh anak akan sangat mengurangi kelelahanmu. Kamu bahkan menjadi punya kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri. Tidak ada lagi perasaan cuma suami yang bebas melakukannya.
Dengan kerja sama dalam mengasuh anak, kualitas hidup kalian sebagai keluarga maupun pribadi akan lebih baik. Sebaliknya apabila kamu mengikuti rasa cemas sehingga mengambil anak kembali dari pasangan, kian lama kian berat tugasmu di rumah. Dirimu tak punya energi lagi buat melakukan hal-hal lain.
4. Cara kalian gak harus sama

Antaribu saja punya cara pengasuhan yang berbeda. Maka wajar pula kalau caramu dan pasangan dalam mengatasi anak tidak sama. Terpenting kalian masih satu tujuan, yaitu menjaga anak. Misalnya, ibu biasanya amat berhati-hati. Anak sebisa mungkin tidak jatuh dan menangis.
Akan tetapi, cara ayah mengasuh barangkali gak begitu. Ayah lebih mendorong anak untuk mencari pengalaman dan melatih keberaniannya. Ayah tidak takut anak terjatuh selama masih di batas aman.
Tangisan anak juga tak direspons ayah dengan heboh. Ayah percaya bahwa anak bakal lebih kuat secara fisik dan mental dengan beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan. Perbedaan cara mengasuh ini gak usah dibenturkan, tapi justru dilihat sebagai pelengkap satu sama lain. Hati-hati perlu, tapi terlalu hati-hati malah menciutkan nyali.
5. Ayah dan anak juga butuh bonding

Bonding atau ikatan yang kuat dengan orang terdekat penting buat menjaga kesehatan mental. Ayah yang gak dekat dengan anaknya akan merasa terasing di rumahnya sendiri. Ia melihatmu dan anak dapat begitu akrab, tetapi dia seperti tertahan di jarak tertentu.
Demikian pula lemahnya bonding dengan ayah bikin anak malah tak nyaman ketika di dekatnya. Anak lebih suka sendirian, bersama ART, atau pergi main kalau tidak ada kamu di rumah. Masalahnya, dirimu belum tentu akan selalu ada baik buat pasangan maupun anak.
Ketika kamu harus pergi baik cuma sebentar maupun selamanya, kedua orang yang menyayangimu ini kudu bisa saling menguatkan. Tanpa ikatan yang dibangun sejak dini, keduanya bukannya mendekat justru menjauh. Ayah dan anak tenggelam dalam duka masing-masing serta mencari pelariannya sendiri-sendiri.
Inisiatif suami untuk mengasuh anak harus disambut secara positif. Kontrol rasa protektifmu pada anak dan yakin dia akan baik-baik saja dalam pengawasan ayahnya. Beri mereka waktu buat bersama. Anak tidak selalu harus bersama ibunya.