7 Tahapan Putus Cinta dan Cara Melewatinya dengan Sehat

- Akui semua perasaan yang muncul, tanpa menghakimi.
- Renungkan kembali alasan putus dan jujur pada diri sendiri.
- Buat daftar pro dan kontra dari hubungan itu.
- Terima bahwa hubungan sudah selesai, walau pelan-pelan.
- Cerita ke orang yang dipercaya bisa membantu menyadarkan realita.
- Hindari menghubungi mantan atau memantaunya di media sosial, karena hanya memperlambat proses pemulihan.
Putus cinta bisa datang tiba-tiba, tanpa aba-aba. Hari ini kamu dan pasangan masih saling menggenggam tangan, menyusun rencana masa depan. Esoknya, semuanya bubar jalan. Rasa sakitnya nyata—seperti kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidup. Karena sebenarnya, saat cinta selesai, bukan cuma hubungan yang hilang, tapi juga impian yang dibangun bersama.
Melewati proses ini bukan perkara mudah. Emosi yang muncul bisa tumpang tindih: sedih, marah, kecewa, rindu, takut, lega, bahkan bersalah. Semua datang silih berganti tanpa aturan. Tapi meskipun berat, setiap tahap dari proses ini punya perannya sendiri untuk membawa seseorang ke arah pemulihan.
Dilansir dari verywellmind, ini tujuh tahapan umum yang sering dilalui setelah putus cinta, lengkap dengan cara menghadapi masing-masing fase agar bisa bangkit dan melanjutkan hidup dengan lebih kuat.
Tahap 1: Perasaan campur aduk (Ambivalensi)

Di tahap ini, emosi masih kacau. Satu sisi merasa lega, sisi lain ingin kembali. Pikiran penuh pertanyaan:
"Apa keputusan ini benar?"
"Bagaimana kalau aku lebih sabar kemarin?"
"Masih bisakah diselamatkan?"
Rasa rindu bercampur amarah, harapan dan ketakutan datang bersamaan. Ini sangat wajar, karena otak dan hati belum sinkron.
Cara Menghadapi:
Akui semua perasaan yang muncul, tanpa menghakimi.
Renungkan kembali alasan putus dan jujur pada diri sendiri.
Buat daftar pro dan kontra dari hubungan itu.
Lakukan ritual kecil untuk merelakan, seperti menulis surat lalu membakarnya, atau membersihkan kamar dari barang-barang kenangan.
Tahap 2: Penolakan

Muncul perasaan: "Ini nggak mungkin terjadi." Bahkan setelah putus, masih terasa seperti kalian masih bersama. Ada refleks untuk menghubungi mantan, atau pura-pura hubungan itu belum benar-benar berakhir.
Cara Menghadapi:
Terima bahwa hubungan sudah selesai, walau pelan-pelan.
Cerita ke orang yang dipercaya bisa membantu menyadarkan realita.
Jangan mengalihkan rasa sakit dengan kesibukan semata.
Hindari menghubungi mantan atau memantaunya di media sosial, karena hanya memperlambat proses pemulihan.
Tahap 3: Marah dan kecewa

Setelah realita mulai masuk, marah pun muncul. Bisa pada mantan, diri sendiri, atau keadaan. Terlintas pikiran seperti:
"Kenapa dia tega begitu?"
"Seharusnya aku tahu dari awal."
"Dia nggak akan bahagia tanpaku."
Kemarahan bisa juga berubah jadi sinisme terhadap cinta dan hubungan.
Cara Menghadapi:
Biarkan rasa marah keluar, tapi jangan disimpan terlalu lama.
Salurkan lewat kegiatan fisik seperti olahraga, menulis, atau menggambar.
Jaga batasan yang jelas dengan mantan.
Hindari membicarakan keburukan mantan ke semua orang.
Kalau perlu, minta bantuan profesional.
Belajar memaafkan, bukan demi mereka, tapi demi kesehatan mentalmu.
Tahap 4: Tawar-menawar (Bargaining)

Muncul keinginan untuk memperbaiki semuanya. Entah dengan janji perubahan, kompromi, atau mencari celah untuk tetap terhubung. Bahkan, beberapa orang rela mengorbankan nilai atau prinsip sendiri agar hubungan tetap bertahan.
Cara Menghadapi:
Sadari bahwa idealisasi masa lalu bisa menyesatkan.
Ingat baik-baik alasan kenapa hubungan itu berakhir.
Jangan korbankan hal-hal penting hanya demi bertahan dengan seseorang.
Tahap 5: Kesedihan mendalam

Di sinilah rasa kehilangan mencapai titik paling dalam. Hari-hari terasa berat, semangat hidup menurun. Aktivitas biasa pun terasa hambar. Kesepian dan putus asa bisa menguasai pikiran.
Cara Menghadapi:
Beri ruang untuk berduka. Menangis bukan kelemahan.
Ganti pikiran negatif dengan afirmasi atau sudut pandang baru.
Rutin rawat diri: tidur cukup, makan sehat, dan bergerak.
Cerita ke orang yang membuatmu nyaman.
Latih mindfulness, journaling, atau meditasi.
Kalau rasa sedih terus-menerus mengganggu aktivitas harian, jangan ragu cari bantuan profesional.
Tahap 6: Penerimaan dan pemulihan

Akhirnya, titik terang mulai terlihat. Kamu menerima kenyataan, tidak lagi menyangkal. Rasa sakit memang masih ada, tapi tidak lagi mendominasi.
Tanda-Tanda Tahap Ini:
Bisa melihat masa lalu dengan lapang.
Emosi lebih stabil.
Tidak lagi merasa marah atau ingin balas dendam.
Mampu memaafkan dan belajar dari pengalaman.
Cara Memperkuat:
Ubah narasi dari "kehilangan" jadi "pertumbuhan".
Kenali kekuatan dalam dirimu.
Hargai hal-hal baik yang pernah kamu alami dari hubungan tersebut.
Tahap 7: Tumbuh dan melangkah ke depan

Ini adalah fase ketika kamu mulai melihat masa depan lagi. Ada semangat baru untuk menjalani hidup tanpa bayang-bayang masa lalu.
Tanda-Tanda Kamu Sudah Siap:
Kembali percaya diri.
Terhubung kembali dengan teman dan keluarga.
Mulai membuka hati untuk kemungkinan cinta baru.
Strategi Bertumbuh:
Baca buku pengembangan diri dan hubungan.
Perluas koneksi sosial.
Coba hal-hal baru yang belum pernah dilakukan.
Traveling bisa jadi cara ampuh menyegarkan pikiran.
Melewati putus cinta bukanlah proses instan. Setiap orang punya waktunya masing-masing. Tapi yakinlah, seiring waktu, luka itu akan sembuh. Yang penting adalah tetap bersikap lembut pada diri sendiri, menghormati setiap emosi yang hadir, dan percaya bahwa kehidupan baru akan datang dengan bentuk cinta yang lebih sehat dan tulus.
Kamu pantas bahagia. Dan kamu akan sampai ke sana.