Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Alasan Kenapa Makin Dewasa Teman Makin Sedikit, Kok Bisa?

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Helena Lopes)
Intinya sih...
  • Prioritas hidup berubah seiring bertambahnya usia
  • Kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas dalam pertemanan
  • Pengalaman hidup menyaring hubungan pertemanan

Ketika kamu mulai beranjak dewasa, perubahan dalam hubungan sosial menjadi hal yang lumrah. Dulu, saat masih sekolah, teman bisa didapat dari ruang kelas, organisasi, atau kegiatan ekstrakurikuler. Namun, saat dewasa, ruang lingkup sosial cenderung mengecil dan waktu jadi lebih terbatas.

Perubahan prioritas, tanggung jawab yang meningkat, serta pengalaman hidup ikut membentuk siapa yang benar-benar sejalan dengan kamu. Bukan berarti kamu menjadi lebih pemilih secara negatif, melainkan lebih sadar akan kualitas dibanding kuantitas. Berikut tujuh alasan kenapa semakin dewasa, jumlah teman bisa berkurang drastis.

1. Prioritas hidup berubah

ilustrasi merenung (pexels.com/Maria Geller)

Seiring bertambahnya usia, prioritas setiap orang pasti mengalami perubahan. Fokus utama bisa bergeser ke pekerjaan, keluarga, atau bahkan kesehatan mental. Waktu untuk bersosialisasi pun makin terbatas dan lebih selektif.

Teman yang dulunya sering bertemu kini bisa jarang terdengar kabarnya. Ini bukan karena tidak peduli, tapi karena masing-masing punya kesibukan sendiri. Kehidupan dewasa menuntut pembagian waktu yang bijak.

2. Kualitas lebih diutamakan daripada kuantitas

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Clem Onojeghuo)

Saat masih remaja, memiliki banyak teman terasa menyenangkan dan membanggakan. Namun, ketika dewasa, kamu mulai menyadari bahwa tidak semua orang layak disebut sahabat. Hubungan yang dalam dan saling mendukung jadi jauh lebih berarti.

Kamu akan lebih menghargai percakapan yang jujur dan koneksi emosional daripada basa-basi belaka. Teman sejati bukan yang selalu hadir di pesta, tapi yang ada di saat kamu jatuh. Oleh karena itu, lingkaran sosialmu mengecil namun lebih berkualitas.

3. Pengalaman hidup menyaring hubungan

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Helena Lopes)

Pengalaman pribadi bisa menjadi ujian bagi hubungan pertemanan. Dari pengalaman pahit seperti konflik, pengkhianatan, atau kekecewaan, kamu belajar siapa yang benar-benar tulus. Beberapa orang pergi, tapi itu bagian dari proses pendewasaan.

Hubungan yang bertahan adalah yang mampu melewati badai bersama. Kedewasaan membawamu pada pemahaman bahwa tidak semua hubungan harus dipertahankan. Justru, kehilangan teman bisa menjadi pembuka bagi hubungan yang lebih sehat.

4. Energi emosional menjadi terbatas

ilustrasi merenung (pexels.com/MART PRODUCTION)

Beranjak dewasa membuatmu lebih sadar akan pentingnya menjaga energi emosional. Kamu jadi lebih berhati-hati dalam memilih lingkungan yang tidak menguras mental. Pertemanan yang toksik akan secara alami kamu hindari.

Kamu juga tidak bisa lagi hadir untuk semua orang seperti dulu. Waktu dan energi yang kamu punya ingin digunakan untuk hal-hal yang benar-benar penting. Maka dari itu, hanya sedikit orang yang tetap kamu pertahankan dalam hidup.

5. Kebutuhan akan privasi meningkat

ilustrasi merenung (pexels.com/Ron Lach)

Dulu, membagikan semua hal kepada teman terasa normal dan menyenangkan. Namun kini, kamu mulai merasa butuh ruang untuk dirimu sendiri. Privasi menjadi hal yang sangat berharga di usia dewasa.

Bukan berarti kamu menjadi tertutup atau tidak bersosialisasi, tetapi kamu lebih selektif dalam bercerita. Hal ini menyebabkan frekuensi interaksi dengan teman menurun secara alami. Hanya mereka yang benar-benar dekat yang kamu izinkan masuk ke dalam dunia pribadimu.

6. Tidak semua orang tumbuh ke arah yang sama

ilustrasi pertemanan (pexels.com/Toa Heftiba Şinca)

Pertumbuhan pribadi bisa berjalan berbeda antara kamu dan teman-teman lamamu. Ada yang berkembang pesat, ada juga yang memilih zona nyaman. Ketidaksesuaian ini bisa menyebabkan jarak yang semakin lebar.

Hal ini bukan soal siapa yang lebih baik, tapi tentang kecocokan nilai dan pandangan hidup. Ketika jalur hidup mulai berbeda, intensitas hubungan juga bisa berkurang. Bukan karena benci, tapi karena memang sudah tidak satu frekuensi lagi.

7. Semakin selektif dalam mempercayai orang

ilustrasi berbicara (pexels.com/Anete Lusina)

Setelah mengalami berbagai dinamika sosial, kamu jadi lebih bijak dalam memilih siapa yang layak dipercaya. Tidak semua orang yang datang dengan senyum membawa niat baik. Maka, membangun pertemanan baru pun dilakukan dengan hati-hati.

Sikap selektif ini bukan karena trauma semata, melainkan bentuk perlindungan diri. Kamu sadar bahwa kepercayaan adalah aset yang mahal. Oleh sebab itu, teman yang kamu punya mungkin sedikit, tapi sangat berarti.

Kehidupan dewasa memang membawa banyak perubahan, termasuk dalam hal pertemanan. Namun, itu bukanlah sesuatu yang buruk, justru menandakan kamu semakin bijak. Teman sedikit tapi tulus lebih baik daripada banyak tapi penuh drama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Wahyu Kurniawan
EditorWahyu Kurniawan
Follow Us