Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Data LAB45: Angka Kemiskinan Perempuan Selalu Lebih Tinggi dari Laki-laki

seminar nasional Lab45
Seminar nasional Lab45 (Youtube.com/Lab 45)
Intinya sih...
  • Perempuan dalam lanskap ekonomi nasional
  • Kebijakan responsif gender masih mendesak
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Laporan terbaru Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) mengungkap fakta angka kemiskinan perempuan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir selalu lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Kondisi ini menggambarkan perempuan masih menghadapi kerentanan ekonomi yang lebih besar.

Data menunjukkan, penurunan signifikan sempat terjadi pada 2015–2019 karena stabilitas ekonomi dan meluasnya program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Namun, pandemik COVID-19 pada 2020–2021 memukul keras kelompok perempuan. Data tersebut dipaparkan dalam seminar nasional Lab45 di Perpustakaan Nasional, Kamis (21/8/2025).

"Banyak yang kehilangan pekerjaan di sektor informal, terbebani kerja domestik, dan sulit mengakses bantuan. Pada 2024, angka kemiskinan perempuan tercatat 9,1 persen, lebih tinggi dibanding laki-laki yang berada di angka 8,8 persen," ujar Analis Utama Maha Data dan Gender, Ratu Dyah Ayu Gendis Wardani.

1. Perempuan dalam lanskap ekonomi nasional

Seminar nasional Lab45
Seminar nasional Lab45 (Youtube.com/Lab 45)

Dalam lanskap ekonomi, perempuan terus menjadi aktor penting meskipun menghadapi keterbatasan struktural. LAB45 mencatat partisipasi angkatan kerja laki-laki di tahun 2023 mencapai 82 persen, jauh di atas partisipasi perempuan yang hanya 53 persen.

Meski demikian, tren partisipasi kerja perempuan menunjukkan kenaikan konsisten dalam dua dekade terakhir. Sayangnya, mayoritas perempuan masih terserap ke sektor informal yang cenderung rentan karena minim perlindungan kerja dan standar upah yang tidak stabil.

2. Tantangan perempuan dalam pekerjaan

Seminar nasional Lab45
Seminar nasional Lab45 (Youtube.com/Lab 45)

Ketimpangan juga terlihat jelas pada kelompok perempuan menikah berusia 25–44 tahun. Pada fase kehidupan ini, partisipasi angkatan kerja mereka menurun tajam. Beban kerja domestik yang tidak diupah sering kali bertabrakan dengan tuntutan kerja produktif sehingga banyak perempuan terpaksa keluar dari pasar kerja. Norma gender dan struktur sosial yang belum setara mempersempit ruang mereka untuk berkembang di dunia profesional.

Data Sakernas 2024 menegaskan peran vital perempuan dalam menopang ekonomi rumah tangga. Sebanyak 15 persen pekerja di Indonesia adalah perempuan pencari nafkah utama (female breadwinners), sementara secara keseluruhan 40 persen pekerja adalah perempuan.

Mayoritas dari mereka, sekitar 61 persen, bekerja di sektor usaha perorangan. Provinsi seperti DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, dan Maluku menjadi wilayah dengan persentase tertinggi perempuan pencari nafkah utama.

3. Kebijakan responsif gender masih mendesak

IMG-20250821-WA0003.jpg
Seminar nasional Lab45 (Youtube.com/Lab 45)

Ratu Dyah mengatakan, data ini memperlihatkan betapa krusialnya kebijakan ekonomi yang responsif gender.

“Perempuan tidak hanya menjadi bagian dari pasar kerja, tapi juga tulang punggung ekonomi keluarga. Jika kebijakan tidak sensitif gender, maka ketimpangan akan terus melebar dan perempuan tetap berada di posisi rentan,” ucap dia.

Ratu Dyah juga menekankan, tantangan terbesar bukan sekadar meningkatkan partisipasi kerja perempuan, tetapi juga memastikan kualitas pekerjaan yang mereka jalani.

“Mayoritas perempuan bekerja di sektor informal yang tidak memberikan jaminan sosial maupun perlindungan hukum. Di titik ini, negara perlu hadir lebih kuat,” kata dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Deti Mega Purnamasari
EditorDeti Mega Purnamasari
Follow Us