Wali Kota Bogor Bagikan Pengalaman di KPK: Pencegahan Korupsi Bukan Retorika

- Dedie Rachim memegang dua jabatan strategis di KPK
- Pendidikan antikorupsi harus menyentuh semua jenjang
Bogor, IDN Times - Wali Kota Bogor, Dedie Rachim, membagikan pengalamannya selama bertugas di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat hadir dalam acara 'Ngobrol Seru by IDN Times,' Kamis (14/8/2025). Dalam perbincangan itu, ia membeberkan cara pandangnya soal pencegahan korupsi, reformasi birokrasi, dan pendidikan antikorupsi.
Dedie mengatakan, selama di KPK ia lebih fokus pada proses pencegahan daripada penindakan. Menurutnya, pencegahan mencakup berbagai aspek mulai dari pendidikan, perbaikan sistem, hingga reformasi birokrasi.
“Upaya mencegah korupsi bukan hanya retorika, bukan hanya teori, tetapi harus bisa diimplementasikan,” kata dia.
1. Memegang dua jabatan strategis di KPK

Selama bertugas, Dedie memegang dua posisi penting, yaitu Direktur Pendidikan pada Masyarakat dan Direktur Pembinaan Jaringan Antar Komisi. Pengalaman ini membuatnya memahami situasi dan kondisi birokrasi secara lebih luas.
“Saya paling tidak, lebih bisa memahami situasi kondisi dan juga bagaimana kira-kira mencoba untuk memperbaiki sistem, tetapi tidak secara apa secara gradual,” ujar dia.
2. Pendidikan antikorupsi harus menyentuh semua jenjang

Dedie menegaskan, Undang-Undang KPK mengamanatkan pelaksanaan pendidikan antikorupsi di semua jenis dan jenjang pendidikan. Pendekatan ini, kata dia, tak boleh hanya menyasar siswa atau mahasiswa.
“Dalam konsep pendidikan, harus membangun karakter yang juga tentu, maka bukan siswanya aja, bukan hanya mahasiswa, para guru ikut semua bergerak. Alhamdulillah pada saat kita sudah hampir bisa menyentuh seluruh pendidikan,” kata dia.
3. Mengajak semua pihak untuk berubah adalah tantangan terberat

Meski upaya pencegahan korupsi sudah dilakukan, Dedie mengakui tantangan terbesarnya adalah mengajak semua orang untuk mau berubah. Menurut dia, perbaikan sistem adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran dan konsistensi.
“Yang paling sulit adalah mengajak semua orang untuk berubah. Perbaikan sistem juga harus terus diperjuangkan,” kata Dedie.