Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Aktivis Pro-Palestina Blokade Perusahaan Belgia yang Pasok Senjata ke Israel

aksi demonstrasi pro-Palestina (unsplash.com/Merch HÜSEY)
Intinya sih...
  • Ratusan demonstran ditangkap.
  • Direktur OIP sebut para aktivis sebagai pendukung Hamas.
  • Perusahaan manfaatkan celah hukum untuk pasok senjata ke Israel.

Jakarta, IDN Times - Sekitar 1.000 aktivis pro-Palestina, pada Senin (23/6/2025), memblokade dua perusahaan Belgia yang memasok komponen senjata untuk Israel. Aksi tersebut merupakan bagian dari kampanye 'Setop Mempersenjatai Israel", yang menyerukan diakhirinya keterlibatan Eropa dalam genosida di Gaza.

Di Brussels, sekitar 900 aktivis yang tergabung dalam kelompok Stop Arming Israel Belgia (SAIB) memblokir akses jalan menuju lokasi perusahaan Syensqo pada pukul 07:45 pagi, dan mencat bangunan tersebut dengan warna merah sebagai simbol pertumpahan darah. Mereka mengklaim bahwa perusahaan itu memasok komponen yang digunakan dalam drone Israel.

“Syensqo dengan sengaja memasok komponen kunci dari senjata yang diketahui digunakan dalam kejahatan perang Israel. Syensqo tidak dapat menyangkal keterlibatannya dalam genosida yang sedang berlangsung,” kata kelompok tersebut, dilansir dari Anadolu.

Di Turnai, ratusan aktivis lainnya juga memasuki sebuah gudang milik OIP Sensor Systems dan mengecat peralatan militer dengan warga merah. OIP Sensor Systems merupakan perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh produsen senjata Israel, Elbit Systems.

1. Ratusan demonstran ditangkap

Sekitar pukul 10.45, puluhan polisi yang dilengkapi dengan anjing pelacak, kendaraan antihuru-hara, helikopter, dan meriam air dikerahkan untuk membubarkan massa. Sedikitnya 650 demonstran ditahan. Berapa penangkapan dilaporkan disertai dengan kekerasan. Di Tournai, SAIB mengatakan bahwa lebih dari 100 orang ditangkap dan satu orang dirawat di rumah sakit.

“Bukannya mengambil tindakan untuk menghentikan genosida, mereka justru menindas orang-orang yang ingin menghentikan mesin perang,” kata kelompok tersebut.

Menteri Pertahanan Belgia, Theo Francken, menyebut SAIB sebagai milisi sayap kiri.

“OIP membantu Ukraina dalam perjuangannya melawan agresor Rusia dengan segala jenis peralatan militer. Jika ini dilakukan oleh milisi sayap kanan, negara ini pasti sudah berada dalam kekacauan," tulisnya di X.

2. Direktur OIP sebut para aktivis sebagai pendukung Hamas

Dilansir dari The New Arab, juru bicara Syensqo mengungkapkan bahwa perusahaan tersebut sangat prihatin terhadap situasi di Timur Tengah. Ia menyatakan bahwa Syensqo telah mematuhi semua undang-undang dan peraturan yang berlaku, termasuk perjanjian internasional yang mengatur berbagai aspek industri pertahanan.

Sementara itu, direktur dewan OIP, Freddy Versluys menyebut para aktivis tersebut sebagai pendukung Hamas.

“Vandalisme ini tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang menyebut dirinya aktivis perdamaian. Jika mereka meluangkan waktu untuk mencari informasi, mereka akan tahu bahwa ada larangan ekspor sistem persenjataan ke Israel secara global dari Belgia," kata Versluys dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan bahwa aksi tersebut telah menyebabkan keterlambatan pengiriman senjata ke Ukraina.

3. Perusahaan manfaatkan celah hukum untuk pasok senjata ke Israel

Sejak 2009, wilayah-wilayah di Belgia telah sepakat untuk tidak mengizinkan ekspor senjata yang ditujukan untuk memperkuat kapasitas militer Israel. Barang-barang militer hanya dapat diekspor ke Israel jika nantinya dikembalikan ke Belgia atau diekspor ulang ke negara lain.

Meski demikian, sejumlah perusahaan tetap terlibat dalam perdagangan senjata dengan Israel dengan memanfaatkan celah hukum. Praktik ini terus berlanjut bahkan setelah Israel melancarkan perang di Gaza pada Oktober 2023, yang kini telah menewaskan hampir 56 ribu warga Palestina.

Sebagai contoh, resin yang diproduksi oleh Syensqo merupakan elemen struktural dari sebuah drone, bukan komponen militer, sehingga tidak termasuk dalam cakupan embargo.

Antara Oktober 2023 dan Desember 2024, wilayah Flanders mengeluarkan 17 izin ekspor barang militer ke Israel dengan total nilai mencapi 22,7 juta euro (sekitar Rp429 miliar). Menurut lembaga penyiaran VRT, sebagian besar izin tersebut diajukan oleh perusahaan OIP.

Pada Mei 2025, lembaga penyiaran RTBF juga mengungkapkan bahwa sedikitnya 70 ton amunisi dan bahan peledak telah diekspor ke Israel melalui Bandara Liège sejak 7 Oktober 2023. Pengiriman tersebut ditujukan kepada pemerintah Israel, Kementerian Pertahanan Israel, atau langsung kepada pasukan militer Israel. Praktik ini dianggap legal karena barang-barang tersebut hanya transit di Belgia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us