Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Geger di Malaysia, Siswi 13 Tahun Meninggal Diduga Akibat Bullying

ilustrasi mayat (freepik.com/h9images)
ilustrasi mayat (freepik.com/h9images)
Intinya sih...
  • Tuntutan transparansi dari keluarga dan publik
  • Temuan awal otopsi kematian karena cedera otak
  • Pemerintah Malaysia hadapi tekanan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Malaysia tengah diguncang kasus meninggalnya seorang siswi berusia 13 tahun yang diduga menjadi korban bullying di sekolahnya. Publik mendesak pemerintah melakukan investigasi menyeluruh setelah jasad korban, Zara Qairina Mahathir diautopsi.

Zara ditemukan tak sadarkan diri di dekat saluran air bawah asrama sekolah SMKA Tun Datu Mustapha Limauan, Sabah, pada 16 Juli dini hari. Ia mengalami luka serius dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit Queen Elizabeth I, namun nyawanya tidak tertolong sehari kemudian.

Kematian tragis ini memicu tagar #JusticeForZara yang ramai diperbincangkan warganet Malaysia. Banyak yang menuding kasus tersebut terkait praktik perundungan di sekolah, sehingga publik mendesak keadilan bagi korban dan transparansi dalam penyelidikan.

1. Tuntutan transparansi dari keluarga dan publik

Ibu korban, Noraidah Lamat, menegaskan pihak keluarga meminta penyelidikan yang adil dan terbuka. “Kami hanya ingin kebenaran atas apa yang menimpa anak saya,” ujarnya pada 21 Juli.

Ia mengaku terakhir kali bertemu putri semata wayangnya saat acara sekolah pada 12 Juli. Desakan publik semakin kuat hingga otoritas hukum memutuskan menggali kembali jasad Zara pada 9 Agustus atas permintaan keluarga.

Dilansir dari The Star Kamis (14/8/2025), tim forensik kemudian melakukan autopsi bersama empat dokter forensik di Rumah Sakit Queen Elizabeth sebelum jasadnya dimakamkan ulang pada 11 Agustus di Sipitang.

2. Temuan awal autopsi kematian karena cedera otak

Temuan awal dari otopsi terbaru Zara Qairina Mahathir, menunjukkan bahwa ia meninggal karena cedera otak traumatis seperti yang awalnya didiagnosis oleh dokter. Direktur Departemen Investigasi Kriminal (CID) Bukit Aman, Komisaris Datuk M. Kumar, mengatakan meskipun cedera tersebut sesuai dengan cedera yang diderita akibat jatuh, tidak dilakukannya autopsi awal bertentangan dengan protokol yang ditetapkan.

Ia mengatakan investigasi internal sekarang akan dilakukan terhadap petugas investigasi dan supervisor dalam kasus ini.

3. Pemerintah Malaysia hadapi tekanan

Potret Masjid Putra di Putrajaya, Malaysia (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)
Potret Masjid Putra di Putrajaya, Malaysia (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Kasus ini menempatkan Kementerian Pendidikan Malaysia dalam sorotan. Menteri Pendidikan, Fadhlina Sidek, menyatakan pihaknya mendukung penuh investigasi polisi dan tidak akan mengintervensi proses hukum.

Polisi Sabah menegaskan kasus ini tengah ditangani dari semua sudut kemungkinan dan meminta masyarakat menahan diri dari spekulasi. Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Datuk Mustapha Sakmud, membantah tuduhan yang menyeret dirinya maupun istrinya, mantan kepala sekolah. Ia menyebut tuduhan itu tidak berdasar.

Kementerian Pendidikan juga melaporkan lebih dari 10 kasus penyebaran informasi menyesatkan di media sosial terkait kematian Zara, termasuk hoaks video teriakan yang disebut milik korban. Pemerintah khawatir kabar palsu itu bisa memicu perundungan baru terhadap guru maupun siswa di sekolah terkait.

Kasus Zara Qairina kini menjadi simbol darurat bullying di Malaysia. Publik menuntut agar tragedi ini tidak hanya diusut tuntas, tetapi juga menjadi titik balik bagi dunia pendidikan untuk lebih serius melindungi pelajar dari praktik perundungan yang berujung maut.

Share
Topics
Editorial Team
Dwifantya Aquina
EditorDwifantya Aquina
Follow Us