Rencana Redistricting Trump Tuai Gelombang Aksi Protes

- Ribuan aktivis pro-demokrasi dan kelompok buruh berkumpul di sejumlah kota besar dan kecil.
- Koalisi aktivis prodemokrasi bersama kelompok buruh menggelar lebih dari 300 aksi dan acara serentak di 44 negara bagian serta Washington, D.C.
- Lebih dari 50 anggota legislatif Demokrat Texas walkout massal untuk mengagalkan quorum pada pemungutan suara terkait rancangan peta ulang wilayah kongres yang didukung Presiden Trump.
Jakarta, IDN Times - Lebih dari 300 aksi demonstrasi digelar secara serentak di berbagai wilayah Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (16/8/2025). Aksi ini dilakukan untuk menentang upaya administrasi Presiden Donald Trump yang mendorong Texas mengubah peta daerah pemilihan kongres demi menguntungkan Partai Republik.
Gerakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan politik, menyusul dorongan agar Texas merevisi batas wilayah kongresnya menjelang pemilu tengah periode 2026. Protes di Austin, Texas menjadi pusat perhatian dan menghadirkan tokoh politik nasional.
1. Aksi protes nasional menentang redistricting versi Trump di Texas
Ribuan aktivis pro-demokrasi dan kelompok buruh berkumpul di sejumlah kota besar dan kecil. Koalisi aktivis prodemokrasi bersama kelompok buruh menggelar lebih dari 300 aksi dan acara serentak di 44 negara bagian serta Washington, D.C.
“Biasanya kami berkumpul untuk membela hak pekerja dan demokrasi, kali ini kami bersatu menghadang upaya penggambaran ulang wilayah pemilihan yang dipaksakan Presiden Trump,” ujar Drucilla Tigner, direktur Texas For All, dilansir Hindustan Times.
Aksi berpusat di Austin, Texas, diikuti ribuan peserta meski udara panas.
“Kami perlu membuat sebanyak mungkin protes di negara ini agar publik menyadari bahaya manipulasi peta distrik," kata seorang pensiunan pendidik kesehatan yang ikut demonstrasi.
Pada hari pelaksanaan, gelombang demonstrasi juga terjadi di California, Illinois, hingga Massachusetts, sebagai bentuk solidaritas dan respon atas rencana redistricting yang menurut aktivis dapat mengamankan lima kursi tambahan Partai Republik di Kongres.
2. Walkout massal anggota legislatif Demokrat Texas untuk gagalkan quorum
Lebih dari 50 anggota legislatif Demokrat Texas memilih meninggalkan negara bagian guna menggagalkan quorum pada pemungutan suara terkait rancangan peta ulang wilayah kongres yang didukung Presiden Trump.
“Saat menjadi minoritas dan tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan undang-undang, langkah ekstrim yang tersedia adalah walkout agar legislasi gagal dibahas,” kata Mark Jones, profesor politik dari Universitas Rice, dilansir NPR.
Legislatif Texas membutuhkan minimal 100 anggota untuk melangsungkan sidang, sedangkan Partai Republik hanya memiliki 88 anggota. Kepergian para Demokrat ke Illinois dan New York membuat mereka berada di luar jangkauan surat perintah penahanan sipil yang hanya dapat dilakukan dalam wilayah Texas.
Pada Senin (4/8/2025), Gubernur Greg Abbott mengancam akan menahan para anggota parlemen yang mangkir, tetapi hingga hari itu, sidang tidak berhasil digelar karena tidak memenuhi quorum.
“Pertarungan untuk melindungi hak suara baru saja dimulai,” ujar Gene Wu, Ketua fraksi Demokrat Texas House.
3. Pidato Beto O’rourke dan respons politik nasional atas redistricting Texas
Mantan anggota kongres Beto O’Rourke tampil di depan ribuan peserta aksi di Austin. Menurut O’Rourke, cara melawan tindakan Partai Republik adalah dengan memaksimalkan keunggulan Demokrat dalam penggambaran peta distrik.
“Mereka melakukan ini karena mereka takut kehilangan kekuasaan. Lihat betapa besarnya perjuangan publik di sini," katanya, dilansir ABC News.
Ken Martin, Ketua Komite Nasional Demokrat, juga mengakui bahwa kini partainya jauh lebih agresif daripada sebelumnya.
Sementara itu, pada Jum'at (15/8/2025), Gubernur California Gavin Newsom mengumumkan akan mengajukan rancangan peta baru di California sebagai respons terhadap penggambaran ulang distrik versi Partai Republik di Texas. Strategi serupa juga digemakan oleh gubernur di New York dan Illinois.