Tanggapi Arya Daru Burnout, Kemlu: Kami Punya Layanan Konseling

- Kemlu memberikan dukungan kepada keluarga Arya Daru
- Menlu Sugiono sudah menemui keluarga Korban dan memberikan dukungan moril
- Keluarga tidak percaya kesimpulan bunuh diri dan meminta penyelidikan dilanjutkan
Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri akhirnya merespons hasil penyelidikan sementara mengenai kematian diplomat muda Arya Daru Pangayunan. Mereka mengatakan selama ini memberikan dukungan kepada seluruh staf dan keluarga Kemlu yang membutuhkan. Hal itu termasuk layanan psikologi dan psikiatri.
"Layanan in-house ini telah disediakan Kemlu untuk membantu staf Kemlu dan keluarganya apabila terdampak dari aktivitas dan penugasan kedinasan," ujar Kemlu di dalam keterangan tertulis dan dikutip pada Kamis (31/7/2025).
Pernyataan itu disampaikan oleh Kemlu karena hasil psikologi forensik yang dilakukan oleh Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) menunjukkan diplomat berusia 39 tahun itu mengalami burnout karena tugasnya di Direktorat Perlindungan WNI Kemlu. Selain itu, Daru juga disebut pernah mengakses layanan kesehatan mental pada 2013 dan 2021.
Daru disebut mengalami suatu tekanan psikologis. Meski begitu, tidak ditemukan indikasi perilaku menyakiti diri sendiri (self-harm) berdasarkan keterangan dari orang-orang yang terakhir kali berinteraksi dengannya.
Di sisi lain, Kemlu untuk kali pertama juga mengakui meninggalnya Arya Daru Pangayunan meninggalkan luka mendalam. Bahkan, kepergian Daru memberikan dampak emosional terhadap rekan kerja dan keluarga besar Kemlu lainnya.
Namun, pernyataan resmi Kemlu itu justru menuai protes yang luas dari publik. Kolom komentar media sosial Kemlu banjir kritik dari masyarakat.
1. Menlu Sugiono disebut sudah menemui keluarga korban

Lebih lanjut Kemlu mengatakan pihaknya berada bersama-sama istri dan dua anak Daru serta keluarga besarnya dalam menghadapi masa-masa sulit ini. Kemlu turut mengungkap Menteri Luar Negeri Sugiono sudah mengunjungi rumah duka di Yogyakarta.
"Bapak Menlu memberikan ucapan belasungkawa dan dukungan moril," kata Kemlu.
Di sisi lain, Kemlu menyampaikan apresiasi atas upaya yang sudah dilakukan oleh tim penyelidik Polda Metro Jaya dan para ahli yang dilibatkan selama pelaksanaan penyelidikan. Kemlu menghargai atensi serta berbagai masukan yang telah disampaikan oleh semua pihak terkait wafatnya Daru.
Kemlu sejak awal proses penyelidikan sudah bekerja sama dan berkomunikasi dengan keluarga dan penyelidik. "Kemlu memberikan dukungan penuh dan akses terhadap seluruh informasi dan berbagai hal terkait kepada keluarga, penyelidik polisi, maupun pihak lainnya untuk mengungkap kasus ini secara terang benderang," ujarnya.
2. Publik kesal ke Kemlu karena tidak menyebut nama lengkap Arya Daru di rilis

Sementara, publik justru terlihat geram melihat respons yang disampaikan Kemlu di akun media sosialnya. Salah satu yang membuat mereka marah karena di dalam keterangan tertulis itu Kemlu tidak menyebut nama lengkap diplomat mereka yang meninggal secara janggal.
"Sebut nama lengkap almarhum, Arya Daru Pangayunan S.IP. Kok susah banget sih?" tanya seorang warganet di kolom komentar medsos Kemlu dan dikutip hari ini.
"Alamak! Instansi macam apa ini menyebut nama rekanan yang telah gugur kayak nyebut kriminal. Heran betul," kata warganet lainnya.
"Please provide the deceased's full name. He was a hero to your institution," kata warganet.
Ada pula yang mempertanyakan mengapa sejak awal Daru meninggal pada 8 Juli 2025, tidak ada satu pun ucapan duka cita di akun resmi media sosial Kemlu. Ucapan duka cita juga tidak nampak di akun media sosial Menlu Sugiono dan tiga wamenlu.
"Kok pas almarhum meninggal, gak ada postingan berupa ucapan duka cita, Min?" tanya warganet.
3. Keluarga Arya Daru tak percaya dengan kesimpulan bunuh diri

Sementara, perwakilan keluarga Arya Daru pun sejalan dengan sikap Komnas HAM. Mereka meminta agar penyelidikan tetap dilanjutkan. Pihak keluarga tidak percaya Daru meninggal karena bunuh diri.
Meta Bagus, kakak ipar Arya Daru, percaya bahwa setiap orang berhak atas kebenaran, terlebih ketika menyangkut seseorang yang sangat dicintai.
"Karena itu, kami sangat berharap agar proses penyelidikan ini dilakukan secara cermat, menyeluruh, dan profesional. Artinya, kami berharap setiap fakta yang ada bisa benar-benar diperiksa dengan teliti dan terbuka," ujar Meta dalam keterangan tertulis hari ini.
Meta berharap agar semua masukan dari keluarga, termasuk hal-hal yang dialami dan diketahui secara langsung, dapat ikut dipertimbangkan oleh penyelidik Polda Metro Jaya. Terlepas dari itu, ia mengaku percaya proses penyelidikan akan dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan integritas.
"Bagi kami, Daru bukan hanya seorang diplomat atau aparatur negara. Ia adalah anak, suami, kakak, adik, dan sahabat yang kami sayangi. Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pribadi yang berdedikasi dan memiliki kepedulian tinggi terhadap orang lain," tutur dia.
Meta menyadari peristiwa ini menjadi perhatian publik. Oleh sebab itu, sebagai keluarga, ia ingin proses ini didampingi dengan cara yang baik, terbuka, dan saling menghargai.
Meta juga mengajak awak media dan masyarakat luas untuk ikut mengawal jalannya proses ini dengan empati, informasi yang berimbang, dan sikap yang objektif.