Trump Rilis Ratusan Ribu Berkas Pembunuhan Martin Luther King Jr

- Pemerintahan Trump mempublikasikan dokumen secara digital.
- Isinya mencakup memo internal FBI hingga detail investigasi.
- Anak-anak Luther King khawatir dokumen akan merusak warisan ayah mereka.
Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Donald Trump merilis lebih dari 230 ribu halaman dokumen terkait pembunuhan Martin Luther King Jr. (MLK) pada 1968. Sebelumnya, rencana perilisan ini telah ditentang oleh keluarga mendiang aktivis hak sipil itu.
Dokumen yang berasal dari pengawasan FBI tersebut telah disegel pengadilan sejak 1977 dan dijadwalkan baru dibuka pada 2027. Namun, perilisannya dipercepat setelah ada permintaan dari Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) untuk membuka segel lebih awal.
1. Perilisan sebagai upaya transparansi
Arsip Nasional AS mempublikasikan dokumen ini secara digital, yang isinya mencakup memo internal FBI hingga detail investigasi. Perilisan ini merupakan bagian dari perintah eksekutif Trump untuk membuka catatan sejarah terkait pembunuhan tokoh nasional.
Perintah yang sama sebelumnya juga telah digunakan untuk membuka berkas pembunuhan John F. Kennedy dan Robert F. Kennedy. Para pejabat pemerintah menyebut langkah ini sebagai upaya transparansi atas tragedi masa lalu.
"Rakyat Amerika berhak atas jawaban setelah beberapa dekade pembunuhan mengerikan salah satu pemimpin besar bangsa kita," kata Jaksa Agung AS, Pam Bondi, dilansir NPR.
James Earl Ray dihukum atas pembunuhan King, meski ia kemudian menarik pengakuan bersalahnya. Dalam berkas yang dirilis, terdapat informasi tentang dugaan plot pembunuhan yang pernah didiskusikan Ray dengan teman satu selnya.
2. Alasan penolakan pihak keluarga
Anak-anak King, Martin III dan Bernice, khawatir dokumen ini akan disalahgunakan untuk merusak warisan ayah mereka. Mereka meminta publik untuk memahami konteks sejarah yang melatarbelakangi pembuatan dokumen tersebut.
Keluarga menyebut dokumen ini adalah hasil dari operasi pengawasan FBI yang bertujuan merusak reputasi King dan Gerakan Hak Sipil. Kampanye di bawah kendali J. Edgar Hoover itu mereka anggap sangat mengganggu dan merusak.
"Selama hidupnya, ayah kami tanpa henti menjadi target kampanye disinformasi dan pengawasan yang invasif, predatoris, dan sangat mengganggu yang diatur oleh J. Edgar Hoover melalui FBI. Tindakan-tindakan ini bukan hanya pelanggaran privasi, tetapi serangan yang disengaja terhadap kebenaran," tulis Martin Luther King III dan Dr. Bernice A. King dalam pernyataan bersama, dilansir Al Jazeera.
Sikap keluarga tidak seragam, sebab keponakan King, Alveda King, justru mendukung langkah Trump dan berterima kasih atas perilisan ini. Namun, keluarga King tetap percaya bahwa ada konspirasi yang lebih besar di balik pembunuhan tersebut.
3. Dituding sebagai upaya pengalihan isu
Waktu perilisan dokumen ini menuai kritik karena dianggap bermuatan politis. Beberapa pihak menuduh ini adalah cara pemerintahan Trump mengalihkan perhatian dari isu lain, terutama penanganan berkas Jeffrey Epstein. Aktivis hak-hak sipil, Pendeta Al Sharpton, meragukan niat tulus pemerintah dalam melakukan hal ini.
"Trump merilis berkas pembunuhan MLK bukan untuk transparansi atau keadilan. Ini adalah upaya putus asa untuk mengalihkan perhatian orang dari badai api yang melanda Trump atas berkas Epstein dan runtuhnya kredibilitasnya di kalangan basis MAGA," kata Pendeta Al Sharpton, dilansir The Guardian.
Lembaga The King Center, yang dipimpin Bernice King, juga menilai waktu perilisan ini tidak tepat. Menurut mereka, ada banyak isu ketidakadilan mendesak lainnya yang seharusnya menjadi fokus masyarakat saat ini.