Bagaimana Celtic Membangun Koneksi dengan Sepak Bola Jepang?

Koneksi antara Celtic dan sepak bola Jepang menjadi salah satu tren menarik dalam transfer pemain Eropa belakangan ini. Jumlah pemain asal Jepang yang bergabung ke Celtic terus bertambah dari musim ke musim, seiring dengan kepercayaan klub terhadap kualitas mereka. Performa positif yang ditunjukkan para pemain tersebut memperkuat relasi yang sudah terbangun sejak hampir 2 dekade lalu, saat nama Shunsuke Nakamura mencuri perhatian di Celtic Park.
Kehadiran pemain Jepang di Celtic dipengaruhi sejumlah faktor yang saling berkaitan. Klub ini menunjukkan konsistensi dalam pendekatannya terhadap pasar Jepang, mulai dari proses scouting hingga adaptasi pemain di lapangan. Strategi ini bahkan terus berlanjut hingga bursa transfer musim panas 2025.
1. Shunsuke Nakamura membuka jalan pemain Jepang ke Celtic
Koneksi antara Celtic dan sepak bola Jepang mulai terlihat jelas sejak Shunsuke Nakamura bergabung ke klub pada Juli 2005. Ia datang dari Reggina, klub Serie A Italia, dan langsung menjadi pemain inti di lini tengah Celtic. Selama 4 musim, Nakamura mencatatkan 159 penampilan di semua kompetisi, mencetak 31 gol, dan memberikan 38 assist. Ia membantu Celtic meraih 3 gelar juara di kasta tertinggi Liga Skotlandia, 2 Piala Liga Skotlandia, dan 1 Piala Skotlandia. Salah satu momen paling diingat adalah gol tendangan bebasnya ke gawang Manchester United di UEFA Champions League 2006/2007.
Nakamura menjadi salah satu pemain Asia pertama yang tampil konsisten di level Eropa dan menjadi wajah Celtic di mata publik Jepang. Dilansir The Guardian, ia meraih penghargaan Pemain Terbaik di kast tertinggi Liga Skotlandia pada 2006/2007 dan menjadi panutan bagi banyak pemain Jepang setelahnya. Dalam sebuah wawancara bersama majalah resmi klub, Celtic View, ia pernah menyampaikan harapan agar lebih banyak pemain Jepang bergabung dengan Celtic. Sejak saat itu, nama Nakamura sering disebut sebagai figur awal yang membangun jembatan antara sepak bola Jepang dan Celtic.
2. Strategi scouting dan koneksi personal mendorong koneksi Celtic dengan pemain Jepang
Setelah Shunsuke Nakamura meninggalkan Celtic pada 2009, tidak ada pemain Jepang lain yang menyusul ke klub dalam lebih dari 1 dekade berikutnya. Hubungan yang sempat terbentuk melalui kesuksesan Nakamura tidak berlanjut dalam periode setelahnya. Popularitas Nakamura di mata pendukung tetap tinggi, tetapi belum ada kebijakan klub yang secara khusus membuka kembali jalur perekrutan pemain dari Jepang.
Situasi mulai berubah saat Celtic menunjuk Ange Postecoglou sebagai pelatih pada 2021. Pengalamannya melatih di Jepang bersama Yokohama F Marinos menjadi faktor krusial dalam membentuk arah transfer klub. Ia merekomendasikan pemain, seperti Kyogo Furuhashi, Reo Hatate, Daizen Maeda, dan Yosuke Ideguchi, yang semuanya direkrut dalam waktu kurang dari 2 musim. Pendekatan ini bukan berbasis popularitas semata, melainkan melalui scouting langsung terhadap karakter pemain.
Pada musim panas 2025, Celtic kembali merekrut dua pemain Jepang, Hayato Inamura dari Albirex Niigata dan Shin Yamada dari Kawasaki Frontale. Proses perekrutan dilakukan dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu melalui scouting yang terencana dan sesuai kebutuhan tim. Langkah ini menunjukkan, strategi yang dimulai saat Postecoglou masuk tetap berlanjut meski sudah tidak lagi melatih Celtic.
3. Aktivitas komersial dan interaksi langsung membuat Celtic makin dikenal di Jepang
Masuknya pemain Jepang ke Celtic memberikan dampak positif di luar lapangan, terutama dalam hal promosi dan hubungan dengan publik Jepang. Setelah Kyogo Furuhashi bergabung pada 2021, Celtic mulai menjalankan strategi komunikasi dengan membuka akun media sosial resmi berbahasa Jepang di X. Akun ini kini memiliki lebih dari 80 ribu pengikut dan menjadi salah satu kanal utama dalam membangun keterlibatan dengan penggemar di Jepang. Klub juga bekerja sama dengan Goal App Japan untuk mengadakan kamp pelatihan di Tokyo, Fukuoka, dan Hiroshima yang diikuti pemain muda dari berbagai daerah.
Saat menjalani tur pramusim di Jepang pada 2023 lalu, Celtic mengadakan berbagai aktivitas yang mendekatkan klub dengan penggemar lokal. Salah satunya adalah membuka toko sementara di Stadion Nissan saat pertandingan melawan Yokohama F Marinos, yang menyediakan perlengkapan resmi, seperti jersey dan syal. Tingginya minat dari pengunjung menunjukkan, identitas Celtic makin dikenal di Jepang. Aktivitas seperti ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang klub dalam memperluas jaringan dan pengaruhnya secara internasional.
4. Konsistensi strategi dan hasil di lapangan membentuk relasi jangka panjang antara Celtic dan Jepang
Keterhubungan antara Celtic dan Jepang tidak terjadi dalam satu waktu, melainkan melalui proses bertahap yang memiliki pola jelas. Keberhasilan Shunsuke Nakamura membuka pintu pertama bagi pemain Jepang di Eropa, tetapi selama lebih dari 10 tahun setelah kepergiannya, jalur tersebut belum benar-benar berkembang. Perubahan mulai terlihat ketika Ange Postecoglou datang dengan segudang pengalaman di Jepang dan mengarahkan kebijakan transfer ke sana. Selain membawa pemain yang sudah dikenalnya secara langsung, Postecoglou juga membantu membangun ulang struktur pencarian pemain dan cara klub memandang potensi pemain dari Jepang. Sejak itu, Celtic menjadikan Jepang sebagai salah satu target pasar pemain yang terintegrasi dengan kebutuhan tim secara teknis.
Keberhasilan pola perekrutan ini tercermin dari kontribusi nyata para pemain Jepang yang bergabung, baik dalam kompetisi domestik maupun Eropa. Kyogo Furuhashi dan Daizen Maeda menjadi contoh pemain dari Negeri Sakura yang dapat beradaptasi dengan cepat dan tampil konsisten di level tinggi. Bersamaan dengan itu, klub juga mengembangkan pendekatan luar lapangan yang mencakup interaksi dengan penggemar Jepang, kerja sama pelatihan, dan promosi langsung di negara asal para pemain. Semua ini memperlihatkan, Celtic ingin membangun hubungan yang kuat dengan Jepang melalui strategi yang konsisten dan hasil yang nyata dari musim ke musim.
Hubungan antara Celtic dan Jepang terbentuk melalui proses panjang yang saling menguntungkan. Dari perekrutan pemain hingga aktivitas di luar lapangan, klub menunjukkan komitmen yang berkelanjutan. Jejak yang ditinggalkan para pemain Jepang juga memperkuat posisi Celtic sebagai tujuan yang ideal di mata sepak bola Asia.