Mengapa Liam Delap Memilih Nomor Punggung 9 di Chelsea?

- Nomor punggung 9 identik dengan striker
- Delap tak terpengaruh oleh pemilik sebelumnya yang gagal
- Delap tampil moncer bersama Ipswich Town pada 2024/2025
Liam Delap bergabung dengan Chelsea dari Ipswich Town pada musim panas 2025. Tidak butuh waktu lama untuk unjuk gigi, dia langsung dimainkan pada ajang bergengsi, Club World Cup (CWC) alias Piala Dunia Antarklub 2025. Menariknya, sorotan bukan datang dari gaya rambut atau selebrasi golnya. Sorotan justru datang dari keputusan Delap memilih nomor punggung.
Delap memilih mengenakan nomor punggung 9. Padahal, nomor punggung tersebut dikenal sebagai nomor kutukan. Beberapa nama tenar pernah mencobanya. Sayangnya, hampir semuanya gagal bersinar. Mereka berakhir flop.
1. Nomor 9 identik dengan striker
Nomor punggung 1 biasanya identik dengan penjaga gawang. Jarang sekali ada pemain berposisi striker yang mengenakan nomor punggung ini. Sebab, para penyerang kerap memilih mengenakan nomor punggung 9.
Hal yang sama berlaku untuk Liam Delap. Dia sepakat memilih nomor itu dengan anggapan nomor punggung 9 memang milik striker. Meskipun nomor punggung itu dianggap penuh kutukan di Chelsea, dia tetap mengenakannya tanpa keraguan.
“Itu sesuatu yang berkaitan dengan striker, jadi aku memilihnya. Pada akhirnya, itu hanya angka di belakang kaus. Bagiku, itu tidak terlalu berarti, itu hanya angka. Nomor 9 selalu berkaitan dengan striker, jadi itu sesuatu yang aku sukai, tetapi tidak ada tekanan," ujar Liam Delap seperti dikutip ESPN.
2. Tidak terpengaruh dengan pemilik sebelumnya yang cenderung gagal
Pada 2025, usia Liam Delap baru menginjak 22 tahun. Meskipun masih muda, kepercayaan dirinya patut diacungi jempol. Dia tanpa ragu memilih nomor kutukan tersebut meski sudah memakan banyak korban.
Fernando Torres, misalnya, datang ke Chelsea dengan ekspektasi setinggi langit. Saat itu, dia berstatus sebagai rekrutan termahal di English Premier League (EPL), dengan harga 50 juta pound sterling atau sekitar Rp1 triliun. Sayangnya, performanya jauh dari kata memuaskan. Ketajamannya berseragam Liverpool seolah hilang begitu saja. Bahkan, Torres butuh waktu cukup lama untuk mencetak gol perdananya untuk Chelsea, yakni setelah bermain sekitar 732 menit atau melewatkan kurang lebih 13 laga tanpa gol.
Romelu Lukaku pun bernasib serupa. Dia diboyong Chelsea dengan harga yang lebih fantastis, mencapai 97,5 juta pound sterling (sekitar Rp21 triliun). Sayangnya, angka fantastis itu tidak sebanding dengan performanya di lapangan. Kendala adaptasi menjadi salah satu penyebab utama yang membuat karier kedua Lukaku di Stamford Bridge terkesan gagal.
3. Liam Delap mampu tampil moncer bersama Ipswich Town pada 2024/2025
Dengan riwayat kelam yang menimpa para pendahulunya, wajar rasanya ada kekhawatiran terhadap nasib Liam Delap. Namun, dia datang tidak dengan tangan kosong. Delap datang membawa modal berharga berupa performa yang sangat apik bersama Ipswich Town pada 2024/2025.
Striker Inggris itu tetap mampu menampilkan kualitas terbaiknya meski timnya harus terdegradasi. Dia berhasil mencatatkan 12 gol dari 40 laga di semua ajang. Ini merupakan sebuah catatan yang patut diapresiasi bagi seorang pemain yang bermain di tim papan bawah.
Angka tersebut memang belum mendekati torehan pencetak gol terbanyak, Mohamed Salah, dengan 29 gol pada musim tersebut. Namun, mengingat Delap masih muda dan bermain di klub papan bawah, kontribusinya dianggap layak diapresiasi. Ini menunjukkan dirinya mampu tampil moncer meski berada dalam situasi sulit sekalipun.
Apakah Liam Delap akan jadi pengecualian dari kutukan nomor punggung 9 di Chelsea? Atau dia justru malah menambah panjang daftar tersebut? Fan The Blues berharap kepada skenario pertama.