Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa China Disebut Tiongkok? Ini 5 Jawabannya!

China (pexels.com/Ramaz Bluashvili)

China dikenal sebagai negara dengan peradaban kuno yang memiliki pengaruh besar dalam sejarah dunia, termasuk di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri, penyebutan terhadap negara ini sempat mengalami perubahan seiring perkembangan politik dan budaya. Meski dalam bahasa Inggris dikenal sebagai China, masyarakat Indonesia kini lebih akrab dengan sebutan Tiongkok yang digunakan secara resmi dalam dokumen negara dan media nasional.

Perbedaan penyebutan ini seringkali membingungkan, terutama ketika harus membedakan antara istilah Tiongkok, Tionghoa, dan China yang tampaknya merujuk pada hal yang sama tetapi memiliki nuansa makna yang berbeda. Berikut lima penjelasan mengenai kenapa China disebut Tiongkok.

1. Sejarah kolonial membentuk persepsi bahasa

China (pexels.com/Ramaz Bluashvili)

Pada masa kolonial, penyebutan terhadap bangsa dan wilayah Tiongkok di Hindia Belanda sangat dipengaruhi oleh cara pengucapan komunitas Tionghoa perantauan. Banyak dari komunitas tersebut yang berasal dari provinsi Fujian, yang mana mereka menggunakan dialek Hokkian. Dalam dialek ini, kata Zhōngguó diucapkan menjadi Tiong Kok yang punya arti ‘negara tengah’ dan dari sinilah istilah Tiongkok bermula.

Belanda dan masyarakat di Indonesia kala itu kemudian menyerap pengucapan itu ke dalam bahasa sehari-hari. Seiring waktu, istilah Tiongkok menjadi cara umum menyebut wilayah China, meski ejaan dan pelafalan China juga tetap dipakai secara luas. Perpindahan dari sebutan China ke Tiongkok bukan hanya soal bahasa, tapi juga terkait dinamika sejarah dan kekuasaan yang memengaruhi cara sebuah bangsa dilihat dan disebut.

2. Kebijakan politik Indonesia memengaruhi penyebutan tersebut

Indonesia (pexels.com/bima)

Pada era Orde Baru, pemerintah Indonesia secara resmi mengganti istilah Tiongkok menjadi China dan membatasi segala bentuk ekspresi budaya Tionghoa. Tujuannya saat itu berkaitan dengan stabilitas politik dalam negeri pasca tragedi 1965, di mana ada kecurigaan terhadap kedekatan etnis Tionghoa dengan ideologi komunis. Pelarangan ini tidak hanya berdampak pada bahasa, tetapi juga pada identitas dan ekspresi budaya.

Namun, sejak era Reformasi, kebijakan tersebut diubah. Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden tahun 2014 kembali menetapkan bahwa istilah resmi untuk negara tersebut adalah Tiongkok, bukan lagi China. Penggunaan istilah Tiongkok dianggap lebih netral, tidak bermuatan diskriminatif, dan sesuai dengan asal kata yang digunakan masyarakat Tionghoa di Nusantara sejak dulu.

3. Perbedaan istilah China dan Tionghoa

Tionghoa (pexels.com/Pixabay)

Banyak orang masih keliru membedakan antara istilah China dan Tionghoa. Secara umum, Tiongkok merujuk pada negara atau wilayah, sedangkan Tionghoa mengacu pada kelompok etnis yang berasal dari Tiongkok, termasuk diaspora mereka yang tinggal di luar negeri. Di Indonesia, ketidaktepatan penggunaan istilah ini dapat berdampak pada kesalahpahaman identitas dan bisa berujung pada prasangka sosial.

Menggunakan istilah Tiongkok untuk negara dan Tionghoa untuk etnis memungkinkan pembedaan yang jelas dan lebih adil tanpa adanya diskriminasi atau rasisme. Dengan pemisahan makna ini, masyarakat bisa lebih memahami bahwa warga keturunan Tionghoa di Indonesia adalah bagian dari bangsa Indonesia, bukan representasi langsung dari negara Tiongkok itu sendiri. Hal ini juga menjadi bagian dari upaya memperbaiki hubungan antar kelompok di Indonesia.

4. Perkembangan media dan akademik memperkuat istilah Tiongkok

Tiongkok (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Sejak perubahan kebijakan pemerintah, media nasional mulai menggunakan istilah Tiongkok secara konsisten dalam pemberitaan. Institusi pendidikan juga mulai mengadopsi istilah ini dalam buku pelajaran dan kajian akademis. Hal ini turut membantu membentuk persepsi baru di kalangan masyarakat, terutama generasi muda yang tumbuh dengan pemahaman bahwa istilah Tiongkok adalah bentuk yang lebih tepat dalam konteks Indonesia.

Dengan adanya konsistensi tersebut, istilah Tiongkok tidak lagi dianggap asing atau politis. Istilah ini diterima sebagai bentuk adaptasi bahasa yang mencerminkan sejarah panjang interaksi Indonesia dengan kebudayaan Tionghoa. Penggunaan istilah ini pun menjadi bagian dari wacana kebahasaan yang lebih inklusif dan sensitif terhadap latar belakang sosiokultural masyarakat.

5. Identitas nasional dan relasi budaya ikut membentuk istilah

China (pexels.com/mingche lee)

Bahasa tidak bisa dilepaskan dari identitas. Dalam kasus Tiongkok, penyebutan ini bukan hanya mencerminkan sebuah tempat di peta, melainkan juga cerminan hubungan historis dan emosional antara dua bangsa yang telah berinteraksi selama berabad-abad. Banyak jejak budaya Tionghoa yang mewarnai tradisi lokal Indonesia, mulai dari arsitektur, makanan, hingga bahasa sehari-hari.

Penyebutan Tiongkok juga menunjukkan penghargaan terhadap kontribusi etnis Tionghoa dalam perjalanan sejarah Indonesia. Dengan mengadopsi istilah yang berasal dari komunitas lokal, negara menunjukkan bahwa pengakuan terhadap warisan budaya bukan sekadar simbol, tetapi juga bagian dari narasi kebangsaan. Hal ini menjadi langkah kecil tapi penting dalam memperkuat persatuan melalui bahasa.

Perdebatan soal kenapa China disebut Tiongkok sebenarnya membuka pintu untuk memahami lebih dalam tentang sejarah, bahasa, dan identitas. Istilah ini tidak lahir begitu saja, melainkan tumbuh dari proses panjang interaksi budaya, politik, dan sosial. Kini, penggunaan kata Tiongkok mencerminkan semangat baru dalam melihat hubungan dua negara sekaligus mempertegas posisi bahasa Indonesia sebagai cerminan keberagaman dan kesetaraan.

Referensi:

"Cina, Tionghua, or Chinese: How Do You Call Indonesians of Chinese Descent in Bahasa Indonesia?" Translation Singapore. Diakses pada Juni 2025.

"Ketahuilah Istilah Tiongkok, Cina, dan China." Bamboo Cyber School. Diakses pada Juni 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us