Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mobil terbakar (pexels.com/Styves Exantus)
ilustrasi mobil terbakar (pexels.com/Styves Exantus)

Intinya sih...

  • Baterai lithium-ion rentan terhadap thermal runaway dan overcharging, meningkatkan risiko kebakaran mobil listrik.

  • Pengisian daya yang tidak tepat dan kesalahan dalam penggunaan charger dapat menyebabkan overheating pada sistem pengisian baterai.

  • Lingkungan buruk dan kurangnya perawatan juga dapat memicu kebakaran, seperti suhu ekstrem dan kurangnya periksa kondisi baterai secara berkala.

Mobil listrik semakin populer karena dianggap lebih ramah lingkungan dan efisien dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil. Namun, seperti teknologi lainnya, mobil listrik juga memiliki risiko tertentu, salah satunya adalah kebakaran.

Meskipun kasus kebakaran mobil listrik tergolong jarang, ketika terjadi, api bisa sangat sulit dikendalikan karena melibatkan baterai lithium-ion yang mudah terbakar. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat memicu kebakaran pada mobil listrik.

1. Masalah pada Baterai Lithium-Ion

ilustrasi baterai mobil listrik (pixabay.com/andreas160578)

Baterai lithium-ion menjadi komponen paling vital sekaligus paling rentan dalam mobil listrik. Salah satu risiko terbesar adalah fenomena thermal runaway, di mana baterai mengalami pemanasan berlebihan hingga memicu reaksi kimia yang tidak terkendali. Hal ini bisa terjadi akibat kerusakan fisik pada baterai, seperti benturan keras saat kecelakaan, atau karena cacat produksi yang membuat sel baterai tidak stabil. Selain itu, usia baterai yang sudah tua atau sering digunakan dalam kondisi ekstrem juga dapat memperburuk kinerjanya, meningkatkan risiko overheating dan kebakaran.

2. Kesalahan dalam proses pengisian daya

ilustrasi mengisi daya baterai mobil listrik (unsplash.com/Michael Fousert)

Pengisian daya yang tidak tepat dapat menjadi pemicu kebakaran pada mobil listrik. Salah satu contohnya adalah penggunaan charger yang tidak sesuai spesifikasi atau perangkat charging berkualitas rendah, yang dapat menyebabkan overheating pada sistem pengisian. Kabel yang sudah rusak atau tidak memenuhi standar keamanan juga berpotensi menimbulkan korsleting.

Selain itu, jika sistem manajemen baterai (BMS) tidak berfungsi dengan baik, baterai bisa mengalami overcharging, yaitu kondisi di mana daya yang masuk melebihi kapasitas seharusnya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan suhu secara drastis dan berujung pada kebakaran.

3. Pengaruh lingkungan dan kurangnya perawatan

ilustrasi mobil listrik (pexels.com/Philippe WEICKMANN)

Lingkungan dan perawatan yang buruk turut berkontribusi terhadap risiko kebakaran mobil listrik. Misalnya, parkir di bawah terik matahari dalam waktu lama dapat membuat suhu baterai meningkat drastis, terutama jika sistem pendinginnya tidak bekerja optimal.

Di sisi lain, cuaca sangat dingin juga dapat memengaruhi efisiensi baterai dan berpotensi menyebabkan masalah teknis. Kebocoran cairan pendingin atau korosi pada komponen listrik juga dapat memicu hubungan pendek yang berbahaya. Selain itu, kurangnya perawatan berkala, seperti tidak memeriksa kondisi baterai dan sistem kelistrikan, dapat membuat masalah kecil berkembang menjadi bahaya serius.

Jadi, meskipun mobil listrik dirancang dengan standar keamanan tinggi, risiko kebakaran tetap ada jika terjadi kerusakan pada baterai, kesalahan dalam pengisian daya, atau kurangnya perawatan. Oleh karena itu, pemilik mobil listrik disarankan untuk selalu menggunakan perangkat charging yang sesuai, menghindari modifikasi sembarangan, dan melakukan pengecekan rutin. Dengan langkah pencegahan yang tepat, keamanan berkendara menggunakan mobil listrik dapat lebih terjamin.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team