Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mobil di jalan basah
ilustrasi mobil di jalan basah (pexels.com/Erik Mclean)

Cuaca hujan sering menciptakan rasa waswas saat berkendara, terutama ketika jalan berubah menjadi licin dan permukaan aspal tertutup lapisan air tipis. Banyak orang meyakini bahwa kondisi basah membuat ban lebih cepat aus, seolah permukaan ban terkikis secara intens saat menyentuh jalan yang penuh genangan. Pandangan seperti ini terdengar logis pada awalnya, tetapi ada faktor teknis yang perlu diperhatikan sebelum menarik kesimpulan.

Ban mobil pada dasarnya dirancang untuk menghadapi berbagai kondisi permukaan jalan, termasuk saat basah. Namun, lingkungan, gaya mengemudi, tekanan angin, dan kondisi permukaan aspal punya peran besar dalam menentukan kecepatan keausan ban. Jadi, pertanyaan mengenai apakah ban lebih cepat aus di jalan basah sebenarnya melibatkan kombinasi faktor mekanik serta kebiasaan berkendara sehari-hari.

1. Peran gesekan antara ban dan permukaan jalan basah

ilustrasi mobil di jalan basah (pexels.com/FOX ^.ᆽ.^= ∫)

Gesekan antara ban dan jalan adalah inti dari bagaimana kendaraan bisa bergerak dengan stabil. Saat permukaan jalan kering, gesekan terjadi secara langsung antara karet ban dan aspal, sehingga traksi cenderung optimal. Namun, ketika jalan basah, terdapat lapisan air tipis yang mengurangi intensitas gesekan langsung, sehingga ban kehilangan sebagian cengkeraman. Proses ini tidak otomatis mempercepat keausan, tetapi lebih berkaitan dengan kemampuan ban dalam mempertahankan kontrol kendaraan.

Selain itu, ban memiliki pola alur yang bertugas membuang air agar permukaan karet tetap bersentuhan dengan jalan. Saat pola alur ini sudah mulai menipis, terutama pada ban yang sudah lama terpakai, kemampuan membuang air akan menurun dan kondisi aquaplaning bisa terjadi. Jadi, yang lebih menentukan adalah kondisi ban itu sendiri, bukan semata-mata jalan basah yang mempercepat keausan. Hal ini membuat perawatan dan pengecekan pola alur menjadi faktor penting.

2. Gaya mengemudi saat jalan basah

ilustrasi mengemudi mobil saat hujan (pexels.com/M&W Studios)

Saat hujan turun, banyak pengemudi cenderung menurunkan kecepatan agar tetap aman. Penurunan kecepatan ini justru membantu mencegah keausan ban karena beban gesekan berkurang secara alami. Namun, ada juga situasi ketika pengemudi melakukan pengereman mendadak atau akselerasi tajam di jalan basah, yang dapat memicu gesekan lebih intens pada titik tertentu di permukaan ban. Kondisi ini bisa menyebabkan keausan tidak merata, terutama pada bagian tertentu yang mendapat tekanan berulang.

Pada sisi lain, kebiasaan mengemudi yang lembut dan stabil justru lebih menguntungkan bagi usia ban, baik di jalan basah maupun kering. Pengaturan ritme gas dan rem yang halus akan menjaga permukaan ban tetap bekerja secara optimal. Dengan begitu, bukan kondisi jalan basah yang menjadi penyebab utama keausan, tetapi keterampilan serta kebiasaan dalam mengendalikan kendaraan.

3. Tekanan angin ban dan pengaruhnya

ilustrasi mengisi ban mobil (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tekanan angin yang tidak sesuai adalah salah satu faktor paling sering menyebabkan ban aus lebih cepat, terlepas dari kondisi jalan. Ban yang kekurangan tekanan akan memiliki permukaan yang lebih banyak bersentuhan dengan jalan sehingga gesekan meningkat. Saat jalan basah, kondisi ini juga memperbesar risiko selip dan kehilangan traksi. Karena itu, menjaga tekanan ban tetap sesuai rekomendasi sangat penting untuk durabilitas ban.

Sebaliknya, ban yang terlalu bertekanan justru membuat area kontak dengan jalan menjadi lebih sempit, sehingga keausan terjadi lebih cepat pada bagian tengah ban. Kombinasi jalan basah dan tekanan tidak tepat dapat mempercepat penurunan performa ban secara keseluruhan. Jadi, dibanding menyalahkan kondisi hujan, memastikan tekanan ban yang tepat justru menjadi solusi paling nyata.

4. Kondisi aspal dan sistem drainase jalan

ilustrasi jalan basah (pexels.com/vee terzy)

Tidak semua jalan dibuat dengan kualitas aspal yang sama. Ada jalan yang memiliki permukaan kasar dan memiliki daya cengkeram baik, sementara yang lain licin saat terkena air. Jalan dengan sistem drainase buruk cenderung menyimpan genangan yang membuat ban bekerja lebih keras untuk membuang air melalui pola alurnya. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan ban terasa lebih cepat terkikis karena ritme kerja yang lebih intens.

Jika jalan memiliki permukaan yang sudah mulai rusak atau bergelombang, ban juga harus beradaptasi dengan permukaan tersebut dengan memberikan tekanan tambahan pada beberapa titik tertentu. Kombinasi antara kualitas aspal dan keberadaan air dapat menciptakan kondisi yang memengaruhi keausan ban secara tidak langsung. Faktor lingkungan seperti ini seringkali lebih berpengaruh daripada sekadar kondisi basah itu sendiri.

Kesimpulannya, ban mobil tidak otomatis lebih cepat aus di jalan basah, tetapi ada banyak faktor lain yang ikut terlibat. Gaya mengemudi, tekanan angin ban, kondisi alur ban, serta permukaan jalan memainkan peran besar dalam menentukan tingkat keausan. Perawatan berkala dan kebiasaan berkendara yang stabil menjadi kunci agar ban tetap awet dan nyaman digunakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team