Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tangki bensin pada mobil (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi tangki bensin pada mobil (pexels.com/Engin Akyurt)

Intinya sih...

  • Etanol membantu kurangi emisi gas buang

  • Dampak etanol terhadap tangki dan komponen bahan bakar

  • Cara mencegah efek negatif etanol pada tangki bensin

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saat ini banyak negara mulai mencampurkan etanol ke dalam bensin. Hasil campuran antara bensin dengan etanol ini dikenal dengan nama bioetanol, bahan bakar nabati yang berasal dari fermentasi tebu, jagung, atau singkong. Penggunaan bensin beretanol dinilai lebih ramah lingkungan karena dapat menurunkan emisi gas buang hingga 30 persen dibanding bensin murni.

Namun, di balik manfaatnya bagi lingkungan, muncul kekhawatiran baru: apakah etanol benar-benar aman untuk tangki bensin kendaraan? Beberapa pengguna mengaku tangki mereka berkarat atau bocor setelah lama memakai bensin beretanol tinggi. Lalu, benarkah etanol bisa merusak sistem bahan bakar kendaraan?

1. Etanol bantu kurangi emisi tapi bersifat higroskopis

ilustrasi knalpot mobil (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)

Secara kimia, etanol memang memiliki keunggulan dalam menurunkan emisi karena mampu membakar lebih bersih dibanding bensin biasa. Campuran E10 misalnya, yang berisi 10 persen etanol dan 90 persen bensin, sudah digunakan di berbagai negara termasuk Indonesia. Selain mengurangi polusi udara, etanol juga dapat meningkatkan angka oktan, sehingga pembakaran di ruang mesin menjadi lebih efisien.

Namun, etanol memiliki satu sifat yang perlu diwaspadai, yaitu higroskopis — mudah menyerap air dari udara. Ketika etanol bercampur dengan air, campuran tersebut dapat mengendap di dasar tangki bahan bakar. Endapan air ini lama-kelamaan memicu korosi atau karat pada tangki logam, terutama jika motor atau mobil jarang digunakan dan bensin dibiarkan mengendap terlalu lama. Jadi, meski ramah lingkungan, sifat alami etanol justru bisa menjadi ancaman bagi komponen bahan bakar jika tidak ditangani dengan benar.

2. Dampak etanol terhadap tangki dan komponen bahan bakar

Ilustrasi pengisian bensin. (unsplash.com/Dawn McDonald)

Kandungan air yang terserap dari etanol bukan hanya menyebabkan karat pada tangki, tetapi juga dapat merusak lapisan pelindung di dalamnya. Pada kendaraan lama yang tangkinya terbuat dari baja atau logam biasa, korosi bisa terjadi lebih cepat. Sedangkan pada kendaraan modern, risiko ini lebih kecil karena sebagian besar sudah menggunakan tangki berbahan plastik atau baja berlapis pelindung anti-karat.

Selain tangki, etanol juga bisa berdampak pada selang bahan bakar, karet, dan seal. Etanol bersifat pelarut yang kuat, sehingga lama-kelamaan bisa membuat komponen berbahan karet menjadi getas atau retak. Efek ini paling terasa pada kendaraan tua yang tidak dirancang untuk bahan bakar dengan campuran etanol tinggi seperti E20 atau E85.

3. Cara mencegah efek negatif etanol pada tangki bensin

ilustrasi pengecekan kaki-kaki mobil (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meski ada potensi risiko, penggunaan bensin beretanol tetap aman selama pemilik kendaraan melakukan perawatan rutin. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah tidak membiarkan bensin mengendap terlalu lama di tangki, terutama jika kendaraan jarang digunakan. Isilah bensin secukupnya dan gunakan secara teratur agar tidak terjadi penumpukan air di dasar tangki.

Selain itu, pemilik kendaraan bisa menggunakan bahan bakar dengan kadar etanol sesuai rekomendasi pabrikan — biasanya E10 untuk motor dan mobil harian. Jika kendaraan lama, tambahkan cairan fuel stabilizer agar etanol tidak mengendap dan menimbulkan karat. Servis berkala di bengkel resmi juga penting untuk memeriksa kondisi tangki dan selang bahan bakar secara rutin.

Pada akhirnya, etanol memang ramah lingkungan, tetapi tidak sepenuhnya bebas risiko bagi sistem bahan bakar. Dengan perawatan yang tepat dan penggunaan bahan bakar sesuai standar, efek negatif etanol dapat diminimalkan. Jadi, bukan etanolnya yang berbahaya, melainkan cara kita merawat kendaraan di tengah perubahan menuju bahan bakar yang lebih hijau.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team