Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat Sumba

Ada filosofi mendalam di balik desain rumah adat Sumba

Jakarta, IDN Times - Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur tak hanya menyajikan keindahan alam yang sangat menawan tapi sekaligus juga kekayaan adat istiadat. Salah satunya bisa kamu temukan di Kampung Adat Praijing yang berlokasi Kabupaten Sumba Barat, sekitar 3 kilometer dari pusat Kota Waikabubak.

Warga di kampung adat ini masih mempertahankan budaya dan adat istiadat Sumba. Rumah-rumah tradisional juga masih terpelihara dengan sangat baik. Selain itu warga Kampung Adat Praijing, terutama para perempuannya, juga masih setia menenun kain dengan motif khas Sumba.

IDN Times bersama Tim Ekspedisi Terios 7 Wonders sempat mengunjungi Kampung Adat Prai Ijing pada Jumat, 25 Maret 2022. Kampung Adat Prai Ijing merupakan satu dari tujuh tempat yang kami kunjungi dalam ekspredisi Sumba kali ini.

Apa saja yang menarik dari kampung satu ini? Yuk, kita telusuri.

1. Kampung Adat Prai Ijing mulai diresmikan pada 2018

Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat Sumba(Kepala Desa Tebara, Marthen R. Bira) IDN Times/Dwi Agustiar

Kampung Adat Prai Ijing secara resmi mulai dilestarikan pada 2 juli 2018. Namun Kepala Desa Tebara, Marthen R. Bira, mengatakan kampung Prai Ijing sudah sering dikunjungi wisatawan sejak puluhan tahun silam.

"Kampung Adat Prai Ijing merupakan salah satu kampung di Desa Tebara. Ada 44 rumah di kampung adat ini, semuanya masih terjaga kelestariannya," kata Marthen R. Bira.

Marthen mengatakan pada tahun 2000 kampung ini sempat dilanda kebakaran hebat. Akibatnya sekitar 20 rumah hangus terbakar. Saat ini rumah-rumah yang hangus tersebut telah dibangun kembali dengan menjaga keasliannya.

Marthen mengatakan Kampung Adat Prai Ijing telah mendapat tempat tersendiri di hati para wisatawan. Ini bisa dilihat dari pendapatan kampung ini sebesar 224 juta per tahun.

"Jika bukan karena pandemik, target kami Rp1 miliar," katanya. Bahkan Kampung Adat Prai Ijing juga menyabet gelar Desa Wisata ke-2 se-Nusantara.

Menurut Marthen, banyak kampung adat yang masih menjaga kemurnian tradisi Sumba. Hanya saja kampung-kampung tersebut belum dikelola secara baik.

"Yang manajamennya bagus ya cuma Prai Ijing ini," katanya. "Kami ingin Kampung Adat Prai Ijing menjadi the living museum."

Oya, Prai Ijing berarti buah kedondong hutan. Dulunya kampung tersebut dikelilingi pohon-pohon kedongdong hutan. Karena itulah kampung ini kemudian disebut Prai Ijing.

Baca Juga: Ekspedisi Terios 7 Wonders Menjelajahi Keindahan Alam Sumba

2. Kampung adat selalu berada di atas bukit

Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat SumbaIDN Times/Dwi Agustiar

Kampung Adat Prai Ijing berlokasi di atas bukit. Karena itu kami harus berjalan kaki menempuh jalan menanjak yang cukup terjal untuk menuju desa tersebut. Ternyata ada alasan kenapa Kampung Adat Prai Ijing dibangun di atas bukit.

Menurut Marthen R. Bira, kampung-kampung adat di Sumba selalu dibangun di atas bukit untuk menghindari serangan dari suku lawan. Sebab perang antarsuku dulu sering terjadi di Sumba.

"Dulu rumah dibuat di tempat yang setinggi mungkin supaya musuh tidak gampang menyerang. Jalan-jalannya juga dibuat sulit agar akses ke kampung jadi susah. Dulu musuh itu bisa suku lain," kata Marthen.

Perang antarsuku kini tak pernah lagi terjadi. Namun lokasi kampung yang berada di atas bukit membuat warga setempat kini kesulitan mendapatkan air bersih. "Karena kampungnya tinggi," kata Marthen.

3. Filosofi rumah adat dan batu kubur

Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat SumbaIDN Times/Dwi Agustiar

Ada 44 rumah di Kampung Adat Prai Ijing. Semua rumah memiliki desain yang seragam, yakni bangunan persegi dengan atap yang menjulang. Di pucuk atap setiap rumah juga selalu ada dua tanduk. Dan biasanya ada batu kubur di halaman depan setiap rumah.

"Rumah adat melambangkan kehidupan sementara batu kubur melambangkan kematian," kata Marthen.

Ia mengatakan setiap rumah adat di Sumba selalu memiliki tiga tingkat. Bagian terbawah biasanya digunakan untuk hewan. Secara filosofis bagian ini melambangkan kehidupan dunia.

Kemudian tingkat dua adalah bagian tengah. Bagian ini melambangkan penyucian. Karena pada bagian ini terdapat api yang digunakan untuk berbagai keperluan. Lalu tingkat tiga adalah menara berbentuk seperti dua telapak tangan sedang tertangkup. Bagian ini lambang pemujaan kepada sang pencipta.

"Di paling atas ada dua tanduk, satu melambangkan laki-laki dan satu lagi melambangkan perempuan," katanya.

Sementara batu kubur yang biasanya selalu berada di depan rumah melambangkan perahu yang sedang berlayar ke dunia arwah. Menurut kepercayaan orang Sumba, jiwa yang telah meninggal itu tidak langsung menuju surga, melainkan singgah dulu di alam arwah.

Orang Sumba peraya jiwa orang yang telah meninggal atau marappu ini berada di dimensi yang lebih dekat dengan dengan pencipta. Karena itu orang Sumba menjadikan marappu sebagai perantara kepada sang pencipta.

"Orang Sumba bilang kita itu tidak layak berinteraksi dengan sang Pencipta, sehingga perlu dimediasi dengan arwah nenek moyang namanya marappu," kata Marthen.

4. Keramahan warga Kampung Adat Prai Ijing

Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat SumbaIDN Times/Dwi Agustiar

IDN Times bersama peserta Tim Ekspedisi Terios 7 Wonders sempat berkeliling menyusuri Kampung Adat Prai Ijing. Rumah-rumah adat tertata rapih menghadap jalan. B Beberapa warga yang berpapasan dengan kami selalu melemparkan senyum. 

"Selamat pagi," begitu kata mereka. 

Sementara beberapa warga lain terlihat sedang sibuk menenun kain di beranda depan rumah, beberapa lainnya berinteraksi dengan anjing. Ada juga dua anak yang sedangasyik bermain kelereng. Suasana di kampung Adat Prai Ijing terasa begitu hangat.

Bahkan rombongan kami disuguhi kopi hangat dan dibekali kain adat hasil tenunan mereka sendiri. Betapa ramah dan hangatnya sambutan warga di kampung ini.  

5. Destinasi berikutnya: Bukit Tenau

Ekspedisi Terios 7 Wonders: Menyibak Makna Rumah Adat SumbaKepala Desa Marthen R. Bira saat menyambut Direktur Pemasaran di PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra dan Hendrayadi Lastiyoso (Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Daihatsu Sales Operation)

Matahari sudah begitu tinggi ketika kami beranjak meninggalkan Kampung Adat Prai Ijing. Suhu panas begitu menyengat. Namun masih ada kampung adat lain yang harus kami kunjungi, yakni Kampung Raja Prailiu di Sumba Timur dan padang rumput Bukit Tenau.

Sebenarnya kaki sudah terasa pegal setelah menyusuri jalan-jalan kecil di Kampung Prai Ijing. Apalagi jalan menuju kampung tersebut juga menanjak curam. Namun rasa lelah langsung sirna begitu kami masuk ke Daihatsu Terios.

Semburan AC yang sejuk dan jok yang nyaman seolah membangkitkan semangat kami untuk melanjutkan ekspedisi Terios 7 Wonders di Sumba.  

https://www.youtube.com/embed/2Vi6gx80pKw

Baca Juga: Ekspedisi Terios 7 Wonders: Mencicipi Keindahan Danau Weekuri di Sumba

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya