Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustasi teknologi mobil (catl.com)

Intinya sih...

  • Mobil PHEV populer karena efisiensi bahan bakar dan fleksibilitas berkendara dengan dua sumber tenaga: mesin bensin dan motor listrik.
  • Harga mobil PHEV cenderung lebih mahal karena teknologi ganda, pembatasan lalu lintas, dan biaya perawatan yang tinggi.
  • Keunggulan PHEV hanya dirasakan jika baterainya selalu terisi penuh; tetapi pemilik harus siap menghadapi servis ganda dan konsumsi bensin yang boros jika hanya mengandalkan mesin bensin.

Mobil Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) kini semakin populer. Sebab PHEV menawarkan efisiensi bahan bakar lebih baik dan fleksibilitas berkendara dengan dua sumber tenaga, yaitu mesin bensin dan motor listrik. Banyak juga yang menganggap mobil PHEV sebagai jembatan antara mobil full listrik (EV) dengan mobil konvensional.

Namun, di balik berbagai keunggulannya, mobil PHEV juga memiliki sejumlah kekurangan yang perlu dipertimbangkan oleh calon pembeli. Nah, berikut beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan sebelum memutuskan membeli mobil PHEV.

1. Harga beli lebih mahal dibanding mobil biasa

ilustrasi menghitung uang (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Salah satu kendala utama dari mobil PHEV adalah harga belinya yang cenderung lebih mahal dibandingkan mobil bensin atau diesel konvensional. Ini disebabkan oleh teknologi ganda yang digunakan, yaitu kombinasi mesin pembakaran internal dan sistem kelistrikan canggih, termasuk baterai berkapasitas sedang. Walaupun pemerintah di beberapa negara memberikan insentif atau subsidi, tetap saja harga awal yang tinggi bisa menjadi penghalang bagi banyak konsumen.

2. Biaya perawatan yang kompleks dan mahal

Ilustrasi mengecek mesin mobil (pexels/Andrea Piacquadio)

Mobil PHEV memiliki dua sistem tenaga yang perlu dirawat: mesin bensin dan motor listrik. Ini berarti pemilik harus siap menghadapi kemungkinan servis ganda, baik untuk bagian mekanik maupun sistem kelistrikan. Misalnya, jika ada kerusakan pada sistem hybrid atau baterai, biaya perbaikannya bisa sangat tinggi, terutama jika sudah melewati masa garansi. Selain itu, tidak semua bengkel umum memiliki teknisi yang kompeten menangani PHEV.

3. Tidak selalu efisien jika tidak rutin di-charge

Ilustrasi SPKLU (Pexels/Kindel Media)

Salah satu keunggulan PHEV adalah kemampuannya menempuh jarak pendek menggunakan tenaga listrik saja. Namun, keunggulan ini hanya bisa dirasakan jika baterainya selalu dalam kondisi terisi penuh. Jika pengguna malas atau tidak memiliki akses pengisian daya yang mudah, maka PHEV hanya akan berfungsi seperti mobil hybrid biasa, dan efisiensinya jadi menurun. Bahkan, bobot tambahan dari baterai bisa membuat konsumsi bensin jadi lebih boros daripada mobil biasa jika hanya mengandalkan mesin bensin.

4. Tidak dibebaskan dari aturan ganjil-genap

ilustrasi kemacetan (pexels.com/David Iloba)

Berbeda dengan mobil listrik murni (Battery Electric Vehicle/BEV) yang mendapatkan keistimewaan seperti bebas aturan ganjil-genap di Jakarta, mobil PHEV tetap dikenakan pembatasan ini. Hal ini karena PHEV masih menggunakan mesin berbahan bakar fosil dan menghasilkan emisi.

Berdasarkan peraturan yang berlaku di DKI Jakarta, hanya kendaraan listrik sepenuhnya yang dikecualikan dari pembatasan lalu lintas berdasarkan pelat nomor ganjil dan genap. Bagi pengguna yang tinggal atau bekerja di kawasan yang sering terkena aturan ini, PHEV tidak menawarkan keistimewaan lebih dibanding mobil biasa.

So, mobil PHEV bisa menjadi pilihan menarik untuk pengguna yang ingin mulai beralih ke teknologi ramah lingkungan tanpa langsung berpindah ke mobil listrik penuh. Namun, keputusan untuk membeli mobil jenis ini sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan matang.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team