Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi membeli mobil di showroom (freepik.com/senivpetro)

Intinya sih...

  • Struktur pajak kompleks membuat harga mobil terasa mahal
  • Biaya produksi tinggi karena ketergantungan pada komponen impor dan teknologi baru
  • Strategi harga produsen menciptakan kesan premium dan mempengaruhi harga jual mobil

Kalau kamu merasa harga mobil saat ini semakin mahal, kamu gak sendiri. Sebab memang banyak yang menganggap kalau harga mobil baru semakin mahal, bahkan ada yang menyebutnya overprice atau tidak sebanding dengan apa yang didapat.

Padahal, kebutuhan akan kendaraan pribadi di Indonesia masih tinggi, terutama di kota-kota besar yang transportasi umumnya belum sepenuhnya ideal. Tapi apa sebenarnya yang membuat harga mobil terasa jauh dari jangkauan banyak orang?

Berikut tiga faktor utama yang membuat harga mobil bisa terasa terlalu tinggi di mata konsumen.

1. Pajak dan biaya tambahan yang menumpuk

ilustrasi pembayaran pajak motor (IDN Times/Arief Rahmat)

Faktor terbesar yang membuat harga mobil terasa mahal adalah struktur pajak di Indonesia yang cukup kompleks. Saat membeli mobil, konsumen tidak hanya membayar harga dasar kendaraan, tetapi juga dikenakan berbagai jenis pajak dan biaya tambahan. Mulai dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), hingga Bea Balik Nama (BBN-KB), semuanya turut menambah beban harga akhir mobil.

Selain itu, ada juga biaya administrasi dealer, asuransi, hingga biaya pengurusan STNK dan BPKB yang jika dijumlahkan bisa mencapai puluhan juta rupiah tergantung model dan segmen mobilnya. Sistem perpajakan ini membuat harga on the road mobil di Indonesia bisa jauh lebih tinggi dari harga produksi atau harga dasarnya. Bahkan mobil yang di luar negeri dijual dengan harga terjangkau, ketika masuk ke pasar Indonesia, bisa melonjak tajam harganya karena akumulasi pajak dan biaya lain.

2. Tingginya biaya produksi dan komponen impor

Pabrik mobil (honda.co.uk)

Biaya produksi juga menjadi penentu utama harga mobil. Meskipun beberapa mobil dirakit secara lokal, banyak komponen penting seperti mesin, transmisi, dan sistem kelistrikan masih harus diimpor. Ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar melemah, otomatis biaya impor naik dan ini langsung berdampak pada harga jual kendaraan. Pabrikan tentu tidak mau rugi, sehingga selisih biaya ini biasanya dibebankan kepada konsumen akhir.

Selain itu, untuk mobil-mobil baru yang membawa teknologi terbaru seperti sistem hybrid, fitur ADAS (Advanced Driver Assistance System), atau digital dashboard, biaya produksi akan lebih mahal karena komponen dan teknologi tersebut belum bisa sepenuhnya diproduksi di dalam negeri. Belum lagi jika mobil harus memenuhi standar emisi dan keselamatan global, maka biaya sertifikasi dan pengembangan produk juga akan menambah harga jual mobil tersebut.

3. Strategi harga dan posisi merek di pasar

Ilustrasi pabrik mobil (mitsubishi-motors.co.id)

Faktor lain yang kadang luput diperhatikan adalah strategi harga yang diterapkan oleh produsen. Beberapa merek sengaja menempatkan harga lebih tinggi untuk menciptakan kesan premium atau karena ingin mempertahankan citra eksklusif. Misalnya, merek dengan reputasi kuat cenderung percaya diri mematok harga tinggi, meskipun spesifikasi teknisnya tidak jauh berbeda dengan merek lain yang lebih murah.

Selain itu, karena pasar Indonesia cenderung sensitif terhadap merek, banyak konsumen rela membayar lebih hanya karena logo di kap mobilnya. Hal ini dimanfaatkan oleh produsen untuk memposisikan produk mereka dengan harga lebih tinggi dari seharusnya. Di sisi lain, jumlah pemain yang terbatas di segmen tertentu juga membuat persaingan harga kurang agresif, sehingga harga mobil tidak turun walaupun teknologinya sudah cukup umum.

So, bisa dibilang harga mobil yang terasa overprice bukan tanpa sebab. Mulai dari pajak berlapis, ketergantungan pada komponen impor, hingga strategi pemasaran dari pabrikan, semuanya berkontribusi dalam membentuk harga jual akhir. Memahami faktor-faktor ini bisa membantu konsumen lebih bijak dalam memilih dan menilai apakah sebuah mobil benar-benar layak dengan banderol harganya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team