Ilustrasi SPKLU (Pexels/Kindel Media)
Salah satu rendahnya minat masyarakat Jepang terhadap mobil listrik adalah minimnya infrastruktur pengisian daya. Pada Februari 2024, Jepang hanya memiliki 37 ribu titik pengisian umum, jauh lebih sedikit dibandingkan negara seperti Jerman.
Selain itu, banyak rumah di Jepang, terutama di perkotaan, tidak memiliki garasi untuk home charging, dan parkir umum sering tidak dilengkapi charging port standar. Ukuran EV, seperti Tesla Model 3, juga dianggap terlalu besar untuk tempat parkir sempit.
Sementara itu, hybrid tidak memerlukan pengisian eksternal karena baterainya terisi otomatis via pengereman, membuatnya lebih praktis. Budaya Jepang yang rawan gempa juga memengaruhi, seperti mobil tidak boleh parkir di jalan agar tidak menghalangi proses evakuasi sat terjadi gempa.
Selain itu, waktu pengisian EV yang memakan waktu 2-15 jam untuk pengisian penuh juga kurang cocok dengan gaya hidup cepat masyarakat Jepang. Sebaliknya, hybrid menawarkan pengisian bensin cepat di SPBU yang tersedia di mana-mana.
Faktor lain adalah harga EV juga lebih mahal. Misalnya, Nissan Leaf dijual mulai dari 4,5 juta yen, sedangkan hybrid seperti Toyota Corolla Hybrid sekitar 3 juta yen, jauh lebih terjangkau untuk kelas menengah.