Mitos vs Fakta: Ngopi Bikin Mata Lebih Tahan Melek Saat Nyetir

- Kafein dalam kopi meningkatkan kewaspadaan, tapi efeknya terbatas
- Risiko muncul ketika mengandalkan kopi tanpa istirahat
- Kombinasikan kopi dengan strategi aman agar efektinya optimal
Banyak pengendara motor maupun mobil yang mengandalkan kopi sebagai “penyelamat” ketika harus menempuh perjalanan jauh. Rasanya belum lengkap kalau belum menyeruput kopi hitam sebelum berangkat, dengan harapan mata akan tetap melek dan fokus lebih terjaga. Kebiasaan ini memang sudah umum, terutama bagi mereka yang sering touring atau pulang pergi lintas kota saat malam hari.
Namun, pertanyaannya: apakah benar kopi bisa membuat mata lebih kuat melek saat mengemudi? Ataukah efeknya hanya sementara dan justru bisa menimbulkan risiko tertentu? Memahami bagaimana kafein bekerja di tubuh akan membantu pengendara menggunakan kopi secara bijak, tanpa bergantung berlebihan pada minuman ini.
1. Kopi memang meningkatkan kewaspadaan, tapi efeknya terbatas

Kafein dalam kopi bekerja dengan memblokir adenosin, zat kimia di otak yang menandakan tubuh mulai lelah. Ketika adenosin terhambat, otak memberikan sinyal “tetap bangun”, membuat kamu merasa lebih fokus dan tidak mengantuk. Efek ini nyata, itulah mengapa banyak pengendara merasa lebih siap melaju setelah minum secangkir kopi.
Namun, efek tersebut tidak berlangsung lama. Rata-rata kafein bekerja sekitar 3–5 jam, tergantung metabolisme tubuh. Jadi, kopi bukan solusi untuk perjalanan yang benar-benar panjang tanpa istirahat. Ketika efeknya habis, rasa kantuk bisa muncul lebih kuat (rebound drowsiness), terutama jika tubuh sebenarnya sudah sangat lelah. Ini sebabnya kopi tidak boleh dijadikan satu-satunya cara untuk tetap terjaga.
2. Risiko muncul ketika mengandalkan kopi tanpa istirahat

Banyak pengendara salah paham bahwa selama masih minum kopi, mereka bisa terus memaksakan diri berkendara. Padahal, konsumsi kopi berlebihan dapat menimbulkan masalah baru. Kafein berlebih bisa membuat jantung berdebar, tangan gemetar, serta konsentrasi buyar—semua ini berbahaya saat mengemudi jarak jauh.
Selain itu, kopi juga bersifat diuretik ringan yang membuat kamu lebih sering buang air kecil. Kondisi ini dapat memicu dehidrasi jika tidak diimbangi air putih, menyebabkan pusing dan berkurangnya fokus di jalan. Pengendara yang sudah kelelahan parah juga kadang merasa “aman” karena tidak mengantuk setelah minum kopi, padahal kondisi refleks dan kognitif tetap menurun. Inilah yang membuat kopi hanya boleh menjadi pendukung, bukan pengganti istirahat.
3. Kombinasikan kopi dengan strategi aman agar efektinya optimal

Agar kopi benar-benar membantu tanpa menimbulkan risiko, pengendara bisa menggunakannya dalam porsi dan waktu yang tepat. Minumlah 15–30 menit sebelum berangkat, karena butuh waktu sebelum kafein bekerja sepenuhnya. Pilih kopi tanpa gula berlebih agar energi tetap stabil selama perjalanan. Tetapi ingat, setelah 2–3 jam berkendara, tubuh tetap membutuhkan peregangan dan waktu istirahat, meski kamu tidak merasa mengantuk.
Mengombinasikan konsumsi kopi dengan tidur singkat (power nap) 15 menit sebelum melanjutkan perjalanan juga terbukti memberi efek segar yang lebih kuat. Selain itu, cukupi kebutuhan cairan tubuh agar tidak dehidrasi. Jangan lupa kenali batas fisikmu—jika sudah terlalu letih, satu termos kopi pun tidak akan menolong.
Kopi memang bisa membantu mata lebih kuat melek saat nyetir jarak jauh, tetapi efeknya hanya sementara dan tidak bisa menggantikan istirahat yang cukup. Gunakan kopi secara bijak, tetap prioritaskan keselamatan, dan pastikan setiap perjalanan jauh dilakukan dengan tubuh yang benar-benar siap.

















