Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Naik Motor Sejam di Jakarta Melelahkan, Touring 4 Jam Masih Segar?

ilustrasi ke Bogor naik motor (unsplash.com/Tokyo)
ilustrasi ke Bogor naik motor (unsplash.com/Tokyo)
Intinya sih...
  • Lingkungan jalan di Jakarta penuh tekanan, dengan lalu lintas padat dan polusi yang membuat otak bekerja ekstra.
  • Beban fisik saat berkendara di Jakarta lebih tinggi karena pengendara harus terus menjaga keseimbangan dan posisi tubuh.
  • Faktor psikologis juga berpengaruh, dengan suasana hati yang lebih stres ketika berkendara di Jakarta dibandingkan saat touring keluar kota.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengendarai motor di Jakarta sering kali membuat tubuh cepat lelah, bahkan jika durasinya hanya sekitar satu jam. Banyak pengendara merasakan hal ini, terutama ketika harus berkutat dengan kemacetan, padatnya lalu lintas, dan berbagai gangguan visual yang membuat otak bekerja ekstra. Kondisinya berbeda jauh ketika touring keluar kota, di mana perjalanan bisa mencapai lima jam tetapi rasa capeknya justru lebih ringan.

Fenomena ini bukan kebetulan. Tubuh dan pikiran bereaksi berbeda terhadap kondisi lingkungan berkendara. Touring sering memberikan suasana yang lebih menyenangkan, jalur yang lebih lancar, serta ritme berkendara yang lebih stabil. Semua faktor ini berpengaruh besar dalam menentukan seberapa cepat rasa lelah muncul.

1. Lingkungan jalan yang penuh tekanan

ilustrasi perempuan naik motor (pexels.com/Stephen Leonardi)
ilustrasi perempuan naik motor (pexels.com/Stephen Leonardi)

Jakarta memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang ekstrem. Dalam satu jam, pengendara harus menghadapi rem mendadak, motor saling serobot, klakson yang bersahut-sahutan, serta polusi dari kendaraan lain. Semua ini membuat otak berada dalam mode “alert” sepanjang waktu. Ketika terlalu lama berada dalam keadaan siaga, energi mental cepat terkuras.

Di sisi lain, touring keluar kota didukung oleh jalan yang jauh lebih lengang. Ritme berkendara lebih stabil, tidak banyak harus mengerem mendadak atau menghindari kendaraan lain yang datang dari berbagai arah. Lingkungan yang tenang membuat otak bisa bekerja lebih rileks sehingga pengendara tidak cepat merasakan kelelahan.

2. Beban fisik yang berbeda selama berkendara

ilustrasi perempuan naik motor (pexels.com/Pexels Olivier Darny)
ilustrasi perempuan naik motor (pexels.com/Pexels Olivier Darny)

Naik motor di jalanan padat membuat tubuh bekerja lebih keras. Pengendara harus terus menjaga keseimbangan dalam kecepatan rendah, sering memegang kopling, serta mengatur posisi badan karena ruang gerak terbatas. Otot lengan, bahu, dan pinggang lebih sering tegang tanpa disadari. Aktivitas kecil yang berulang-ulang inilah yang menambah rasa capek dalam waktu singkat.

Sementara itu, saat touring, motor berjalan lebih stabil di kecepatan konstan. Tubuh tidak perlu terus-menerus mengatur keseimbangan atau memegang kopling setiap beberapa detik. Aliran angin, posisi duduk yang lebih santai, serta ritme berkendara yang konsisten membantu tubuh merasa lebih nyaman meskipun perjalanan jauh.

3. Faktor psikologis yang sangat berpengaruh

ilustrasi orang naik motor (freepik.com/bublikhaus)
ilustrasi orang naik motor (freepik.com/bublikhaus)

Mood dan suasana hati juga memegang peran besar. Di Jakarta, berkendara sering diasosiasikan dengan stres: takut terlambat, panas, polusi, atau jalan macet yang tidak terduga. Emosi negatif mempercepat munculnya rasa lelah karena otak memproses situasi sebagai tekanan.

Touring memberi suasana yang jauh lebih menyenangkan. Alam yang terbuka, udara yang lebih segar, serta pemandangan hijau memberi efek relaksasi pada pikiran. Ketika hati senang, tubuh melepaskan hormon yang membuat kita lebih nyaman dan lebih tahan terhadap kelelahan. Itulah kenapa durasi berkendara yang lebih lama ternyata bisa terasa lebih ringan.

Jika digabungkan, ketiga faktor ini menjelaskan mengapa satu jam di Jakarta terasa lebih menguras tenaga daripada lima jam touring ke luar kota. Yang melelahkan bukan hanya durasi perjalanan, tetapi tekanan yang dialami selama perjalanan itu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

4 Hal yang Harus Diperhatikan ketika Ban Motor Sudah Mulai Gundul

12 Des 2025, 21:42 WIBAutomotive