Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tim Jalan Pulang 2025 saat melewati wilayah pansel dari Sindangbarang menuju Cilacap. (IDN Times/Dwi Agustiar)
Tim Jalan Pulang 2025 saat melewati wilayah pansel dari Sindangbarang menuju Cilacap. (IDN Times/Dwi Agustiar)

Intinya sih...

  • Jalur Pansela memiliki berbagai kondisi jalan, mulai dari lurus hingga perbukitan yang berliku-liku dengan jalur yang meliuk-liuk dan tajam.
  • Perjalanan dari Anyer menuju Banyuwangi memakan waktu 12 hari dengan banyak genangan air, tanjakan curam, dan minimnya penerangan jalan di beberapa daerah.
  • Mobil Chery Tiggo 8 mampu melintasi tanjakan curam dan jalur berkelok-kelok dengan nyaman serta mumpuni sehingga dapat melewati jalur Pansela dengan mudah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Tim Jalan Pulang IDN Times kembali menelusuri Jalur Pantai Selatan (Pansela) untuk mereportase jalur mudik 2025. Kali ini kami memulai perjalanan dari Anyer menuju Banyuwangi selama 12 hari, mulai 28 Januari-8 Februari 2025. 

Total jarak perjalanan sekitar 2.800 km dengan berbagai macam kondisi jalan, mulai jalan yang mulus lurus hingga jalan perbukitan yang berliku-liku. Sebagian besar Jalur Pansela didominasi jalur yang meliuk-liuk, beberapa di antaranya cukup tajam dan curam.

Selain itu banyak jalur yang membentang membelah hutan sehingga sepi dan gelap saat malam karena tak adanya penerangan jalan. Jalur berlubang dan perbaikan jalan juga tersebar di beberapa daerah. Karena itu perlu konsentrasi ekstra jika ingin melalui jalur Pansela.

Berikut reportase lengkap perjalanan kami dari Anyer menuju Banyuwangi.

1. Memulai perjalanan dari Mercusuar Cikoneng menuju Palabuhanratu

Mercusuar Cikoneng di Anyer (IDN Times/Fauzan)

Tim Jalan Pulang 2025 berangkat dari Jakarta menuju Anyer via Tol Merak dan keluar di Cilegon Timur. Biaya tol yang dibutuhkan sekitar Rp50 ribu. Perjalanan menuju Mercusuar Cikoneng atau ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.

Tim Jalan Pulang 2025 memilih Mercusuar Anyer sebagai awal titik awal perjalanan menuju Banyuwangi lantaran julukan "Titik Nol" yang tersemat pada lokasi tersebut.

Mercusuar Anyer ini terletak di Jalan Raya Bandulu Anyer, Km. 131, Kampung Bojong, Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Banten. Adapun julukan "Titik Nol" tersebut tidak lepas dari lokasi mercusuar yang merupakan awal mula pembangunan Jalan Anyer-Panarukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels.

Mercusuar ini dibangun oleh pemerintahan Z.M Willem III pada 1885, dua tahun setelah Gunung Krakatau meletus hebat. Mercusuar berdiri di tepi pantai sehingga bisa menjadi alternatif lokasi wisata jika kamu memilih melakukan perjalanan mudik melewati Pansela.

Dari Mercusuar Anyer, Tim Jalan Pulang 2025 melanjutkan perjalanan menuju Palabuhranratu, Sukabumi. Hujan turun di tengah perjalanan, menimbulkan genangan di beberapa titik, seperti di jalanan sekitar Pantai Jambu, tidak jauh dari lokasi Mercusuar Anyer. Genangan tersebut hampir menutupi dua jalur di dekat area pantai tersebut.

Perjalanan dari Anyer menuju Palabuhanratu sekitar 5 hingga 6 jam. Jalurnya berkelok-kelok dan naik-turun sehingga perlu kewaspadaan ekstra ketika melintasinya. Selain itu pastikan juga mobilmu dalam kondisi prima. Sebab, banyak tanjakan curam di jalur ini.

Tim Jalan Pulang Pansela 2025 kebetulan menggunakan mobil Chery Tiggo 8. Mobil ini dibekali mesin 1.6 TGDI turbo yang mampu menghasilkan tenaga hingga 185 Ps atau 183 Tk dengan torsi maksimal sebesar 290 Nm. Dengan limpahan tenaga sebesar ini, kami bisa melalui setiap tanjakan dengan mudah.

Suspensi Chery Tiggo 8 juga cukup mumpuni sehingga jalur berkelok-kelok dari Anyer menuju Palabuhanratu bisa kamu lalui dengan nyaman. Padahal beberapa kelokan di jalur ini cukup tajam. Namun suspensi yang stabil membuat kami bisa   

2. Perjalanan Pelabuhanratu menuju Cianjur

Durian di Bukit Durian Sagara (IDN Times/Dwi Agustiar)

Perjalanan hari berikutnya kami mulai dari Palabuhanratu menuju Cianjur. Kami sempat mampir ke Bukit Durian Sagara untuk mencicipi durian. Jalan masuk menuju Bukit Durian Sagara cukup jauh dan membingungkan karena sinyal yang sangat lemah di daerah ini, membuat Google Maps tidak bisa bekerja dengan baik.

Namun effort menuju Bukit Durian Sagara terbayar lunas saat kami tiba di lokasi. Selain duriannya yang sungguh nikmat, pemandangan dari bukit ini juga sangat indah. Kamu bisa menikmati hijaunya dedaunan pohon durian dan luasnya lautan dari bukit ini. Saran kami, kalau kamu lewat Pansela, sempatkan ke Bukit Durian Sagara.

Setelah menikmati nikmatnya durian, kami langsung bergegas menuju Cianjur. Perjalanan memakan waktu sekitar 5 jam dengan rute melalui daerah Jampang Kulon dan Tegal Buleud. Ada satu perhatian kami di jalur ini, yakni ketersediaan SPBU yang tidak terlalu banyak.

Tim misalnya baru menemukan SPBU besar di wilayah Jampang Kulon yang jaraknya mencapai 50 kilometer lebih dari Kota Pelabuhan Ratu. Selain itu juga ada beberapa titik yang rawan longsor di sepanjang perjalanan dari Bukit Durian Sagara menuju Cianjur Selatan.

Area rawan longsor paling parah di kawasan Loji. Sejumlah perbaikan jalan pun tengah dilakukan akibat longsor yang terjadi di kawasan tersebut. Para pengendara atau pemudik nantinya mesti ekstra waspada ketika melintasi jalur tersebut terlebih jika melintas kala hujan.

Jalan berubah menjadi mulus dan halus saat kami memasuki daerah Cikaso, Jawa Barat. Saking mulusnya, Tim Jalan Pulang 2025 tidak menemui lubang ketika melintasi jalan di kawasan tersebut. Selain itu jalur ini juga indah karena sisi kiri dan kanan jalan dipenuhi pepohonan tinggi yang rapat. Hanya saja, jalur ini cukup gelap saat malam karena minimnya penerangan.

Saat tiba di Cianjur, hari sudah malam. Jarum menunjukkan pukul 21.15 WIB. Kami langsung menuju ke penginapan Ocean View di daerah Karangpotong, Cianjur.

3. Perjalanan dari Cianjur menuju Cilacap

Tim Jalan Pulang 2025 saat melewati wilayah pansel dari Sindangbarang menuju Cilacap. (IDN Times/Dwi Agustiar)

Perjalanan hari berikutnya kami mulai dari Karang Potong Ocean View menuju Cilacap. Tim berhenti di beberapa titik, seperti Jembatan Cilaki, Pantai Madasari, hingga Batu Karas.

Salah satu perbatasan antara Kabupaten Cianjur Selatan dan Kabupaten Garut, yakni Jembatan Cilaki, jadi check point pertama di perjalanan ini. Jembatan Cilaki menawarkan view indah karena tepat berada di samping Samudera Hindia, tepatnya wilayah pantai Ranca Buaya.

Di bawah jembatan terpanjang di Jawa Barat ini, mengalir sungai yang membentang dari Pangalengan, Kabupaten Bandung sampai ke bibir pantai. Sungai Cilaki sendiri relatif jernih, tetapi lokasi sekitar jembatan ini masih minim tempat beristirahat, sehingga ketika ingin rehat sejenak sambil menikmati pemandangan sekitar, kami harus memarkir mobil di bahu jalan.

Dari Jembatan Cilaki kamu langsung gas menuju Pantai Madasari, Kabupaten Pangandaran. Jalur ini menghubungkan beberapa wilayah, seperti Cidaun (Kab. Cianjur Selatan), Pameungpeuk (Kab. Garut), hingga Cipatujah (Kab. Tasikmalaya), mengikuti garis pantai Selatan Jawa.

Kondisi jalannya naik turun dan beberapa di antaranya berliku-liku. Butuh kewaspadaan ekstra bagi pengendara yang melewati jalur alternatif mudik ini. Terlebih, tikungan yang dilewati di beberapa titik cukup tajam dan menyulitkan pengendara mengendalikan mobil.

Kami sempat singgah sebentar untuk minum kopi di Batu Karas sebelum melanjutkan perjalanan menuju Cilacap. Dari Batu Karas, perjalanan menuju Cilacap kami tempuh dengan waktu kurang lebih dua jam. Meskipun relatif sepi, namun jalur ini banyak dilewati mobil truk besar yang membawa kayu.

Butuh kewaspadaan ekstra dalam menyalip kendaraan yang berjalan lambat tersebut karena terdapat blind spot yang menjadi faktor risiko kecelakaan lalu lintas. Apalagi, jalur itu dilewati malam hari.

Terlepas dari itu, daya tarik utama dari jalur Cianjur Selatan menuju Cilacap ini adalah pemandangan pantai dan bukit-bukit yang indah. Selama perjalanan di jalur Pansela, para pemudik dapat menemukan banyak tempat wisata dan kuliner menarik untuk dikunjungi. 

Selain itu, jalan ini juga dilengkapi dengan rest area untuk memfasilitasi pengguna jalan agar dapat beristirahat sejenak.

4. Perjalanan dari Cilacap menuju Pacitan

Tim Jalan Pulang 2025 berkunjung ke Masjid Agung Darussalam Cilacap (IDN Times/Dwi Agustiar)

Perjalanan berikutnya adalah Cilacap menuju Pacitan. Kami bergerak pada Jumat (31/1/2025).  Titik pertama yang kami singgahi di Kota Cilacap adalah Masjid Agung Darussalam yang lokasinya tidak jauh dari alun-alun Cilacap. 

Saat melihat arsitektur Masjid Agung Darussalam Cilacap, kami teringat pada Masjid Agung Demak. Desain atap kedua masjid ini mirip. Hal itu terjadi lantaran pendiri Masjid Agung Darussalam Cilacap merupakan cucu sekaligus murid dari Sunan Kalijaga yang mendirikan Masjid Agung Demak.

Berdiri sejak dua abad lalu, Masjid Agung Darussalam Cilacap hingga kini masih berdiri kukuh di Alun-Alun Cilacap. Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan di Cilacap, terutama pada bulan suci Ramadan.

Setelah puas menikmati arsitektur Masjid Agung Darussalam Cilacap, Tim Jalan Pulang 2025 kemudian bergeser ke Benteng Pendem yang hanya berjarak 3,5 kilometer atau sekitar 7 menit dari Masjid Agung Darussalam. Benteng Pendem berdiri di bibir Pantai Teluk Penyu Cilacap.

Benteng Pendem merupakan peninggalan Pemerintah Belanda. Benteng ini memiliki nama asli Kusbatterij Op De lantong Te Tjilatjap yang artinya tempat pertahanan pantai di atas tanah menjorok ke laut menyerupai bentuk lidah. Tentara Kerajaan Belanda membangun benteng ini pada tahun 1861-1879.

Awalnya luas Benteng Pendem sekitar 10,5 hektare. Namun saat ini luas Benteng Pendem tinggal 6,5 hektare karena telah digunakan untuk pembangunan tangki Pertamina seluas 4 hektare.

Daya tarik benteng antara lain terdapat pada bangunan-bangunan di dalam benteng yang memiliki arsitektur khas peninggalan Belanda dengan bahan baku batu bata merah. Selain itu juga terdapat banyak menjangan yang secara bebas berkeliaran di dalam kompleks benteng. Daya tarik lainnya adalah cerita di balik benteng itu sendiri, tentu saja.

Untuk masuk ke Benteng Pendem, kami hanya perlu membayar tiket sebesar Rp 7.500 per orang. Sehingga Benteng Pendem bisa jadi tujuan wisata jika kamu singgah di Cilacap. Selain benteng, kamu juga bisa menikmati Pantai Teluk Penyu dengan pemandangan Pulau Nusa Kambangan.

Dari Benteng Pendem, kami melanjutkan perjalanan menuju Pacitan melewati Jalan Pantai Selatan Jawa. Kondisi jalannya relatif mulus. Jalan Daendels yang menjadi bagian Pantai Selatan Jawa juga relatif memiliki kondisi apik, tetapi begitu masuk wilayah Brosot-Ngantakrejo, ada banyak lubang dan tambalan sehingga diperlukan kewaspadaan ekstra ketika melintasinya.

Selama melintasi Jalan Daendels, Tim Jalan Pulang 2025 disuguhi pemandangan apik lewat sawah-sawah yang ada di kanan dan kiri jalan. Selain itu, ada terowongan yang membuat pengalaman berkendara di Jalan Daendels semakin menarik dan tidak terlupakan.

Tim Jalan Pulang 2025 tiba di Bantul, Jawa Tengah ketika gelap tiba. Hal itu menjadi tantangan yang lumayan besar karena mesti melewati Jalan Panggang-Parangtritis yang agak sempit dan minim pencahayaan serta minim keberadaan mata kucing.

Namun, begitu masuk Jalan Raya Panggang Wonosari-Legundi-Saptosari, jalan jadi lebar dan memiliki marka yang jelas sehingga sedikit memudahkan Tim Jalan Pulang 2025 melintas di tengah pencahayaan yang masih minim.

Di sisi lain, Tim Jalan Pulang 2025 tidak menemukan satupun SPBU besar sepanjang perjalanan dari Bantul menuju Pacitan. Tim Jalan Pulang 2025 hanya menemukan satu Pertashop di Girimulyo, Gunungkidul yang bisa dijadikan tempat untuk mengisi bensin.

Oleh karena itu, ada baiknya bagi para pemudik yang ingin mencapai Pacitan via Jalur Pansela untuk terlebih dahulu mengisi bensin secara full di area sebelum Bantul. Selain itu, penting bagi pemudik untuk selalu menyediakan uang cash atau tunai untuk kebutuhan beli bensin, makan, dan lainnya selama perjalanan menuju Pacitan dari Bantul via Jalur Pansela.

5. Reportase Jalur Pansela 2025: Pacitan-Malang Selatan

Perjalan Tim Jalan Pulang 2025 dari Pacitan menuju Kepajen, Kabupaten Malang. (IDN Times/Dwi Agustiar)

Di Kota Pacitan, Tim Jalan Pulang sempat mengunjungi Museum & Galeri SBY*Ani yang terletak di Jalan Lintas Selatan +400 Ploso. Museum dan Galeri SBY*Ani dibuka untuk pengunjung umum setiap hari dengan jam operasi mulai pukul 9.00 sampai 17.00 WIB.

Nampak dari luar, museum ini punya desain modern yang terdapat enam pilar tinggi menjulang di bagian depan. Tak main-main, pilar tersebut memiliki makna khusus, karena merepresentasikan Susilo Bambang Yudhoyono yang merupakan presiden keenam Indonesia.

Musem ini menceritakan semua hal tentang SBY, mulai dari masa kecilnya hingga menjadi Presiden Indonesia. Ada pula sejumlah karya lukis SBY, replika patung dan foto perjalanan dari masa kecil, jadi tentara, sampai terjun ke kancah politik dan jadi presiden RI.

Dari museum, kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalur Pansela melewati Pantai Soge. Ini merupakan Jalur Lintas Selatan (JLS) yang menghubungkan Kabupaten Pacitan - Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Jalur ini melewati Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, kemudian masuk ke Kecamatan Panggul, Trenggalek.

Di sepanjang jalur tersebut, terhampar panorama alam indah yang memanjakan mata. Usai melewati jalur besar dengan sedikit rolling, hampir mendekati Pantai Soge, tim sudah disuguhi pemandangan samudra Hindia yang luas dari atas bebukitan.

Setibanya di Jalur Pantai Soge yang berada di Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, dan berada di samping jalan utama JLS, tim memutuskan menepi sejenak untuk melepas penat menghilangkan lelah perjalanan.

Tak lama, tim melanjutkan perjalanan di JLS. Pemandangan tak kalah cantik memanjakan mata, bak cipratan surga yang turun ke bumi. Terlebih, kami disuguhi lintasan tanjakan yang dilengkapi jalanan berkelok di antara tebing dan hutan tropis.

Selama dua jam di jalur tersebut, kelokan tajam dan tanjakan curam terus mengiringi perjalanan menuju Trenggalek. Alhasil, butuh kewaspadaan ekstra untuk bisa melewati wilayah Panggul.

Beruntung, mobil Chery Tiggo 8 yang digunakan sangat bisa diandalkan. Dengan body kekar dan mesin bertenaga layaknya SUV premium, mobil ini sangat mudah dikendalikan hingga bisa menaklukan jalanan ini.

Usai melewati hutan dan pegunungan indah, Tim Jalan Pulang 2025 pun memasuki wilayah Kabupaten Malang, melalui jalur Waduk Karang Kates, yang berada di sisi Gunung Kawi. Hanya saja, kami tak dapat menikmati pemandangan lantaran jalanan yang gelap, karena melewatinya pukul 21.00 WIB.

Tepat pukul 22.10 WIB, Tim Jalan Pulang 2025 pun sampai di Kepanjen untuk menginap di Hotel Grand Miami. Wilayah ini cukup sejuk jika dibandingkan dengan beberapa titik perhentian yang tim lewati.

6. Reportase jalur Malang-Banyuwangi

Chery Tiggo 8 di Taman Nasional Alas Purwo (IDN Times/Dwi Agustiar)

Setelah beristirahat selama semalam di Malang Selatan, Tim Jalan Pulang IDN Times kembali melanjutkan perjalanan menuju Banyuwangi melewati Balekambang dan Jember. Kami berangkat dari Kepanjen menuju Balekambang lalu menyusuri Jalan Nasional III yang merupakan Jalur Lintas Selatan (JLS) atau Pansela Jawa.

Statusnya sebagai jalan nasional membuat jalur tersebut relatif mulus dan nyaman untuk dilewati kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. Hanya saja, kondisi jalan yang mulus hanya sampai di Kecamatan Sendangbiru, karena setelahnya kami dihadapkan pada jalan yang mulai mengecil dan memasuki kawasan hutan serta tebing.

SPBU Pertamina Sendangbiru jadi tempat pengisian bahan bakar minyak (BBM) yang terakhir kali kami lihat, setidaknya sampai menemukan jalan besar atau kembali ke JLS.

Jalan tersebut hanya bisa dilewati dua mobil kecil dari arah berlawanan, sehingga pengemudi perlu ekstra waspada ketika melintasinya. Meski begitu, kondisi jalan kembali mulus ketika berada di tengah hutan dan tebing tersebut.

Melewati jalan kecil dan berliku bukan masalah bagi Chery Tiggo8 yang dibekali mesin berkapasitas 1.6 TGDI, dengan keluaran tenaga maksimum 186 PS dan torsi 290 Nm. Chery Tiggo8 dapat dengan mudah melibas rute-rute berkelok dan curam dari Balekambang menuju Jember.

Matahari mulai terbenam ketika Tim Jalan Pulang IDN Times tiba di Lumajang. JLS di Lumajang relatif mulus, tetapi minim pencahayaan. Beruntung, marka jalan berwarna kuning terlihat jelas di jalan tersebut, sehingga memudahkan pengemudi melewati jalan tersebut.

Jika kamu melintasi jalan tersebut saat malam hari, kamu perlu ekstra waspada, mengingat ada banyak kegiatan yang dilakukan anak muda di pinggir jalan. Selain itu, ada beberapa truk yang menepi di badan jalan.

JLS yang menghubungkan Lumajang dan Jember sempat terputus, sehingga mengharuskan kami melewati Jalan Pesisir yang ada di tengah-tengah area persawahan. Setelah melewati JLS yang punya kondisi jalan berbeda-beda, Tim Jalan Pulang akhirnya tiba di Jember Minggu, 2 Februari 2025 sekitar pukul 19.30 WIB.

Perjalanan menuju Banyuwangi kami lanjutkan keesokan harinya melalui jalur utama yang berada di kaki Gunung Raung, seperti wilayah Gumitir hingga perbatasan Banyuwangi, yakni Kalibaroe.

Jarak yang ditempuh Tim Jalan Pulang sebetulnya relatif pendek ketimbang rute yang dilalui di etape sebelumnya, yakni 104 km. Hanya saja, kondisi jalan nasional di bagian selatan yang dilewati tidak sepenuhnya mulus, bahkan banyak yang bergelombang dan berlubang.

Sejak melewati wilayah Majang hingga Sempolan, kontur jalan juga bervariasi, mulai dari jalan lurus yang datar, hingga jalan menanjak curam yang berliku-liku.Butuh kewaspadaan ekstra bagi pengendara yang melewati jalur utama mudik ini. Terlebih, jalan bergelombang yang dilewati di beberapa titik cukup menyulitkan pengendara mengendalikan mobil.

Tim Jalan Pulang 2025 disambut kontur jalan rolling atau naik turun, plus bergelombang menuju Banyuwangi. Namun, suspensi Chery Tiggo 8 ternyata cukup nyaman. Beberapa jalan bergelombang bisa kami lewati tanpa merasa terguncang hebat.

Saat melibas lubang yang cukup dalam, bagi penumpang yang ada di baris kedua merasakan guncangan lebih keras. Untungnya jok yang dibekali di mobil SUV ini cukup empuk. Alhasil, stiff-nya suspensi tak mengurangi kenyamanan.

Punya ground clearance tinggi, SUV ini juga lebih fleksibel saat melewati medan tak rata. Alhasil, secara keseluruhan, sistem travel suspensi bisa bekerja maksimal dan membuat guncangan di dalam mobil bisa diminimalkan.

Usai menjajal kemampuan mobil di setengah perjalanan, Tim Jalan Pulang 2025 beristirahat sejenak di SPBU Krikilan. Selain memanfaatkan waktu untuk beribadah salat, tim memanfaatkan waktu untuk peregangan agar tetap bugar.

Usai rehat, Tim Jalan Pulang 2025 melanjutkan kembali perjalanan menuju Banyuwangi, melewati lagi jalan berliku dan bergelombang. Sebab, Jalan Lintas Selatan (JLS) penghubung Jember dan Kabupaten Banyuwangi yang ditarget selesai pada 2024, masih belum bisa dilalui. Sejauh ini proyek tersebut masih dalam tahap pembangunan.

Proyek jalur Pansela Jember-Banyuwangi sebetulnya sudah dibangun sepanjang 68,08 km, dari total jarak 99,18 km. Tinggal membutuhkan 14,1 km lagi untuk menyelesaikan JLS yang bisa jadi jalur baru pemudik pergi ke wilayah paling ujung Jawa di bagian timur tersebut.

Hari sudah gelap ketika kami tiba di Kota Banyuwangi. Perjalanan sepanjang sekitar 2.800 km dari Anyer pun berakhir di kota ini. 

Program Jalan Pulang 2025 Anyer-Banyuwangi via Pansela ini dipersembahkan oleh Tolak Angin, Orang Pintar Minum Tolak Angin. Dapatkan produk Tolak Angin sekarang di www.sidomunculstore.com atau Sido Muncul Official Store di marketplace favoritmu.

Editorial Team