Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi servis mobil (IDN Times/Dwi Agustiar)

Jakarta, IDN Times - Banyak mitos yang beredar di negeri ini, termasuk mitos-mitos seputar perawatan mobil. Mitos-mitos ini sebagian besar dipercaya karena terdengar logis atau masuk akal.

Tapi ternyata gak semua yang masuk akal itu benar adanya. Ada beberapa mitos yang teranyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan. Nah, berikut mitos-mitos seputar perawatan mobil yang banyak berseliweran. 

1. Oktan bensin tinggi bagus untuk semua kendaraan

Ilustrasi pengisian BBM Pertamax. (IDN Times/Istimewa).

Bensin dengan oktan tinggi memang memiliki kualitas yang lebih baik, sehingga banyak pemilik mobil yang menggunakannya dengan harapan mesin akan bekerja sempurna. Tapi kenyataannya, tidak semua mobil bisa diisi bensin dengan oktan tinggi, lho. Sebab ketentuan oktan harus sesuai nilai kompresi, yang telah dicatat di buku manual kendaraan kamu.

Oktan yang sesuai dengan mobil mampu menghemat Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tidak cepat merusak mesin. Perlu kamu ingat juga, hindari keseringan mengganti-ganti oktan bensin apalagi mencampurnya dengan nilai oktan yang berbeda. Semakin sering terjadi, hal itu dapat menyebabkan penurunan pada performa mesin mobil.

2. Wajib menggunakan ban nitrogen

Ilustrasi Green Nitrogen, penyedia pengisian angin ban nitrogen yang tersebar di beberapa SPBU Pertamina (instagram.com/Green Nitrogen)

Ban nitrogen terkenal akan keawetannya, karena ban ini tidak mudah kempis atau pun bocor. Maka itu, banyak isu yang beredar bahwa pengemudi mobil wajib memakai ban nitrogen agar perjalanan menjadi aman dan nyaman. Tapi hal ini hanya mitos saja ya, guys.

Sebab pada dasarnya pemilik mobil boleh menggunakan berbagai asal bukan barang palsu. Hal ini dikarenakan tekanan pada angin ban lebih penting diperhatikan dibanding jenis ban dan angin yang hendak diisi tersebut.

Tekanan ban yang terlalu tinggi dapat membuat kamu kurang nyaman saat melintasi jalan rusak dan jalan licin. Karena permukaan ban menjadi lebih cembung dan keras, hingga kurang baik dalam menyerap getaran bahkan aus di bagian tengah.

Jadi, solusi satu-satunya adalah kamu harus mengecek tekanan angin secara berkala setiap bulannya. Cara ini untuk memastikan tekanan angin ban sudah sesuai standar diajukan oleh pabrik atau tidak.

3. Mengganti oli pada jarak tempuh 3000-5000 Km

unsplash.com/why ke

Banyak beredar kabar bahwa oli mobil harus diganti setelah menempuh jarak 3000-5000 Km, agar mesin dapat berakselerasi dengan baik. Namun, sebenarnya servis mobil tidak bergantung pada jarak tempuh, lho. Setidaknya kamu melakukan rutin pengecekan setiap 6 bulan sekali untuk melihat kondisi oli, sekaligus komponen mobil lainnya.

So, patokan utamanya bukan jarak tempuh mobil namun running hours mobil. Tentu hal ini mempengaruhi kinerja oli dan komponen di dalamnya.

4. Mengatasi overheating menggunakan air biasa

ilustrasi suhu mobil tinggi (sundevilauto.com)

Overheating merupakan salah satu masalah yang paling dikhawatirkan para pengemudi ketika melakukan perjalan jauh, atau macet dalam waktu lama. Masih banyak pengemudi mobil yang menggunakan air biasa untuk mengatasi masalah overheating. Tentu hal ini sangat tidak dianjurkan, ya.

Meski dengan cara tersebut mobil masih tetap berjalan, namun air biasa dapat membuat komponen radiator cepat berkarat. So, gunakan air coolant karena air ini memiliki daya tahan yang lama 9.000 hingga 10.000 km atau setara 6 bulan.

5. Mengangkat wiper supaya tidak keras

itstillruns.com

Setelah memarkirkan mobil, biasanya pengendara langsung mengangkat wiper mobil dengan harapan wiper tidak mudah cepat mengeras. Hal ini seharusnya dihindarkan karena pabrikan mobil sudah merancang karet pada wiper dengan ketahanan dari 100 hingga 200 derajat celcius. 

Jadi, apabila wiper diangkat dalam waktu lama justru menyebabkan per dari wiper menjadi lebih rentan dan mudah kendur. Maka itu, sebaiknya kamu gak perlu mengangkatnya lagi untuk menghindari hal tersebut.

Editorial Team