Wuling Darion PHEV (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Etape pertama dari perjalanan kami cukup menantang dengan rute menanjak dan berkelok khas Bali hingga pelabuhan Gilimanuk. Awalnya, kami menggunakan mode EV Max. Di mode ini, mobil gak sepenuhnya pakai listrik terus-menerus, tapi pintar mengatur efisiensi. Baterai menunjukkan indikator angka 12 persen di daerah Jembrana setelah menempuh 111 km. Sistem kemudian otomatis beralih ke bensin. Transisinya? Halus banget, gak terasa.
Pada Selasa (18/11/2025), perjalanan dari Ketapang menuju Solo, kami menggunakan mode hybrid. Pakai mode ini, baterai yang tadinya sisa 12 persen, malah terisi ulang selama perjalanan hingga naik ke angka 38 persen.
Yap, kamu gak salah baca. Di mode hybrid, mesin bensin gak cuma menggerakkan roda, tapi juga jadi generator buat ngecas baterai. Panel instrumen menunjukkan kalau setiap satu persen baterai bisa membawa mobil melaju satu kilometer.
Selama perjalanan ke Solo, kami sempat mampir di dua rest area. Tapi, kami cuma menumpang istirahat dan makan, sama sekali gak menyentuh dispenser atau kabel charging. Sampai di Solo, sisa baterai masih 33 persen dengan bensin yang masih sanggup lari 545 km lagi. Iritnya kebangetan!
Puncaknya adalah etape terakhir Solo-Jakarta yang full tol, pada Rabu (19/11/2025). Sempat bikin deg-degan saat masuk kilometer 40 arah Jakarta, indikator bensin sudah menunjukkan bar strip alias menipis. Tapi tenang, ini bukan berarti tangki kosong melompong. Berkat sistem hybrid, baterai masih anteng di angka 32 persen.
Kekhawatiran sempat muncul karena macet parah di Cikarang-Cibitung. Tapi begitu masuk Tol Cimanggis, jalanan lengang. Akhirnya, kami mendarat di Cilandak Town Square (Citos), Jakarta Selatan, pukul 20.00 WIB. Total, jarak tempuh tercatat 1.208,6 km, dan baterai masih sisa 30 persen! Definisi mobil anti-ribet buat keluarga yang hobi jalan jauh.