Jakarta, IDN Times - Banyak kejadian tak terduga saat gowes, seperti rantai tiba-tiba putus. Kalau sudah begitu acara gowes yang seharusnya menyenangkan pun menjadi mimpi buruk.
Kalau kamu membawa alat penyambung rantai, kamu bisa menyambung rantai yang putus tersebut di tempat. Kalau tidak, apa boleh buat, mendorong sepeda ke bengkel terdekat.
Nah, biar masalah ini gak terjadi, perhatikan kondisi rantaimu sebelum mulai menggowes. Berikut beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab rantai putus.
Seiring pemakaian sepeda, otomatis panjang rantai perlahan akan mengalami stretch atau melar. Kondisi ini mengakibatkan gigitan mata sprocket dan chainring terhadap rantai tidak optimal, sehingga posisi rantai tidak kokoh lagi,
Sebaiknya periksa secara berkala tingkat kemelaran rantai dengan chain measurement tool. Jika sudah parah, tidak ada pilihan lain selain mengganti dengan rantai yang baru.
This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media
Jika chainring dan sprocket sudah aus, rantai sepeda akan sangat mudah terlepas. Ciri-ciri umumnya rantai mulai mudah terselip jika berganti gigi.
Selain itu, chainring dan sprocket yang sudah aus bakal mudah masuk dan memotong celah antara roller dan inner plate rantai. Hal ini juga bisa memicu putusnya rantai.
Pemasangan rantai pada saat awal tentu menentukan performa sepeda, namun apa jadinya kalau keliru?
Contoh pemasangan rantai sepeda yang keliru ini seperti pemasangan rantai yang tidak sesuai spek (contohnya rantai 11 speed dipasang untuk groupset 9 speed).
Lalu, bisa jadi sambungan rantai yang kurang presisi, terdapat celah antara inner plate dan roller atau bisa juga rivet yang terlalu menonjol di satu arah.
Rantai sama seperti komponen sepeda lainnya, sama-sama perlu dirawat rutin, sebab rantai sepeda mudah berkarat.
Pastinya kamu gak ingin itu terjadi, lebih baik mulailah rawat dari awal beli. Kamu bisa gunakan WD-40 pelumas rantai yang ada di pasaran, lalu semprotkan sekiranya dua minggu sekali.